tag:blogger.com,1999:blog-151678859950938022024-02-21T10:28:00.863+07:00Aku Sudah DewasaAku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-31732883137623625232011-04-01T04:10:00.000+07:002011-04-01T04:10:39.070+07:00Salah SMS berujung ngentot gratis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZxL9jhabAXpa2Q-zILz6Q4Mm3NcLy32y-cqR-Qr8Y3Qhi4niCN5JAqE_9d2DEZKOk2hLXTTm3lPfMtK_-pdH_F0ZemA1X5jlFOFebvlTgjQ4KfC6grRw_lEsfLbos9_CQdAyOzVfgCA/s1600/190541_101247536628264_100002290534940_9292_4223559_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZxL9jhabAXpa2Q-zILz6Q4Mm3NcLy32y-cqR-Qr8Y3Qhi4niCN5JAqE_9d2DEZKOk2hLXTTm3lPfMtK_-pdH_F0ZemA1X5jlFOFebvlTgjQ4KfC6grRw_lEsfLbos9_CQdAyOzVfgCA/s1600/190541_101247536628264_100002290534940_9292_4223559_n.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>allow pengemar setia situs cerita sex dan cerita dewasa ini perkenalkan, nama gw adalah Nala (bukan nama asli tentunya). Gw lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di Jogya. Bagiku, sex adalah hal yang tabu, yang benar-benar tak terjamah. Terpikirkan pun tidak, sampai kisah ini gw alami. Cerita Sex ini dimulai dari salah kirim SMS. Saat itu, gw berniat mengirim SMS ke seorang teman cewek yang sudah lama kukenal. Karena sudah tidak lama berhubungan, dan gw tidak punya catatan tentang nomor HP temanku tersebut, maka gw menuliskan nomor HP dengan agak mereka-reka. Segera kukirimkan SMS tersebut, berisi pesan yang kira-kira menyatakan bahwa gw kangen dan ingin bertemu dengannya! Hallow Jun How Are U? I MISS U JUN Satu kali SMS kukirim kepadanya, dia tidak menjawab. Aneh, pkirku. Tak mungkin temanku itu tidak membalas kalau tahu SMS tersebut dariku. Kemudian kukirimkan sekali lagi, dan kucantumkan nama gw. Tak lama kemudian, ia membalas dengan miss call. Karena saat itu gw sedang sibuk, kubalas saja miss call nya dengan pesan SMS yang menyatakan bahwa gw akan meneleponnya sore nanti.<br />
<br />
pukul 5 langsung kutelepon temanku itu, seperti yang kujanjikan. Halo, Juny?, Tanya gw sejenak, ragu. Saya pikir anda salah orang, begitu tanggapan lawan bicara gw. Oh, maaf. Saya pikir anda adalah teman saya. Memang saya tidak ingat betul nomor HP-nya. Maaf kalau telah mengganggu, jawabku sambil menahan malu. Oh, tidak apa-apa, jawab lawan bicaragw lagi. Saat itu juga hendak kumatikan teleponku, namun lawan bicaragw segera bertanya. Memang yang mau kamu telepon ini siapa sih? Kok pake kangen2 segala?, ungkapnya, menggoda. Lalu kujawab bahwa Juny adalah teman lamagw, dan kami telah berkawan selama 6 tahun. Singkat kata, akhirnya kami berkenalan. Dari telepon itu, gw tahu bahwa nama wanita tersebut adalah Fitri.<br />
<br />
Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex. Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Fitri mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Fitri. Segera kutemui Fitri yang sedang berdiri menunggu. Hai, Fitri ya?, tanyagw. Fitri segera tersenyum. Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, gw memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. Gua Nala, katagw. Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu gw sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image). Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.<br />
<br />
Nala, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Fitri setelah kami selesai makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Fitri. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.<br />
<br />
Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Fitri permisi kepadagw untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Fitri kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.<br />
<br />
Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Fitri memesan lagu yang lembut, dan agak romantis. Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Fitri. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Fitri pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Fitri, kepadagw, sambil melihat tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Fitri mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya. Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, namun gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Fitri mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.<br />
<br />
Wangi aroma tubuh Fitri segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Fitri. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Fitri diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Fitri benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Fitri sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya. Segera kupeluk Fitri dengan rasa sayang.<br />
<br />
Tiba-tiba Fitri menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Fitri diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Gw semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya. Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Fitri mendesah. Ssshh, desahnya.<br />
<br />
Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Fitri mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini, pikirku karena memang gw belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena gw belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami. Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Fitri. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.<br />
<br />
Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Fitri. Fitri kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Fitri menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Fitri saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Fitri mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Nala. Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut, begitu terus desahnya. Tersanjung juga gw dipuji dirinya.<br />
<br />
Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. Nala, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar gw di hotel ya?, tanya Fitri kepadagw. Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Fitri mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Nala?, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, gw banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Fitri lagi.<br />
<br />
Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Fitri menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, gw menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Fitri membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Nala, sini dong, kata Fitri. Gw mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Fitri. Gw dalam posisi duduk, sementara Fitri sudah telentang. Nala, belai gw lagi ya, kata Fitri. Segera tanganku mengelus dahi Fitri. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.<br />
<br />
Fitri menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Fitri membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Fitri benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Fitri menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Fitri segera menghisap bibirku tersebut. Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.<br />
<br />
Fitri meronta-ronta dan mendesah. Aduh Nala, geli sekali. Teruskan Nala, katanya. Kucumbu Fitri terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Fitri mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Fitri. Gw tidak bisa menahan diriku lagi. Fitri, boleh kubuka bajumu?, tanyagw pelan kepada Fitri. Fitri mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya. Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Fitri mengerang. Nala, buka BH gua dong, pinta Fitri. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Sulit sekali membuka BHnya. Maklum, belum pernah gw membuka BH wanita.<br />
<br />
Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut. Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Fitri mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Fitri mengerang-ngerang. Aduh, Nala..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Nala... Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. Auw.. enak Nala.., Fitri menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Fitri kuperlakukan seperti itu.<br />
<br />
Nala, bukain celanaku dong.., pinta Fitri. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi Celana Dalam warna hitam. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan. Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Fitri menahan kenikmatan yang kuberikan. Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Fitri meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Fitri. Gantian tangan Fitri yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya.. Nala, buka celana dalam gua.., pinta Fitri. Jangan Fitri, gua gak berani melakukan itu.. katagw.<br />
<br />
Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. Tak apa-apa, Nala, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Fitri memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Fitri. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Nala.., pinta Fitri. Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Fitri meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Nala. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Fitri membimbing tanganku ke klitorisnya.<br />
<br />
Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris. Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Fitri langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. Nala, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Fitri. Gw sedikit ragu, dan jijik. Pake tangan aja yah, Fitri.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Nala. Sekali ini saja. Nanti gantian deh , pinta Fitri. Gw masih berat hati menghisapnya. Fitri, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti... Belum selesai gw bicara, Fitri segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Nala. Gw selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Fitri lagi.<br />
<br />
Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Fitri. Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Nala..ohh.. enak sekali, desah Fitri. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Fitri makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh. Fitri menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu nanti tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Fitri menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.<br />
<br />
Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. 'Ya, terus di situ Nala.. ahh.. enak sekali.. Kuteruskan untuk beberapa saat. Fitri makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Fitri menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Nala.. gw mau keluaar.. erang Fitri. Fitri makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalagw dengan pahanya. Ahh.. Nala..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Fitri, dan kugenggam tangannya erat. Kubiarkan Fitri menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. Nala, enak sekali, kata Fitri. Gw diam saja.<br />
<br />
Sekarang gantian, ya, kata Fitri. Gw mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang masih terduduk lemas. Sepertinya Fitri mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahagw yang menutupi Kontolku. Fitri segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Fitri tertawa. Enak kan, Nala? tanyanya menggodagw. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Nala? tanya Fitri sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk.<br />
<br />
Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyagw langsung keras. Akhirnya Fitri mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Nala, punya kamu enak. Bersih dan terawat, ujar Fitri. Geer juga gw dipuji begitu. Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Fitri mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Fitri. Kenapa, Nala?, tanya Fitri. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, katagw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Fitri. Gw mengangguk lagi. Fitri mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.<br />
<br />
Kuperhatikan Fitri menjilati Kontolku, tak terasa Kontolku segera mengeras. Fitri senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya. Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. Ah.., tak kuasa gw menahan desahanku. Nala, kumasukan ya punyamu?, tanya Fitri. Nanti kamu sakit, gak?, tanyagw. Gw sudah tak bisa menguasai diri lagi. Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Fitri. Ya udah, kamu yang di atas aja, katagw kepadanya.<br />
<br />
Fitri segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang Kontolnya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyagw di sana utk beberapa saat. Gw diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyagw masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya. Sudah sepertiga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi Kontolku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Fitri. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Fitri mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Fitri.<br />
<br />
Gerakan pantat Fitri membuat Kontolku terkocok, dan segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Fitri pun seakan-akan begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Fitri mengerang-ngerang. Fitri terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Fitri tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Fitri sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Fitri makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak Nala .<br />
<br />
Makin lama gerakan Fitri makin cepat. Nala, gw mau keluar lagi, Nala.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Fitri, tolong lepaskan, gw mau keluar, katagw. Gw takut sekali kalau sampai Fitri hamil. Tapi Fitri tidak mau melepaskan Kontolku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga gw tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Fitri, jangan.. nanti kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya. Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, dan menjadi kecil kembali.<br />
<br />
Fitri dengan kecewa melepaskan Kontolku. Fitri, kalo kamu hamil gimana, tanyagw dengan setengah takut. Tenang aja, Nala. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?, kata Fitri menenangkan diriku. Kemudian, Fitri segera memijat-mijt Kontolku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi. Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Fitri ke vaginanya. Kembali Fitri melakukan gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut tokednya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Fitri mengocok Kontolku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak. Nala, gw hampir keluar, desah Fitri. Segera Fitri mempercepat gerakannya. Gw pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. Ahh.. Nala, gw keluar, desahnya agak keras. Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari. Alangkah Indahnya Hidup ini dibuat oleh fitri dan gw tak akan pernah melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama fitri walaupun kini gw gat au kabarnya si Fitri ini! nasib2 salah kirim sms dapat ngentot cewek gratis!heheheheheAku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-40943785123046633942011-04-01T04:08:00.000+07:002011-04-01T04:08:24.884+07:00Suster Cantik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitWAEpCwtM4JhWJ0HW2dmHjFwj2fps1h1U6ivwkvdW5Rno0HXvtwVVjhx6XexBuOmQu1O-sCOpwbPwRer0hW5P-5kOumaln37V_8vGYx0VjOSdEzIJ3yH__1pFTyDU-YmBXFxUG_FQ2Q/s1600/167513_100854549992704_100002044771333_3300_3218373_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitWAEpCwtM4JhWJ0HW2dmHjFwj2fps1h1U6ivwkvdW5Rno0HXvtwVVjhx6XexBuOmQu1O-sCOpwbPwRer0hW5P-5kOumaln37V_8vGYx0VjOSdEzIJ3yH__1pFTyDU-YmBXFxUG_FQ2Q/s1600/167513_100854549992704_100002044771333_3300_3218373_n.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Pagi itu, setelah bangun tidur, aku merasa pusing sekali, suhu tubuh tinggi dan pegal-pegal di sekujur tubuh. Padahal kemarin siangnya, aku masih bisa mengemudikan mobilku seperti biasa, tanpa ada gangguan apa-apa. Keesokan sorenya, karena kondisi tubuhku semakin memburuk, akhirnya aku pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta. Ketika aku periksa darah di laboratorium klinik di rumah sakit tersebut, ternyata hasilnya trombosit-ku turun jauh menjadi hampir separuh trombosit yang normal. Akhirnya karena aku tidak mau menanggung resiko, sore itu juga aku terpaksa harus rawat inap alias diopname di rumah sakit tersebut.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku memperoleh kamar di kelas satu. Itu pun satu-satunya kamar yang masih tersedia di rumah sakit tersebut. Kamar-kamar lainnya sudah penuh terisi pasien, yang sebagian besar di antaranya juga menderita DBD sepertiku. Di kamar itu, ada dua tempat tidur, satu milikku dan satunya lagi untuk seorang pasien lagi, tentu saja cowok juga dong. Kalau cewek sih bakal jadi huru-hara tuh! Dari hasil ngobrol-ngobrol aku dengannya, ketahuan bahwa dia sakit gejala tifus.<br />
<br />
<br />
<br />
Akhirnya, aku menghabiskan malam itu berbaring di rumah sakit. Perasaanku bosan sekali. Padahal aku baru beberapa jam saja di situ. Tapi untung saja, teman sekamarku senang sekali mengobrol. Jadi tidak terasa, tahu-tahu jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Di samping mata sudah mengantuk, juga kami berdua ditegur oleh seorang suster dan dinasehati supaya istirahat. Aku dan teman baruku itu tidur.<br />
<br />
<br />
<br />
Saking nyenyaknya aku tidur, aku terkejut pada saat dibangunkan oleh seorang suster. Gila! Suster yang satu ini cantik sekali, sekalipun tubuhnya sedikit gempal tapi kencang. Aku tidak percaya kalau yang di depanku itu suster. Aku langsung mengucek-ngucek mataku. Ih, benar! aku tak bermimpi! aku sempat membaca name tag di dadanya yang sayangnya tidak begitu membusung, namanya Vika (bukan nama sebenarnya).<br />
<br />
<br />
<br />
"Mas, sudah pagi. Sudah waktunya bangun", kata Suster Vika.<br />
<br />
"Ngg.." dengan sedikit rasa segan akhirnya aku bangun juga sekalipun mata masih terasa berat.<br />
<br />
"Sekarang sudah tiba saatnya mandi, Mas", kata Suster Vika lagi.<br />
<br />
"Oh ya. Suster, saya pinjam handuknya deh. Saya mau mandi di kamar mandi."<br />
<br />
"Lho, kan Mas sementara belum boleh bangun dulu dari tempat tidur sama dokter."<br />
<br />
"Jadi?"<br />
<br />
"Jadi Mas saya yang mandiin."<br />
<br />
Dimandiin? Wah, asyik juga kayaknya sih. Terakhir aku dimandikan waktu aku masih kecil oleh mamaku.<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah menutup tirai putih yang mengelilingi tempat tidurku, Suster Vika menyiapkan dua buah baskom plastik berisi air hangat. Kemudian ada lagi gelas plastik berisi air hangat pula untuk gosok gigi dan sebuah mangkok plastik kecil sebagai tempat pembuangannya. Pertama-tama kali, suster yang cantik itu memintaku gosok gigi terlebih dahulu. "Oke, sekarang Mas buka kaosnya dan berbaring deh", kata Suster Vika lagi sambil membantuku melepaskan kaos yang kupakai tanpa mengganggu selang infus yang dihubungkan ke pergelangan tanganku. Lalu aku berbaring di tempat tidur. Suster Vika menggelar selembar handuk di atas pahaku.<br />
<br />
<br />
<br />
Dengan semacam sarung tangan yang terbuat dari bahan handuk, Suster Vika mulai menyabuni tubuhku dengan sabun yang kubawa dari rumah. Ah, terasa suatu perasaan aneh menjalari tubuhku saat tangannya yang lembut tengah menyabuni dadaku. Ketika tangan Suster Vika mulai turun ke perutku, aku merasakan gerakan di selangkanganku. Astaga! Ternyata batang kemaluanku menegang! Aku sudah takut saja kalau-kalau Suster Vika melihat hal ini. Uh, untung saja, tampaknya dia tidak mengetahuinya. Rupanya aku mulai terangsang karena sapuan tangan Suster Vika yang masih menyabuni perutku. Kemudian aku dimintanya berbalik badan, lalu Suster Vika mulai menyabuni punggungku, membuat kemaluanku semakin mengeras. Akhirnya, siksaan (atau kenikmatan) itu pun usai sudah. Suster Vika mengeringkan tubuhku dengan handuk setelah sebelumnya membersihkan sabun yang menyelimuti tubuhku itu dengan air hangat.<br />
<br />
<br />
<br />
"Nah, sekarang coba Mas buka celananya. Saya mau mandiin kaki Mas."<br />
<br />
"Tapi, Suster.." aku mencoba membantahnya.<br />
<br />
"Celaka", pikirku.<br />
<br />
Kalau sampai celanaku dibuka terus Suster Vika melihat tegangnya batang kemaluanku, mau ditaruh di mana wajahku ini.<br />
<br />
"Nggak apa-apa kok, Mas. Jangan malu-malu. Saya sudah biasa mandiin pasien. Nggak laki-laki, nggak perempuan, semuanya."<br />
<br />
<br />
<br />
Akhirnya dengan ditutupi hanya selembar handuk di selangkanganku, aku melepaskan celana pendek dan celana dalamku. Ini membuat batang kemaluanku tampak semakin menonjol di balik handuk tersebut. Kacau, aku melihat perubahan di wajah Suster Vika melihat tonjolan itu. Wajahku jadi memerah dibuatnya. Suster Vika kelihatannya sejenak tertegun menyaksikan ketegangan batang kemaluanku yang semakin lama semakin parah. Aku menjadi bertambah salah tingkah, sampai Suster Vika kembali akan menyabuni tubuhku bagian bawah.<br />
<br />
<br />
<br />
Suster Vika menelusupkan tangannya yang memakai sarung tangan berlumuran sabun ke balik handuk yang menutupi selangkanganku. Mula-mula ia menyabuni bagian bawah perutku dan sekeliling kemaluanku. Tiba-tiba tangannya dengan tidak sengaja menyenggol batang kemaluanku yang langsung saja bertambah berdiri mengeras. Sekonyong-konyong tangan Suster Vika memegang kemaluanku cukup kencang. Kulihat senyum penuh arti di wajahnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku mulai menggerinjal-gerinjal saat Suster Vika mulai menggesek-gesekkan tangannya yang halus naik turun di sekujur batang kejantananku. Makin lama makin cepat. Sementara mataku membelalak seperti kerasukan setan. Batang kemaluanku yang memang berukuran cukup panjang dan cukup besar diameternya masih dipermainkan Suster Vika dengan tangannya.<br />
<br />
<br />
<br />
Akibat nafsu yang mulai menggerayangiku, tanganku menggapai-gapai ke arah dada Suster Vika. Seperti mengetahui apa maksudku, Suster Vika mendekatkan dadanya ke tanganku. Ouh, terasa nikmatnya tanganku meremas-remas payudara Suster Vika yang lembut dan kenyal itu. Memang, payudaranya berukuran kecil, kutaksir hanya 32. Tapi memang yang namanya payudara wanita, bagaimanapun kecilnya, tetap membangkitkan nafsu birahi siapa saja yang menjamahnya. Sementara itu Suster Vika dengan tubuh yang sedikit bergetar karena remasan-remasan tanganku pada payudaranya, masih asyik mengocok-ngocok kemaluanku. Sampai akhirnya aku merasakan sudah hampir mencapai klimaks. Air maniku, kurasakan sudah hampir tersembur keluar dari dalam kemaluanku. Tapi dengan sengaja, Suster Vika menghentikan permainannya. Aku menarik nafas, sedikit jengkel akibat klimaksku yang menjadi tertunda. Namun Suster Vika malah tersenyum manis. Ini sedikit menghilangkan kedongkolanku itu.<br />
<br />
<br />
<br />
Tahu-tahu, ditariknya handuk yang menutupi selangkanganku, membuat batang kemaluanku yang sudah tinggi menjulang itu terpampang dengan bebasnya tanpa ditutupi oleh selembar benang pun. Tak lama kemudian, batang kemaluanku mulai dilahap oleh Suster Vika. Mulutnya yang mungil itu seperti karet mampu mengulum hampir seluruh batang kemaluanku, membuatku seakan-akan terlempar ke langit ketujuh merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Dengan ganasnya, mulut Suster Vika menyedoti kemaluanku, seakan-akan ingin menelan habis seluruh isi kemaluanku tersebut. Tubuhku terguncang-guncang dibuatnya. Dan suster nan rupawan itu masih menyedot dan menghisap alat vitalku tersebut.<br />
<br />
<br />
<br />
Belum puas di situ, Suster Vika mulai menaik-turunkan kepalanya, membuat kemaluanku hampir keluar setengahnya dari dalam mulutnya, tetapi kemudian masuk lagi. Begitu terus berulang-ulang dan bertambah cepat. Gesekan-gesekan yang terjadi antara permukaan kemaluanku dengan dinding mulut Suster Vika membuatku hampir mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Apalagi ditambah dengan permainan mulut Suster Vika yang semakin bertambah ganasnya. Beberapa kali aku mendesah-desah. Namun sekali lagi, Suster Vika berhenti lagi sambil tersenyum. Aku hanya keheranan, menduga-duga, apa yang akan dilakukannya.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku terkejut ketika melihat Suster Vika sepertinya akan berjalan menjauhi tempat tidurku. Tetapi seperti sedang menggoda, ia menoleh ke arahku. Ia menarik ujung rok perawatnya ke atas lalu melepaskan celana dalam krem yang dipakainya. Melihat kedua gumpalan pantatnya yang tidak begitu besar namun membulat mulut dan kencang, membuatku menelan air liur. Kemudian ia membalikkan tubuhnya menghadapku. Di bawah perutnya yang kencang, tanpa lipatan-lipatan lemak sedikitpun, walaupun tubuhnya agak gempal, kulihat liang kemaluannya yang masih sempit dikelilingi bulu-bulu halus yang cukup lebat dan tampak menyegarkan.<br />
<br />
<br />
<br />
Tidak kusangka-sangka, tiba-tiba Suster Vika naik ke atas tempat tidur dan berjongkok mengangkangi selangkanganku. Lalu tangannya kembali memegang batang kemaluanku dan membimbingnya ke arah liang kemaluannya. Setelah merasa pas, ia menurunkan pantatnya, sehingga batang kemaluanku amblas sampai pangkal ke dalam liang kemaluannya. Mula-mula sedikit tersendat-sendat karena begitu sempitnya liang kenikmatan Suster Vika. Tapi seiring dengan cairan bening yang semakin banyak membasahi dinding lubang kemaluan tersebut, batang kemaluanku menjadi mudah masuk semua ke dalamnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Tanganku mulai membuka kancing baju Suster Vika. Setelah kutanggalkan bra yang dikenakannya, menyembullah keluar payudaranya yang kecil tapi membulat itu dengan puting susunya yang cukup tinggi dan mengeras. Dengan senangnya, aku meremas-remas payudaranya yang kenyal. Puting susunya pun tak ketinggalan kujamah. Suster Vika menggerinjal-gerinjal sebentar-sebentar ketika ibu jari dan jari telunjukku memuntir-muntir serta mencubit-cubit puting susunya yang begitu menggiurkan.<br />
<br />
<br />
<br />
Dibarengi dengan gerakan memutar, Suster Vika menaik-turunkan pantatnya yang ramping itu di atas selangkanganku. Batang kemaluanku masuk keluar dengan nikmatnya di dalam lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut dan bertambah basah itu. Batang kemaluanku dijepit oleh dinding kemaluan Suster Vika yang terus membiarkan batang kemaluanku dengan tempo yang semakin cepat menghujam ke dalamnya. Bertambah cepat bertambah nikmatnya gesekan-gesekan yang terjadi. Akhirnya untuk ketiga kalinya aku sudah menuju klimaks sebentar lagi. Aku sedikit khawatir kalau-kalau klimaksku itu tertunda lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
Akan tetapi kali ini, kelihatannya Suster Vika tidak mau membuatku kecewa. Begitu merasakan kemaluanku mulai berdenyut-denyut kencang, secepat kilat ia melepaskan batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluannya dan pindah ke dalam mulutnya. Klimaksku bertambah cepat datangnya karena kuluman-kuluman mulut sang suster cantik yang begitu buasnya. Dan.. "Crot.. crot.. crot.." beberapa kali air maniku muncrat di dalam mulut Suster Vika dan sebagian melelehi buah zakarku. Seperti orang kehausan, Suster Vika menelan hampir semua cairan kenikmatanku, lalu menjilati sisanya yang belepotan di sekitar kemaluanku sampai bersih.<br />
<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba tirai tersibak. Aku dan Suster Vika menoleh kaget. Suster Mimi yang tadi memandikan teman sekamarku masuk ke dalam. Ia sejenak melongo melihat apa yang kami lakukan berdua. Namun sebentar kemudian tampaknya ia menjadi maklum atas apa yang terjadi dan malah menghampiri tempat tidurku. Dengan raut wajah memohon, ia memandangi Suster Vika. Suster Vika paham apa niat Suster Mimi. Ia langsung meloncat turun dari atas tempat tidur dan menutup tirai kembali.<br />
<br />
<br />
<br />
Suster Mimi yang berwajah manis, meskipun tidak secantik Suster Vika, sekarang gantian menjilati seluruh permukaan batang kemaluanku. Kemudian, batang kemaluanku yang sudah mulai tegang kembali disergap mulutnya. Untuk kedua kalinya, batang kemaluanku yang kelihatan menantang setiap wanita yang melihatnya, menjadi korban lumatan. Kali ini mulut Suster Mimi yang tak kalah ganasnya dengan Suster Vika, mulai menyedot-nyedot kemaluanku. Sementara jari telunjuknya disodokkan satu ruas ke dalam lubang anusku. Sedikit sakit memang, tapi aduhai nikmatnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Merasa puas dengan lahapannya pada kemaluanku. Suster Mimi kembali berdiri. Tangannya membukai satu-persatu kancing baju perawat yang dikenakannya, sehingga ia tinggal memakai bra dan celana dalamnya. Aku tidak menyangka, Suster Mimi yang bertubuh ramping itu memiliki payudara yang jauh lebih besar daripada milik Suster Vika, sekitar 36 ukurannya. Payudara yang sedemikian montoknya itu seakan-akan mau melompat keluar dari dalam bra-nya yang bermodel konvensional itu. Sekalipun bukan termasuk payudara terbesar yang pernah kulihat, tapi payudara Suster Mimi itu menurutku termasuk payudara yang paling indah. Menyadari aku yang terus melotot memandangi payudaranya, Suster Mimi membuka tali pengikat bra-nya. Benar, payudaranya yang besar menjuntai montok di dadanya yang putih dan mulus. Rasa-rasanya ingin aku menikmati payudara itu.<br />
<br />
<br />
<br />
Tetapi tampaknya keinginan itu tidak terkabul. Setelah melepas celana dalamnya, seperti yang telah dilakukan oleh Suster Vika, Suster Mimi, dengan telanjang bulat naik ke atas tempat tidurku lalu mengarahkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya yang sedikit lebih lebar dari Suster Vika namun memiliki bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Akhirnya untuk kedua kalinya batang kemaluanku tenggelam ke dalam kemaluan wanita. Memang, batang kemaluanku lebih leluasa memasuki liang kemaluan Suster Mimi daripada kemaluan Suster Vika tadi. Seperti Suster Vika, Suster Mimi juga mulai menaik-turunkan pantatnya dan membuat kemaluanku sempat mencelat keluar dari dalam liang kemaluannya namun langsung dimasukkannya lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
Tak tahan menganggur, mulut Suster Vika mulai merambah payudara rekan kerjanya. Lidahnya yang menjulur-julur bagai lidah ular menjilati kedua puting susu Suster Mimi yang walaupun tinggi mengeras tapi tidak setinggi puting susunya sendiri. Aku melihat, Suster Mimi memejamkan matanya, menikmati senggama yang serasa membawanya terbang ke awang-awang. Ia sedang meresapi kenikmatan yang datang dari dua arah. Dari bawah, dari kemaluannya yang terus-menerus masih dihujam batang kemaluanku, dan dari bagian atas, dari payudaranya yang juga masih asyik dilumat mulut temannya.<br />
<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba tirai tersibak lagi. Namun ketiga makhluk hidup yang sedang terbawa nafsu birahi yang amat membulak-bulak tidak mengindahkannya. Ternyata yang masuk adalah teman sekamarku dengan keadaan bugil. Karena ia merasa terangsang juga, ia sepertinya melupakan gejala tifus yang dideritanya. Setelah menutup tirai, ia menghampiri Suster Vika dari belakang. Suster Vika sedikit terhenyak ke depan sewaktu kemaluannya yang dari tadi terbuka lebar ditusuk batang kejantanan teman sekamarku dari belakang, dan ia melepaskan mulutnya dari payudara Suster Mimi. Kemudian dengan entengnya, sambil terus menyetubuhi Suster Vika, teman sekamarku itu mengangkat tubuh suster bahenol itu ke luar tirai dan pergi ke tempat tidurnya sendiri. Sejak saat itu aku tidak mengetahui lagi apa yang terjadi antara dia dengan Suster Vika. Yang kudengar hanyalah desahan-desahan dan suara nafas yang terengah-engah dari dua insan berlainan jenis dari balik tirai, di sampingku sendiri masih tenggelam dalam kenikmatan permainan seks-ku dengan Suster Mimi.<br />
<br />
<br />
<br />
Batang kemaluanku masih menjelajahi dengan bebasnya di dalam lubang kemaluan Suster Mimi yang semakin cepat memutar-mutar dan menggerak-gerakan pantatnya ke atas dan ke bawah. Tak lama kemudian, kami berdua mengejang.<br />
<br />
"Suster.. Saya mau keluar.." kataku terengah-engah.<br />
<br />
"Ah.. Keluarin di dalam.. saja.. Mas.." jawab Suster Mimi.<br />
<br />
Akhirnya dengan gerinjalan keras, air maniku berpadu dengan cairan kenikmatan Suster Mimi di dalam lubang kemaluannya. Saking lelahnya, Suster Mimi jatuh terduduk di atas selangkanganku dengan batang kemaluanku masih menancap di dalam lubang kemaluannya. Kami sama-sama tertawa puas.<br />
<br />
<br />
<br />
Sementara dari balik tirai masih terdengar suara kenikmatan sepasang makhluk yang tengah asyik-asyiknya memadu kasih tanpa mempedulikan sekelilingnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Tepat seminggu kemudian, aku sudah dinyatakan sembuh dari DBD yang kuderita dan diperbolehkan pulang. Ini membuatku menyesal, merasa akan kehilangan dua orang suster yang telah memberikan kenikmatan tiada tandingannya kepadaku beberapa kali.<br />
<br />
<br />
<br />
Hari ini aku sedang sendirian di rumah dan sedang asyik membaca majalah Gatra yang baru aku beli di tukang majalah dekat rumah.<br />
<br />
"Ting tong.." Bel pintu rumahku dipencet orang.<br />
<br />
Aku membuka pintu. Astaga! Ternyata yang ada di balik pintu adalah dua orang gadis rupawan yang selama ini aku idam-idamkan, Suster Vika dan Suster Mimi. Kedua makhluk cantik ini sama-sama mengenakan kaos oblong, membuat lekuk-lekuk tubuh mereka berdua yang memang indah menjadi bertambah molek lagi dengan payudara mereka yang meskipun beda ukurannya, namun sama-sama membulat dan kencang. Sementara Suster Vika dengan celana jeansnya yang ketat, membuat pantatnya yang montok semakin menggairahkan, di samping Suster Mimi yang mengenakan rok mini beberapa sentimeter di atas lutut sehingga memamerkan pahanya yang putih dan mulus tanpa noda. Kedua-duanya menjadi pemandangan sedap yang tentu saja menjadi pelepas kerinduanku. Tanpa mau membuang waktu, kuajak mereka berdua ke kamar tidurku. Dan seperti sudah kuduga, tanpa basa basi mereka mau dan mengikutiku. Dan tentu saja, para pembaca semua pasti sudah tahu, apa yang akan terjadi kemudian dengan kami bertiga.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-87613881071406933382011-04-01T04:06:00.000+07:002011-04-01T04:06:44.464+07:00tante seksi punya bos<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3fdpKcbSOLta6IM46JPs-8rzErKilm7zRfG4mLFjto_wug7lWQz_iRbIwJmSjzw_enad6w4fHtAB7nXT6bsELdlcHrzReR-5gNw-uV0lSsngaRGFsoeQinYwnpxyf5JqFYX3SdFI9aA/s1600/163817_100736406668629_100001968092943_3413_2280009_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3fdpKcbSOLta6IM46JPs-8rzErKilm7zRfG4mLFjto_wug7lWQz_iRbIwJmSjzw_enad6w4fHtAB7nXT6bsELdlcHrzReR-5gNw-uV0lSsngaRGFsoeQinYwnpxyf5JqFYX3SdFI9aA/s320/163817_100736406668629_100001968092943_3413_2280009_n.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Namaku Eko ( kali ini nama asli). Aku tinggal di kota Mataram Lombok. Ceritaku ini terjadi pada tahun 2007 silam. Pada waktu itu aku kuliah di sebuah di salah satu Perguruan Tingi Swasta di Lombok. Aku ambil cuti kuliah untuk bekerja di sebuah radio swasta yang sudah terkenal di kota itu. Waktu itu aku bekerja sebagai kru produksi. Pekerjaannya sangat sederhana yaitu merekam lagu, membuat iklan radio, dan mempersiapkan segala hal yang sifatnya off-air. Pemilik radio itu namanya Bapak Wirata! Dia mempunyai istri yang sangat cantik. Aku biasa menyebutnya dengan Ibu Diah, .Ibu Diah tingginya kira-kira 175cm, bahkan lebih tinggi dari suaminya. Ibu Diah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Lombok. Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta ama Ibu Diah untuk pertama kalinya. Ibu Diah ini sangat cantik, mungkin sensual. Tinggi kira-kira 170cm, Payudaranya tidak besar, sama sekali tidak besar. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku sangat penasaran. Aku selalu terobsesi dengan payudara yang kecil!hihihii..<br />
<br />
<br />
<br />
Suatu ketika ibu diah menyuruh aku ke rumahnya untuk memperbaiki komputernya yang rusak.Sesampai di dalam rumah aku tidak menemukan siapa pun. Dimana Mbak Diah, pikirku. Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. Kosong juga. Wah, di mana nih. Perlahan aku berjalan ke dapur sambil berharap ketemu dengan sang idola. Kalo udah pada tidur ya aku pulang aja. Sampai aku dikejuntukan oleh sepasang tangan yang melingkar dipinggangku dari belakang.<br />
<br />
"malam ini temenin Mbak ya", terdengar bisikan di telingaku.<br />
<br />
Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Diah dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Diah persis di depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Diah. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Diah menghembuskan nafas. Aku benar-benar dibuat terpesona. Mbak Diah sudah berganti pakaian dengan kimono warna pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Diah. Tidak ada perlawanan dari Mbak Diah. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Diah beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Diah membuka lembut kemejaku. Aku mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Diah. Kuusap perlahan punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulut Mbak Diah. Bibir Mbak Diah lembut sekali, wangi dan itu membuatku semakin bernapsu.<br />
<br />
<br />
<br />
Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak Diah semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. Setelah ketemu, kubuka talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono tersebut merosot jatuh ke lantai, Kumundurkan tubuhku dan nampaklah pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai ama selera dan harapaku. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34a. Tapi aku suka banget ama yang segitu.<br />
<br />
"Eko Kenapa berhenti?", ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Diah dan berlutut di depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Diah. Yang kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Diah. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Diah. Mbak Diah hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. Mbak Diah terus mendesis sampai suatu saat Mbak Diah hampir terduduk karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya. Aku bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Diah di tembok dapur dengan posisi tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Diah. Tangan kanan Mbak Diah mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Diah berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Diah semakin mendesis tidak karuan.<br />
<br />
"Oh... Eko... Shh... sh..."<br />
<br />
Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Diah.<br />
<br />
Oughhh... Mbak Diah melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Diah, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Diah bergetar menerima sapuan hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu.<br />
<br />
"Ouhh... Eko...", tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai menghisap gundukan indah Mbak Diah.<br />
<br />
"oh... Sshh... Sshh... Eko... enak banget kooooo...", desah Mbak Diah. Desahan itu membuatku semakin ganas. Kontolku sudah tegang dari tadi tapi aku ingin bermain dengan Mbak Diah. Hisapanku di memek Mbak Diah semakin liar. Sementara Mbak Diah meliuk-liuk menerima serangan di memeknya.<br />
<br />
"Eko.. Kamu kok pinter banget sih...", kata Mbak Diah manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Diah. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Diah. Aku segera bangkit. Kupandangi sejenak payudara Mbak Diah yang sedari tadi belum kusentuh sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Diah, titik2 keringat bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah payudara Mbak Diah, tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di payudara yang sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Diah mendongakkan wajahnya menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting payudara kiri Mbak Diah. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi.<br />
<br />
"terusin kooooooo... terusin",<br />
<br />
Aku semakin gencar mengulum puting payudara Mbak Diah. Sesekali kusedot dengan keras.<br />
<br />
"Ahh.!" Mbak Diah berteriak kecil.<br />
<br />
Aku melirik ke payudara yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu payudara kanan Mbak Diah dengan sangat liar sementara tangan kananku memegang dengan kuat payudara yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak Diah berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara kontolku sengaja kugesek-gesekkan ke memek Mbak Diah.<br />
<br />
Mbak Diah terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Diah kupaksa untuk menungging. Mbak Diah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Kuarahkan kontolku ke memek Mbak Diah. Pelan aku coba menerobos liang memek Mbak Diah. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Diah. Setelah beberapa saat akhirnya kontolku sudah berada dalam jepitan memek Mbak Diah.<br />
<br />
"Mbak..." aku menahan sebentar kontolku. Mbak Diah melenguh panjang.<br />
<br />
"ouhh...hss...koooooooooo..."<br />
<br />
aku segera menarik kontolku pelan sampai tersisa kepalanya dalam memeknya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Diah lagi-lagi melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas menggantung. Kontolku terus kupacu di dalam memek Mbak Diah. Sampai suatu ketika tubuh Mbak Diah mengejang hebat dan Mbak Diah melolong hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Diah bergetar beberapa saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai.<br />
<br />
Kudiamkan sebentar kontolku di dalam memek Mbak Diah dan membiarkan Mbak Diah mengatur napasnya, menikmati orgasmenya.<br />
<br />
<br />
<br />
Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke memek Mbak Diah.<br />
<br />
"Oh...uh...oh...uh", suara Mbak Diah keenakan.<br />
<br />
"Ko, enak banget", tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di payudaranya. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuatnya buk diah ga semakin ga karuan. Sodokanku di memeknya kupercepat sementara tanganku semakin kuat di payudaranya. Akhirnya, aku mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian anus Mbak Diah. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Diah semakin menikmati permainanku. Kepalanya terayun-ayun menambah keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan kontolku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di kontolku.<br />
<br />
"Mbak, enak banget Mbak", kataku?<br />
<br />
"heh...uh... terusin ko. Ahh..."<br />
<br />
Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Diah. Aku tidak berani terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Diah. Kontolku terus menghunjam di memek Mbak Diah. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari kontolku.<br />
<br />
"Mbak... Aku dah mo keluar Mbak... Mphhh..."<br />
<br />
Iiiiyyaaaa ko... mbak juga... aaayooo koooo..."<br />
<br />
Kupercepat gerakanku. Kontolku terus menerobos memek sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku...<br />
<br />
Croot...croot...croot... Ah... Ah... Ah...<br />
<br />
Gerakan kontolku kuhentikan di dalam memek Mbak Diah. Dan tubuh Mbak Diah pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan kiriku yang bermain di payudaranya dengan sangat kuat.<br />
<br />
"AHHH...ekooooo", teriaknya memenuhi ruangan dapur.<br />
<br />
Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Diah. Kutarik kontolku pelan-pelan, dan kuhunjamkan lagi ke dalam memek Mbak Diah tapi dengan gerakan yang sangat pelan. kedua tanganku memegang lembut payudara Mbak Diah. Nikmat banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Diah sementara Mbak Diah ga tahan menerima orgasmenya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam memek Mbak Diah. Lalu, pelan-pelan kutarik kontolku. Mbak Diah melenguh merasakan gesekan pelan di memeknya.<br />
<br />
"Mbak... Nikmat banget. Mbak cantik sekali", bisikku pelan.<br />
<br />
"Eko... Kamu hebat. Hhh...mbak nggak ngira kamu mau ama mbak", katanya sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai.<br />
<br />
Aku tersenyum aja mendengarnya.<br />
<br />
"Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Eko mau ya nemenin Mbak lagi?"<br />
<br />
"Mmmmm... Siap Mbak! Apapun buat Mbak!", jawabku sambil tersenyum manis.<br />
<br />
this is the fisrt my sex story with Tante Diah, istri bosku. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Diah tiap malam. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak wirrrrr... Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Diah dan memberinya kepuasan. Demikian juga Mbak Diah memberiku pengalaman, dan sensasi sex luar biasa kepadaku! @ pak wirata sorry ya bos saya sudah mengentot istri sexy anda!hihihihii………Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-55341662272396602082011-04-01T04:04:00.000+07:002011-04-01T04:04:48.612+07:00Yanti & Mertuaku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhndsBeAm00kjPQBgznLoPAUUaN_5ObxQDoqL9-0DzIav-rnJ14AbCBVub8IdIZonpYDpvHkjWQy0HNB2NCmPtCYpe1YSTAffIKpFd8JGti-RwP2H0vOzarPKItrt89rboLUiRsChJrGw/s1600/016.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhndsBeAm00kjPQBgznLoPAUUaN_5ObxQDoqL9-0DzIav-rnJ14AbCBVub8IdIZonpYDpvHkjWQy0HNB2NCmPtCYpe1YSTAffIKpFd8JGti-RwP2H0vOzarPKItrt89rboLUiRsChJrGw/s320/016.jpg" width="278" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Kisah ini saya susun berdasarkan fakta yang saya dapat dari cerita pribadi salah <br />
<br />
seorang bekas teman karib semasa kuliah dulu. Ia baru saja menikah sekitar satu <br />
<br />
setengah tahun lamanya. Yanti nama temanku itu. Sementara suaminya bernama Pras. <br />
<br />
Kejadiannya bermula ketika Pras mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu <br />
<br />
perusahaan swasta di Jakarta. Pras memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari. <br />
<br />
Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi. Sebagai <br />
<br />
seorang isteri, Yanti tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang <br />
<br />
dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Pras menjadi Area Sales Manager <br />
<br />
dalam waktu dekat. Yanti tentu saja merasa ikut senang mendengar akan hal itu, <br />
<br />
sehingga ia memberikan kebebasan waktu pada Pras untuk meningkatkan prestasinya.<br />
Karena kesibukannya itu, Pras sering melupakan hak Yanti sebagai seorang isteri. <br />
<br />
Hari-hari Yanti penuh dengan kesepian. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada. <br />
<br />
Akhirnya Yanti menggunakan waktu sepi itu untuk berbagi rasa dengan mertuanya, <br />
<br />
Prambudi. Prambudi sudah sangat berumur, karena usianya sudah hampir mencapai setengah <br />
<br />
abad. Prambudi saat itu sudah hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isterinya <br />
<br />
sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Prambudi tinggal serumah dengan <br />
<br />
mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketika Pras <br />
<br />
sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Yanti dan mertuanya keasyikan <br />
<br />
mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru <br />
<br />
berhenti mengobrol.<br />
<br />
<br />
<br />
Yanti merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan <br />
<br />
tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya. <br />
<br />
Prambudi merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah <br />
<br />
menjadi periang. Sejak itulah, Yanti bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang <br />
<br />
mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua. <br />
<br />
Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Yanti kini terobati. Dan harus diakui oleh <br />
<br />
Yanti, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun cukup <br />
<br />
diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang yang telah berumur.<br />
<br />
<br />
<br />
Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup. <br />
<br />
Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping <br />
<br />
sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai <br />
<br />
gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh <br />
<br />
cinta pada pandangan pertama.<br />
<br />
"Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat <br />
<br />
meninggalkanku.." kata mertuanya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya yang <br />
<br />
sudah banyak menghabiskan rokok itu.<br />
<br />
<br />
<br />
Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Yanti yang sudah tidak menentu <br />
<br />
arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun <br />
<br />
diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu <br />
<br />
mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan <br />
<br />
ranjang yang pernah mereka lakukan.<br />
<br />
<br />
<br />
"Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan.." <br />
<br />
kata mertuanya mengenang masa lalu.<br />
<br />
"Pernah aku dibikin kewalahan, karena aku lupa minum obat." lanjut Prambudi dengan <br />
<br />
santainya mngupas seluruh rahasia rumah tangganya.<br />
<br />
"Kamu belum ngantuk, Yanti..?" tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping <br />
<br />
Yanti.<br />
<br />
Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Yanti pun mulai curiga dengan <br />
<br />
sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya.<br />
<br />
<br />
<br />
Tatapan mata Prambudi begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah <br />
<br />
bersama isterinya. Dan Yanti lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, "Kamu cantik <br />
<br />
Yanti.. maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?" pinta mertuanya yang kelihatannya <br />
<br />
sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu.<br />
<br />
"Tolong Yan, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!" desak <br />
<br />
halus mertuanya sambil menarik tangan Yanti ke kamar.<br />
<br />
<br />
<br />
"Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!" tolak Yanti sambil menepis kedua tangan <br />
<br />
Prambudi yang kini sudah hinggap di payudara 36B miliknya.<br />
<br />
"Mau ya Yanti.., sekali aja kok..!" rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya.<br />
<br />
"Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang <br />
<br />
bantu melepaskan pakaianmu..!"<br />
<br />
Sungguh, Yanti merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya <br />
<br />
begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat. <br />
<br />
Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi <br />
<br />
sebagai seorang isteri normal, Yanti jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya, <br />
<br />
Pras, karena kesibukannya.<br />
<br />
<br />
<br />
Sementara itu dengan lembutnya Prambudi membaringkan tubuh Yanti yang tanpa sehelai <br />
<br />
benang pun yang menutupinya ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh <br />
<br />
Yanti dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah <br />
<br />
perutnya. Payudara Yanti dijilati dengan penuh semangat, sambil sekali-kali <br />
<br />
diremas-remas dengan perlahan. Yanti menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat <br />
<br />
sampai di bagian benda kewanitaannya, Prambudi menyibakkan rambut-rambut kemaluan <br />
<br />
Yanti yang amat lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar. <br />
<br />
Dengan sengaja Prambudi memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Yanti sambil <br />
<br />
kelentitnya dipegang-pegang.<br />
<br />
<br />
<br />
Yanti pun tidak lama telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya <br />
<br />
itu. Ia pun mengimbangi permainan asmara itu dengan perasaan yang sudah lama tidak <br />
<br />
dirasakannya. Ia meminta mertuanya untuk berbaring. Langsung diraihnya senjata andalan <br />
<br />
Prambudi. Kemaluannya sudah tegang. Lidah Yanti menjilati seluruh batangan mertuanya <br />
<br />
yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya <br />
<br />
selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan <br />
<br />
itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya Prambudi sampai <br />
<br />
terpejam-pejam merasakannya.<br />
<br />
<br />
<br />
"Aku sudah tak tahan, Yanti.. masukkan saja ya, Nak..?" ujar Prambudi di tengah-tengah <br />
<br />
kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya.<br />
<br />
Yanti hanya tersenyum penuh arti akan pernyataan ayah mertuanya. Segera ia naik ke <br />
<br />
atas perut ayah mertuanya itu. Lalu dengan tangan kiri, dituntunnya batang kemaluan <br />
<br />
yang sudah amat besar dan tegang itu masuk ke belahan liang senggamanya.<br />
<br />
"Bles.. jeb..!" Yanti pun segera bergoyang maju mundur, lalu ke atas ke bawah.<br />
<br />
Sementara itu, Prambudi berusaha bangkit untuk menjilati kedua bukit kembar menantunya <br />
<br />
itu seperti bayi yang haus akan air susu ibunya.<br />
<br />
<br />
<br />
Segera setelah mulut Prambudi mencapai payudara indah Yanti, Yanti pun dengan sengaja <br />
<br />
mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun <br />
<br />
yang kiri.<br />
<br />
"Uh.. uh.. uh.." terdengar erangan kenikmatan dari mulut Yanti mengiringi gerakan <br />
<br />
tubuhnya.<br />
<br />
"Aku mau keluar, Yah..!" ujar Yanti dengan nafas memburu.<br />
<br />
Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Ia mengalami <br />
<br />
orgasmenya.. Namun, Prambudi kelihatannya belum mau berhenti juga. Ia lalu menyuruh <br />
<br />
Yanti merubah posisi pernaian seks mereka. Kini Yanti dengan posisi menungging. Kedua <br />
<br />
tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, Prambudi segera <br />
<br />
mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Yanti.<br />
<br />
<br />
<br />
Dengan sekali hentakan, "Bless..!" Batang kejantanan itu masuk seluruhnya.<br />
<br />
Prambudi dengan posisi setengah berdiri terus "menghajar" Yanti dari belakang sambil <br />
<br />
kedua tangannya berusaha meraih payudara Yanti yang memang sangat merangsang Prambudi. <br />
<br />
Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan.<br />
<br />
<br />
<br />
"Wah.. coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini.. pasti aku tambah awet muda.." <br />
<br />
pikir Prambudi ditengah serangan gencarnya.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Prambudi merasakan sesuatu akan keluar dari <br />
<br />
tubuhnya dan perasaannya melayang. Matanya yang bulat terbeliak dan kemudian melotot. <br />
<br />
Yanti yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera melepaskan pantatnya dari serangan <br />
<br />
gencar batang keperkasaan Prambudi. Lalu ia meraih rudal panjang Prambudi dan <br />
<br />
dikocok-kocoknya agar mendapatkan puncak klimaks mertuanya. Benar saja, cairan sperma <br />
<br />
dari batang keperkasaan Prambudi keluar menyemprot dengan derasnya. Melihat itu, Yanti <br />
<br />
segera menghisapnya sampai habis semua cairan lelaki itu hingga mulutnya ikut menjadi <br />
<br />
basah. Batang kemaluan itu dijilatinya sampai bersih.<br />
<br />
<br />
<br />
"Yan.. kapan-kapan kita ulangi lagi ya.., Ayah benar-benar puas sekarang.." ujar <br />
<br />
Prambudi sambil memakai pakaiannya kembali.<br />
<br />
Yanti hanya mengangguk dan tersenyum kecil memberikan kesan puas baik fisik maupun <br />
<br />
batin.<br />
<br />
Dalam hatinya ia berkata, "Dasar tua bangka..! Menantu aja di 'makan'..!"<br />
<br />
"Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat <br />
<br />
kulampiaskan lagi.. sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!" kata Prambudi <br />
<br />
menambahkan sambil mencium kening Yanti yang basah dengan peluh itu.<br />
<br />
<br />
<br />
Malam itu mereka lalui dengan perasaan sedikit penyesalan, tetapi juga rasa puas, <br />
<br />
karena keinginan batiniah diantara mereka berdua dapat tersalurkan. Namun, sejak itu <br />
<br />
setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, Yanti selalu melayaninya dengan <br />
<br />
senang hati dan penuh semangat. Dan hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua <br />
<br />
kali saja, tetapi mereka melakukannya hampir seperti layaknya suami isteri. Maklum, <br />
<br />
suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada Yanti. Kasihan Yanti, ya?..Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-91586311920161032182011-04-01T04:00:00.000+07:002011-04-01T04:00:55.278+07:00Babysitter<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjxa2tojhqLxH-KIRK8kMDpTIUQrOFQrv2N7M3mlI8sinxyQBrx5GblO7LgTHBxy6H6STH3ib4KgbROYLdToJE-g6-KJhVPKBdx11vF9r53c8j1wPzg8MUKMOF1ly97IhwXoDsk3S_3g/s1600/188590_148832905181269_148830175181542_308777_4215581_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjxa2tojhqLxH-KIRK8kMDpTIUQrOFQrv2N7M3mlI8sinxyQBrx5GblO7LgTHBxy6H6STH3ib4KgbROYLdToJE-g6-KJhVPKBdx11vF9r53c8j1wPzg8MUKMOF1ly97IhwXoDsk3S_3g/s320/188590_148832905181269_148830175181542_308777_4215581_n.jpg" width="240" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Ini pengalamanku 4 Tahun lalu.<br />
<br />
Malam telah larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam. Sedari siang tadi kakakku bersama suaminya menghadiri pertemuan sebuah Network Marketing dan diteruskan dengan pertemuan khusus para leaders.<br />
<br />
<br />
<br />
Untuk menghilangkan suntuk, aku connect ke internet dan berbagai macam situs aku buka, seperti biasa pasti terdapat banyak situs porno yang asal nyrobot. Biasanya aku langsung close karena aku enggak enak dengan kakakku, tetapi malam ini mereka tidak ada dirumah, hanya bersama dengan seorang baby siters keponakanku, namanya Imah baru berumur 18 Tahun dan berasal dari Wonosobo. Memang agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Imah memiliki body yang lumayan bagus dengan wajah yang tidak terlalu jelek.<br />
<br />
Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im (panggilan Imah sehari-hari) aku ajari internet meskipun hasilnya sangat buruk. Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs porno sangat besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-foto telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah sudah berapa lama dia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di monitor komputer.<br />
<br />
"Apa enggak malu ya..?" tanya Im-im yang membuatku kaget dan segera aku ganti situsnya dengan yang "normal". Dengan berusaha tenang, aku minta Imah mengulangi pertanyaannya.<br />
<br />
"Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?"<br />
<br />
Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.<br />
<br />
"Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini (sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto telanjang tadi), merekakan model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit."<br />
<br />
Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga terlihat jelas bulatan kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan aku sangat terobsesi untuk tidur dengan Im-im. Aku tersentak kaget saat Imah bertanya soal foto dimana seorang cowok sedang menjilati vagina cewek.<br />
<br />
"Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat pipis?".<br />
<br />
Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.<br />
<br />
"Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah enak, memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya. Kamu belum pernah coba kan?" tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka foto-foto yang lebih hot lagi.<br />
"Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil". (memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).<br />
"Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?"<br />
<br />
Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters yang membuatnya nggak PD.<br />
<br />
"Benar ya.., janji lho?" pintanya dengan sedikit ragu.<br />
<br />
Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku putuskan sambungan internet dan mulai "melatih" Im-im dengan diawali teknik berciuman yang sudah pernah dia rasakan dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku membalas dengan ganas hingga tanpa terasa tanganku telah meremas payudara Imah yang memang masih kencang. Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri lehernya yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yang aku berikan.<br />
<br />
Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Imah pindah ke dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh tubuh Imah telah bugil membuat libidoku tidak karuan. Tanpa ada keluhan apapun Imah terus mendesah nikmat dan tangannya membimbing tangan kiriku meremas teteknya yang bulat sedangkan payudara kanannya aku lumat dengan bibirku hingga terdengar jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama aku mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini bukan saat yang tepat.<br />
<br />
Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk membuat Imah tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Imah mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik Im-im.<br />
<br />
Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Imah kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan babysiters keponakanku. Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Imah kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang Imah mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.<br />
<br />
"Imah merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan perlahan.<br />
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab kekhawatiranya.<br />
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Imah nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau tanggungjawab kalau kamu hamil," sambil kubalas pelukannya.<br />
<br />
Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im menyentuh penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah Imah tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dengan lebih panas lagi dan kini Imah terlihat lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku. Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im mengerang kecil. Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan spreinya dan aku imbangi dengan melepas celana pendekku dan segera terlihat penis yang sudah tegang karena aku terbiasa tidak memakai CD saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Imah malu dan menjadi sangat kikuk saat tangannya aku bimbing memegang penisku dan setelah terbiasa dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Imah berada diatas yang membuatnya lebih leluasa menelusuri penisku.<br />
<br />
Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aku terus menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan ganas. Karena tidak kuat menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan aku tahu Imah menginginkan kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.<br />
<br />
Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya, aku gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi yang menyenangkan, erat sekali tangannya memelukku sambil telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yang mulai parau. Vaginanya semakin basah dan perlahan penisku yang tidak terlalu besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat kedua kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar yang membuatku lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan ternyata usahaku tidak sia-sia. Dengan sedikit menjerit Imah mengeluh,<br />
<br />
"Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong" dengan terbata-bata dan lemah kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saat seluruh penisku telah masuk semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya.<br />
<br />
Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Imah keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang memerah hingga Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang lama ada dianganku.<br />
<br />
Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Imah dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu berdiri lagi. Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.<br />
<br />
Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Imah semakin pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang membuatnya sangat PD. Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Imah tidak menjadi babysiters keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku ajak bercinta.<br />
<br />
Saat lebaran seperti biasa Imah pulang kampung selama 2 minggu dan yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek sebaya dengan Imah dan bernama Dina yang merupakan sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Imah yang membuatku berpikir kotor saat melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti Imah 2 tahun lalu. Pada malam harinya, setelah kami melepas rasa kangen dengan bercinta hampir 2 jam, Imah tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan maksudnya.<br />
<br />
"Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yang aku berikan saat ini," Imah terdiam sejenak.<br />
"Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?"<br />
<br />
Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak tahu mau berkata apa dan akhirnya Imah meneruskan perkataannya.<br />
<br />
"Imah tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aku nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar saat aku tahu Mas sangat perhatian denganku."<br />
<br />
Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan Imah pun membalas pelukanku.<br />
<br />
"Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati cinta dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku menerima pinangan seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku." Aku terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan belum bisa menerima kabar yang benar-benar mengagetkanku.<br />
<br />
Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataku dan aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar menginginkannya, namun ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Imah ke terminal untuk kembali pulang ke desanya dan menikah dengan seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun dia sudah tidak perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Imah.<br />
<br />
tulisan yang berjudul Cinta Seorang Babysitter ~ Virgin For You http://virgin-for-you.blogspot.com/2010/12/cinta-seorang-babysitter.html#ixzz1BYVKipgi<br />
asli dari http://virgin-for-you.blogspot.com boleh di copas asalkan mencantumkan link ini di bawahnyaAku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-38828531054421461702011-04-01T03:59:00.001+07:002011-04-01T03:59:07.864+07:00AngelaAku punya seorang teman baik. Dia punya 2 orand adik perempuan. Yang paling kecil berumur 22 tahun. Namanya Angela, tingginya sekitar 170 cm, dengan badan yang langsing, sepasang kaki yang panjang, dan dada yang tidak terlalu besar. Wajahnya bagaikan bidadari dalam mimpi semua pria. Aku tidak menyangka dia akan menjadi secantik ini. Suatu hari aku ke rumah temanku utk berangkat ke kantor bersama. Ketika itu aku melihat Angela sedang sarapan di ruang makan sendirian.<br />
?Hi..? sapa ku.<br />
?Ko Adi sedang mandi, mungkin sebentar lagi selesai.? Kata nya.<br />
Kemudian dia bangkit dan merapikan piring dan sendoknya dan langsung pamit untuk pergi ke kampus.<br />
Ketika Angella sudah menghilang dari belakang pintu, dengan cepat aku naik ke lantai 2 dan mencoba untuk memasuki kamarnya. Beruntung sekali karena tidak dikunci. Aku segera menghampiri lemari pakaiannya dan mencari harta karun fantasi sex ku. Tetapi aku mengalami kekecewaan karena dia hanya punya 3 pasang pantyhose, sehingga aku tidak mungkin mengambilnya. Untuk mengobati kekecewaanku, aku mencari keranjang cucian yang ada di kamar mandinya. Aku cari celana dalamnya. Aku menemukannya di antara pakaian tidurnya. Dengan cepat aku mengambil celana dalamnya yang terbuat dari bahan satin yang halus dan menempelkannya di hidung dan menarik nafas dalam-dalam. Pikiranku langsung melayang dan penisku semakin mengeras dan panjang. Celana dalamnya masih menyimpan aroma yg khas dari vagina seorang wanita. Tapi aku buru-buru menyimpannya ke dalam kantong celanaku dan meninggalkan kamarnya. Aku kembali ke lantai 1 dan masuk ke kamar mandi. Aku buka resleting celanaku dan membebaskan penisku dari kurungan celana dalamku dan segera aku balutkan celana dalam Angela ke batang penisku dan langsung masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan seorang bidadari perawan yang cantik yang mengenakan pantyhose dengan sepatu tali yang seksi. Kubayangkan penisku masuk dan keluar, memompa vaginanya dengan cepat dan keras. Hanya dalam hitungan beberapa detik kemudian, aku mengalami ejakulasi yang hebat. Dengan sisa-sisa tenaga aku arahkan penisku ke jambannya, dan 3 semprotan panjang mengawali puncak orgasme ku dan diakhiri dengan beberapa tetes sperma ku. Nafasku memburu dan berkeringat.<br />
?Indra! Kamu lagi di WC ya?? terdengar teriakan dari Adi.<br />
?Iya, bentar, gue lagi kencing nih.? Dengan cepat aku keluarkan tissueku dan membersihkan kepala penisku yang tersayang, kemudian ku tarik flush yang ada di jamban dan hilanglah bukti dari hasrat ku yang membara. Ku simpan kembali harta karun ku dan keluar dari WC dan bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa.<br />
<br />
Siang itu, aku bermasturbasi di WC kantor.<br />
Sorenya, aku dan Angela sedang dalam perjalanan pulang. Kami ngobrol tentang pekerjaan. Jalanan lumayan padat sehingga tidak bisa cepat-cepat dan sering berhenti. Aku memberanikan diri untuk bertanya.<br />
?Angela, boleh aku bertanya sesuatu??<br />
?Apa?? jawabnya dengan ringan sambil melihatku.<br />
?Tapi jangan marah atau tersinggung ya.?<br />
Angela mengangguk kecil.<br />
?Apakah kamu suka pakai pantyhose??<br />
?Koq kamu tahu aku pake pantyhose??<br />
?Cuma nebak-nebak aja.?<br />
?Aku baru mulai pake sih, belum lama.?<br />
?Apa kamu suka??<br />
?Iya, rasanya gimana gitu.?<br />
?Keliatannya halus.?<br />
?Iya, rasanya halus juga.?<br />
Aku menelan ludah dan mengumpulkan segenap keberanian untuk bertanya, ?Apakah aku boleh megang? Maksudku aku cuma pengen tahu gimana rasanya.? Padahal aku sudah punya beberapa koleksi dan sudah tahu.<br />
Tanpa ragu-ragu Angela menjawab, ?Boleh.?<br />
Dengan perlahan-lahan kutaruh jari-jari tangan kiri ku di atas lutut kanannya. Ku elus-elus lututnya pelan-pelan. Seluruh badanku dipenuhi oleh sensasi erotis yang ditimbulkan oleh kelembutan pantyhose dan kaki Angela.<br />
“Gimana rasanya?” tanya angela.<br />
“Bener-bener halus.” aku senyum kecil sambil memandang wajahnya yang cantik. penisku sudah dalam keadaan siaga satu dan dari luar terlihat sedikit menonjol.<br />
Untung mobilku mempunyai transmisi automatic sehingga aku tidak perlu mengganti-ganti gigi dan melepaskan tangan kiriku dari lututnya. Karena jalanan sangat macet, Tidak lama kemudian Angela tertidur. Kuberanikan diriku untuk menjelajah lebih dalam lagi ke pahanya.<br />
Angela tidak memberikan reaksi penolakan atau keberatan atas tindakan ku, atau mungkin dia tidak merasakannya karena sedang tertidur. Aku tidak perduli, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Pelan-pelan tangan kiriku makin ke atas dan telah sampai di tengah-tengah pahanya. Ku belai pahanya yang lembut dan halus. Kulihat wajahnya, Angela tertidur dengan sangat tenang. Saat ini, roknya sudah tersingkap setengah paha. Untung roknya tidak terlalu ketat, jika tidak, aku akan mengalami kesulitan untuk menjelajah lebih dalam. Kuteruskan aksi ku sampai pada paha bagian atas. Akhirnya aku sampai pada pusat segala kenikmatan sexual. Jari tengah ku menelusuri celah yang terbentuk dari ke dua pangkal pahanya. Jari tengah ku merasakan kehangatan dan kelembaban. Jari tengah ku dengan perlahan menemukan garis cekungan yang terbentuk dari celah vaginanya. Tiba-tiba terasa basah dan licin. Penis ku bertambah keras dan kencang, ternyata Angela secara sadar atau pun tidak, terangsang dengan belaian tanganku yang nakal. Aku tidak tahu apakah dia sadar ataukah masih tertidur. Saat ini arus lalu lintas mulai lancar, aku langsung masuk ke pintu tol. Dengan cepat aku mengeluarkan uang pas dari asbak mobil dan dengan cepat pula memberikannya kepada petugas tol dan aku langsung tancap gas. Setelah beberapa puluh meter, aku pelankan laju mobilku dan jari tengahku mulai memberikan tekanan-tekanan ringan pada selangkangannya. Bahan pantyhose yang halus bercampur dengan cairan manis yang di hasilkan oleh Angela membuat darahku makin mendidih dan sangat horny. Ku alihkan pandanganku dari jalan dan dengan cepat mengamati Angela. Rok nya sudah tersingkap sampai atas. Pahanya yang mulus terbungkus oleh pantyhose yang sexy. Wajahnya masih tidak menunjukan reaksi penolakan ataupun reaksi lainnya. Ku percepat gerakan jariku dengan tujuan membuatnya semakin terangsang dan orgasme. Kemudian ku selipkan jari manisku dan bersama-sama dengan jari tengahku, dan ku mainkan vaginanya. Setelah beberapa saat, ku putuskan untuk fokus pada klitorisnya. Gerakan jariku kupercepat namun tetap lembut dan tidak kasar. Samar-samar aku mendengar desahan halus yang berasal dari nafas Angela. Expresinya sedikit berubah. Kelihatannya Angela sangat menikmatinya. Cairan halus dan licin itu semakin membasahi celana dalam dan pantyhose Angela. Demikian pula dengan penis ku, sudah membasahi celana dalam ku. Setelah beberapa menit pikiranku melayangkan imaginasi nikmatnya bersetubuh dengan adik teman baikku yang masih perawan ini, tiba-tiba aku dikagetkan dengan sebuah mobil truck besar yang langsung memotong tepat didepanku. Dengan reflek ku injak rem untuk menghindari tabrakan, dan tangan kiriku sempat terhenti sejenak karena kekagetan itu. Aku dikejutkan lagi oleh tangan Angela yang menekan tangan kiri ku dengan kencang ke selangkangannya. Aku langsung melanjutkkan memberikan rangsangan kepada klitorisnya dengan cepat dan sedikit lebih kuat. Pinggangnya mulai bergerak, aku bisa merasakan kontraksi otot pada selangkangannya. Kemudian terdengar desahan kenikmatan yang tertahan di dalam vaginanya. Angelaku yang manis mengalami orgasme pertamanya. Setelah orgasmenya reda, ia membuka matanya dan menatapku dengan senyuman yang puas dan manis.<br />
“Ko Indra nakal…” itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya yang sexy.<br />
“Bagaimana rasanya?” tanya ku.<br />
Tangan kirinya tetap menahan tangan kiriku di vaginanya, tangan kanannya membelai sayang pipiku. Tangannya yang halus dan lembut membuatku semakin terangsang.<br />
“Enak sekali… aku tidak tahu akan begitu enak… Apa itu orgasme?”<br />
“Itu belum seberapa, apa mau yang lebih enak lagi?” dengan berani aku menanyakan.<br />
“Sex langsung?”<br />
“Iya” jawabku.<br />
“Apakah benar akan lebih enak dari ini?”<br />
“Tentu saja.”<br />
Angela melihat jam pada dashboard.<br />
“Apakah masih sempat? sudah terlalu malam nanti aku di cariin sama orang-orang rumah.”<br />
“Bilang aja lagi ada acara ulang tahun teman.”<br />
“Ide yang bagus.”<br />
“Trus pacarnya gimana?”<br />
“Biarin aja, aku jga tidak begitu suka.”<br />
Kesempatan emas yang tidak boleh kulewatkan. Tetap saja aku tidak menyangka akan semudah ini, dan Angela yang begitu berani. Apakah dia sudah pernah melakukannya?<br />
<br />
Ku parkir mobilku disebuah hotel yang terletak di tengah keramaian kota. Langsung saja aku memesan sebuah kamar yang VIP dengan ranjang yang besar. Segera setelah pintu kamar ditutup, aku duduk di atas kasur yang empuk dan menarik tangan Angela dan menyuruhnya duduk di atas pangkuanku. Posisi badannya menghadap ke kanan.<br />
“Apa Angela yakin mau melakukan ini dengan ku?”<br />
“Kalau memang orgasme terasa seindah dan senikmat itu, aku rela melakukannya.”<br />
“Apa setelah ini Angela akan melakukannya dengan orang lain juga?”<br />
“Ya tidak lah Ko Indra ku sayang. Aku bukan pelacur seperti itu. Aku hanya ingin melakukannya dengan Ko Indra.”<br />
“Benarkah?”<br />
Dia merangkul leher ku dan kusambut dengan ciuman yang basah di bibirnya.<br />
Angela memejamkan matanya, ku julurkan lidahku ke dalam mulutnya. Dengan sedikit kaku dan kikuk bidadariku menyambut tarian lidahku. Tidak lama kemudian Irama cumbuan kami semakin meningkat dan cepat dan panas penuh dengan nafsu. Tangan kiriku menelusuri semua bagian dari punggungnya dan tangan kananku menelusuri paha dan betisnya yang terbalut oleh pantyhose.<br />
Cumbuan kami bertambah liar, kutelusuri lehernya sambil menarikan lidahku. Terdengar desahan nikmat bercampur geli dari bibirnya. Angela membelai rambut dan punggungku.<br />
“Oh… ko Indra…”<br />
Saat ini tangan kiriku berhasil meraih payudara kirinya dari belakang. Ku pijat-pijat dengan lembut dan ku remas-remas.<br />
Tangan kananku dengan cepat melepaskan kancing-kancing bajunya. Angela pun mengikuti tindakanku dan melepaskan kancing bajuku, dan celanaku.<br />
Kusuruh Angela berdiri. Aku pun ikut berdiri dan langsung saja celana panjangku jatuh ke bawah. Ku tarik tangan kiri Angela dan meletakannya di penisku yang masih terbungkus celana dalam.<br />
“Keras sekali dan basah… ngompol ya?” ejek Angela.<br />
“Angela juga basah.” Ku elus-elus selangkangannya.<br />
Kemudian dia tersipu malu.<br />
Ku buka BH nya dan didepan mataku adalah sepasang payudara yang berukuran sedang dan ranum. Bajunya sengaja tidak kulepaskan, karena dia terlihat sangat cocok dan cantik dengan baju itu. Ku lihat celana dalam berwarna kulit menutupi vaginanya. Kuturunkan pantyhosenya sedikit dan kurobek celana dalamnya dan menariknya keluar. Kubetulkan kembali pantyhosenya, dan ku hirup aroma dari cairan vaginanya dan kujilat. Angela melihat dengan tatapan sedikit terkejut. Ku tempelkan celana dalamnya ke hidung Angela.<br />
“Bagaimana aromanya?”<br />
Seakan-akan tidak percaya, ia menghirupnya beberapa kali.<br />
“Aromanya seakan-akan menggetarkan seluruh tubuhku…” jawabnya.<br />
Tiba-tiba saja aku merasakan tangan kirinya dengan penuh nafsu meremas-remas penisku. Kuturunkan celana dalam ku dan penisku berdiri dengan keras dan panjang. Mulutnya sedikit terbuka melihat penisku yang berukuran sedang namun keras seperti batu. Jarinya yang mungil menyentuh ujung kepala penisku. Tidak terbayangkan nikmatnya sentuhan Angela pada penis ku. perlahan-lahan ia mulai memegang dan mengelus-elus seluruh batang penisku, akibatnya penisku benar-benar basah.<br />
<br />
Aku suruh Angela tidur di atas ranjang. Ku jelajahi seluruh bagian dari kakinya yang panjang dan seksi. Aku habiskan lebih dari 30 menit hanya mengelus-elus dan memijat-mijat kecil seluruh bagian kakinya. Setiap kali aku melihat kaki dan sepatu talinya, rasanya ingin ku kulum. Akhirnya ku angkat kaki kanannya dan ku serbu dengan kuluman dan ciuman pada jari-jari kakinya tanpa melepas sepatunya. Setelah puas ku lanjutkan dengan mengulum vaginanya. Tanpa melepas pantyhosenya, aku mainkan tarian erotis dengan lidahku. Angela terus mendesah nikmat tanpa henti. Setelah beberapa saat, aku merasakan otot-otot pinggulnya mulai menegang. Angela mengalami orgasme kecil. Ku buat sebuah lubang kecil dengan bantuan gigi dan jari ku. Lidah ku langsung menerobos masuk dan menyerbu klitoris Angela. Nafas Angela semakin memburu dan dari bibirnya terus mengalir alunan desahan kenikmtan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.<br />
“Ko… Indra… enak banget…”<br />
Ku arahkan pandanganku sedikit ke atas, bidadariku terlihat sangat menikmati oral yang ku berikan. Ku dorong lidahku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Cairan cinta Angela terus mengalir tanpa henti. Aku ingin angela merasakan nikmatnya bercinta, dan betapa mengagumkannya multi orgasme. Ku masukan jari tengah ku ke dalam vaginanya. Jariku masuk dengan mulus tanpa menemui hambatan apa pun. Ku coba untuk mencari titik G spot yang menjadi puncak kenikmatan sexual Angela. Desahan yang keluar dari mulutnya semakin kencang. Ada beberapa tempat yang mencurigakan, akhirnya aku berexperimen satu per satu. Memang makan waktu, tetapi setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kutemukan. Aku tidak begitu yakin, tetapi semakin lama aku memberikan rangsangan pada titik tersebut, semakin kuat Angela menggeliat dan akhirnya orgasme. Kurasakan otot-otot vaginanya menjepit jariku dengan kuat. Setelah orgasmenya reda, aku memposisikan diriku di atas badan Angela. Ku kulum bibir dan lidahnya.<br />
“Sayang… aku akan memberikan kenikmatan yang tiada bandingannya, apa kamu sudah siap?”<br />
Angela melihatku dengan nafsu yang membara dan menganggukan kepalanya.<br />
Ku berikan senyum manisku dan memposisikan penis ku di depan pantyhose yang sudah ku robek sedikit. Pelan-pelan ku masukan penis ku. Dinding vaginanya yang ketat dan kencang menyambut kedatangan penisku dengan hangat. Ketika kepala penisku tenggelam di dalam vaginanya, Angela memejamkan matanya dan mulutnya terbuka. Ku dorong lagi perlahan-lahan sampai seluruh batang penisku berada di dalam vaginanya. Hangat, basahdan kencang, itulah yang kurasakan ketika meluncur masuk. Pelan-pelan ku tarik sedikit dan masuk lagi. Setelah beberapa tarikan Angela membuka matanya dan menatapku dengan penuh kepatuhan. Dia sudah mulai terbiasa dengan penisku, kupercepat gerakan memompa ku dalam posisi misionaris. Angela mendesah nikmat. Makin lama makin cepat, kembali Angela hilang dalam orgasmenya yang kuat dan panjang. Titik G spot yang kutemukan berada disebelah bawah dinding vaginanya. Sulit untuk merangsangnya dalam posisi misionaris. Kusuruh Angela membalikan badannya. Darah keperawanannya membekas di atas ranjang hotel. Begitu pula dengan penis ku, tertempel darah segar dari Angela.<br />
Kuarahkan Angela membentuk posisi doggy style. Aku sendiri juga sudah tidak dapat bertahan lama lagi. Aku ingin menyelesaikannya dengan memberikan multiple orgasme. Ku posisikan penisku ke daerah G spot Angela. Saat itu pula angela mendesah dengan kencang, karena vaginanya sudah terlalu sensitif. Ku pompa Angela dari belakang, pertama-tama pelan kemudian semakin cepat dan cepat. Tidak sampai 5 menit, badan Angela kembali berkontraksi. Kontraksinya jauh lebih kuat dari sebelumnya. Kurasakan otot-otot vaginanya meremas-remas penisku. Benar-benar sensasi yang tidak ada bandingannya. Aku dapat merasakan cairan madu Angela terus mengalir keluar membasahi paha kami. Badan Angela berkontraksi dan menggeliat dengan hebat bagaikan gempa bumi. Orgasme yang ia rasakan tak kunjung habis. Ku pelankan gerakanku, dan membiarkan Angela menikmati keseluruhan orgasmenya. Kucabut penisku dari vaginanya dan menyuruhnya tidur dengan terlentang. Ku posisikan penisku di depan bibirnya.<br />
“Angela, buka mulutnya… anggap aja lolipop.”<br />
Angela menuruti kata-kataku dan menyambut ‘lolipop’ yang basah dengan ejakulasinya. Angela dengan kaku mengulum penisku. Namun rupanya dia mempunyai bakat alami dalam memberikan oral pada penis ku. Tidak lama kemudian, orgasme ku datang bagaikan petir. Seluruh badanku bergetar. Angela kaget ketika sperma ku meluncur dengan cepat dan kuat. Tidak terhitung berapa banyak spermaku yang keluar. Angela hampir tersedak, namun dengan cepat ia telan spermaku dan membersihkan sisa-sisanya.<br />
Angela sudah kehabisan tenaga, aku berbaring disebelahnya. Ia menatapku dengan tatapan bangga dan puas. Bidadariku… akhirnya aku berhasil bercinta dengannya.<br />
<br />
Setelah berbaring selama beberapa saat, aku mengajak Angela untuk mandi bersama. Terpaksa Angela harus melepaskan pantyhosenya. Kami saling membersihkan satu sama lain, tidak lama kemudian aku kembali memasukan penisku yang masih keras dan horny ke dalam vagina Angela. Dibawah pancuran shower yang hangat aku kembali bercinta dengan Angela. Ku angkat dan kutahan kaki kirinya dengan tangan kananku dan kusandarkan dia pada dinding kamar mandi. Ku pompa vaginanya dengan penisku, lembut namun mantap. Angela menarikan tarian lidahnya pada leherku. Tanpa disengaja dia menemukan tempat yang sensitif pada leher bagian kiri ku.<br />
“Iya… di sini… terus…”<br />
Angela memfokuskan tariannya pada titik tersebut. Tak pernah kuduga betapa sensitifnya tempat itu, aliran-aliran listrik kecil seolah-olah berjalan di seluruh tubuhku, menambah sensasi yang luar biasa pada penisku. Aku terus mendesah dan mempercepat sedikit gerakan penisku, kadang-kadang aku mendorongnya sedalam mungkin dan mempertahankannya dalam posisi seperti itu dan kugoyangkan pinggangku dengan gerakan melingkar. Angela mendesah dan menghentikan tariannya. Kulanjutkan lagi proses percintaanku. Dia merangkulku dengan kuat. Desahannya semakin cepat dan kuat.<br />
“Ko… Indra…”<br />
Di bawah pancuran shower yang hangat, Angela mengalami orgasme yang kesekian kalinya. Badannya bergetar kuat. Otot-otot dinding vaginanya meremas-remas batang penisku dan membawaku ke ujung kenikmatan yang tak terbayangkan. Aku berusaha untuk menahannya selama mungkin, paling tidak sampai orgasme Angella mereda. Setelah reda, langsung ku keluarkan penisku, dengan tanggap Angela berlutut di depanku dan melahap penisku dengan mulutnya. Separuh penisku hilang didalam mulutnya. Lidahnya dengan cekatan menari-nari di penisku. Benar-benar tidak terlukiskan rasanya. Kupegang kepala Angela dengan kedua tanganku, pelan-pelan ku dorong masuk penisku sampai habis. Angela hampir tersedak dan dengan cepat menyesuaikan rongga kerongkongannya untuk menyambut penisku. Kutarik lagi dan kumasukan lagi. Lidahnya tak pernah berhenti sedikitpun menarikan tarian erotis pada penisku. Rangsangan ini benar-benar membuat penisku meledak dengan orgasme yang kuat dan menggetarkan. Karena aku terus menarik dan mendorong penisku akibatnya spermaku ada yang mengalir keluar dari mulutnya. Spermaku yang mengalir keluar dari sudut bibirnya membuat Angela semakin cantik dan menggairahkan. Angela terus menjilat dan menelan sperma dari penisku sampai bersih.<br />
“Suka ya?” Kutanya dengan lembut.<br />
Tanpa melepaskan kulumannya, ia tersenyum dan mengangguk.<br />
Bidadariku ternyata sungguh luar biasa, ini benar-benar mimpi menjadi kenyataan. Seorang gadis cantik memberikan oral dan menelan sperma dari penisku.<br />
<br />
Kami terpaksa menyudahi percintaan kami, karena sudah larut malam. Ku antar Angela pulang ke rumahnya. Sebelum keluar dari pintu mobil, kami bercumbu dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Malamnya kutelepon Angela. Kami setuju untuk pergi ke mall untuk berjalan-jalan.<br />
Angela mengenakan terusan model babydoll dengan panjang sampai 10 cm di atas lutut. Bahannya halus dan lembut. Pantyhose berwarna putih, ultra sheer, ditambah dengan sepatu tali berwarna putih yang melingkar sampai ke pertengahan betisnya, membangunkan penisku yang sedang tidur. Rambutnya terurai rapi, make up berwarna natural dan tipis, lipstick merah muda yang paling muda dengan wet look. Ketika masuk ke dalam mobil, dia menyapaku dengan manis dan manja.<br />
“Sabar ya Ko Indra sayang…”<br />
Angela mengatakan hal itu seolah-olah ia mengetahui apa yang sedang kupikirkan saat ini, yaitu berhubungan sex dengannya saat ini juga.<br />
Dengan tampang kecewa yang kubuat komikal aku mengeluh. Namun hal ini mengundang tawa bahak dari Angela.<br />
“Apa tidak ada yang tahu kalau kita pergi bersama?” tanyaku.<br />
“Tidak ada, aku cuma bilang mau bantu-bantu teman ku yang mau married, jadi aku punya alasan untuk pulang sampai malam.” jawab Angela sambil tersenyum manis.<br />
“Angela, kamu benar-benar cantik, manis dan seksi sekali.”<br />
“Ko Indra bisa aja, kan aku dandan seperti ini cuma untuk Ko Indra.”<br />
“Memangnya kamu tidak pernah dandan untuk cowok kamu?”<br />
“Cowok yang mana ya?”<br />
“Kemarin katanya sudah punya?”<br />
“Oh yang itu… Sudah putus tuh…”<br />
“Kapan?”<br />
“Tadi malam.” Angela menjawab dengan tenang.<br />
“Boleh tahu kenapa?”<br />
“Ko Indra lucu deh, pake acara nanya segala.”<br />
Aku menduga bahwa akulah yang menjadi alasan dari putusnya hubungan antara Angela dengan pacarnya.<br />
“Gara-gara aku ya?”<br />
Tiba-tiba saja Angela mencium pipi kiriku.<br />
“Cuma Ko Indra yang bisa membahagiakanku.”<br />
Rasanya jantungku hendak meloncat keluar mendengar pernyataannya.<br />
Ku elus-elus pahanya yang dengan manis terbungkus oleh ultra sheer pantyhose berwarna putih sambil tersenyum manis.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, kami tiba di Plaza Senayan. Sambil bergandengan tangan kami memasuki pintu samping Plaza. Kami masuk ke Metro dan langsung menuju ke bagian pakaian dalam.<br />
Angela melihatku dengan senyumnya yang nakal. Kami mulai dari lantai dasar yang banyak menjual sepatu-sepatu wanita. Aku menyodorkan beberapa pasang sepatu tali yang sexy dan bagus. Ternyata Angela juga menyukainya dan aku membeli 2 pasang sepatu tali yang ber-hak tinggi dan sedang untuk Angela . Kemudian kami naik ke lantai atas untuk melihat-lihat stocking dan pantyhose yang dipajang pada counternya dan sibuk membahasnya. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli semua merk yang ada dalam beberapa warna. Namun kali ini Angela yang memaksa untuk membayar. Setelah itu kami makan siang di sebuah cafe di lantai atas.<br />
Aku sengaja memilih tempat yang terletak disudut ruangan. Kami duduk di sofa yang menempel pada kedua sisi ruangan.<br />
Kami memesan dua piring spagheti, dan jus untuk makan siang kami. Setelah pelayan yang mencatat pesanan kami pergi, aku sibuk memeriksa sekeliling kami. Suasana masih sepi dan tidak ada yang memperhatikan kami, yang terpenting adalah taplak meja yang panjangnya sampai ke lantai. Benar-benar cocok untuk melaksanakan rencanaku. Dengan sekejap aku masuk ke bawah meja.<br />
“Ko Indra…” Angela berusaha menyingkap kain yang menutupi ku.<br />
“Ssst… jangan keras-keras, nanti ketahuan…” Bisikku.<br />
“Mau ngapain sih?”<br />
“Ada deh…” Jawabku dengan senyum nakal.<br />
Kurapikan kain penutup meja itu sehingga menutupi seluruh bagian pinggang Angela. Kemudian ku buka kedua kaki Angela yang menutupi selangkangannya. Lalu aku belai-belai vaginanya yang terbalut oleh pantyhose putih yang seksi.<br />
“Ko Indra… jangan di sini nanti ada yang melihat…” Bisiknya.<br />
Aku mengacuhkan bisikannya, karena aku merasakan bahwa Angela tidak memakai celana dalam dan pantyhose yang dikenakannya adalah yang ’sheer to waist’.<br />
Langsung saja kukulum vaginanya sambil membelai-belai kakinya yang panjang dan lembut.<br />
“Ko Indra…”<br />
Aku dapat merasakan sensasi nikmat yang menghanyutkan bersamaan dengan perasaan takut begitu pula dengan Angela. Kujilati seluruh bagian dari selangkangan Angela. Tidak lama kemudian aku dapat merasakan cairan manis yang khas mengalir dari vaginanya dan bercampur dengan kulumanku yang basah. Aku menjadi semakin bersemangat dan horny. Kupercepat kuluman dan tarian erotis lidahku. Sensasi yang menggelitik dan eksotis membuat tubuh Angela bergetar-getar. Aku yakin Angela pasti sedang berusaha keras untuk menahan ekspresinya dan menahan desahannya. Penisku meronta-ronta untuk keluar dari dekapan celana dalamku. Aku terus melahap Angela dengan penuh nafsu, dan tanganku tidak henti-hentinya membelai dan mengelus-elus kakinya.<br />
“Silahkan Minumnya.” Terdengar suara dari seorang pelayan wanita yang mengantarkan minuman.<br />
“Terima kasih…” jawab Angela dengan suara yang sedikit bergetar.<br />
Aku dapat merasakan Angela sedang menyedot jus yang baru saja di antar.<br />
Tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam taplak meja dan mengelus-ngelus kepalaku.<br />
Tidak lama kemudian terdengar lagi suara dari pelayan wanita yang sama, membawakan pesanan kami.<br />
Setelah meletakan pesanan kami, pelayan itu meninggalkan Angela.<br />
“Sayang ayo dimakan dulu.” Bisikku dari bawah.<br />
Angela dengan kikuk mencoba memakan spagheti yang telah kami pesan. Dia berusaha untuk tenang dan mencoba menikmati makanannya. Aku tahu dengan pasti sensasi yang dihasilkan oleh vaginanya ( dengan pertolongan lidahku yang nakal ) telah mengambil alih kesadarannya. Tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki yang mendekat, bersamaan dengan itu pula kedua kaki Angela menjepit kepalaku dengan kencang. Akhirnya aku merasakan otot-otot pinggul dan kakinya berkontraksi dengan keras. Cairan orgasmenya mengalir makin banyak, kulahap semua sampai tak tersisa. Badan Angela sedikit berguncang dan mengeluarkan suara seperti tersedak.<br />
“Apa Ibu tidak apa-apa?”<br />
“Oh.. tidak… cuma sedikit tersedak…” Jawabnya dengan gugup.<br />
Tidak kusangka Angela masih dapat berbicara menutupi keadaannya yang sedang orgasme.<br />
Setelah beberapa saat, Angela mulai mengendorkan jepitan kakinya, otot-otot pinggulnyapun mulai rileks. Aku mengintip dari belakang kain untuk melihat keadaan dan langsung aku keluar dari kolong meja dan duduk di sebelahnya.<br />
“Batuk ya?” tanyaku.<br />
“Ko Indra! Hampir saja tadi ketahuan!” Serunya sambil mencubit kecil pahaku.<br />
“Tapi seru kan?” jawabku sambil tertawa kecil.<br />
“Iya… tapi sekarang waktunya pembalasan!”<br />
<br />
Dengan cepat Angela memeriksa keadaan dan langsung turun ke bawah meja. Dengan cekatan Angela membuka resleting celanaku dan membebaskan penisku dari kurungan celana dalamku. Langsung saja penisku berdiri dengan tegak. Tanpa mengulur waktu Angela mulai menjilati ujungkepala penisku, menikmati cairan pra orgasme yang telah membasahi kepala penisku. Lidahnya yang lembut dan hangat menari-nari indah, diselingi dengan kuluman yang dalam. Gerakan Angela sangat agresif seakan-akan ingin membuatk meledak saat itu juga. Aku tentu saja tenggelam dalam kenikmatan eksotis dan erotis yang diberikan oleh Angela. seperti halnya Angela, aku tidak dapat berkonsentrasi menikmati makananku. Untung saja porsinya sedikit. Seluruh badanku dipenuhi oleh listrik-listrik kecil yang semuanya menyerbu pusat saraf sensorikku. Tinggal suapan terakhir, oral yang diberikan oleh Angela membawaku ke puncak kenikmatan duniawi, yaitu orgasme. Badanku ikut bergetar dan menimbulkan suara. Aku berhasil menahan desahan nikmatku dalam-dalam. Seorang pelayan wanita datang untuk menawarkan tambahan minuman atau makanan.<br />
“Tidak… sudah cukup…” dengan seluruh kesadaran yang tersisa aku menjawab.<br />
Gelombang demi gelombang orgasme melanda penisku. Dengan setia Angela menampung semua itu di dalam mulutnya dan kemudian menelan madu murni yang keluar dari penisku. Setelah reda, dia masih saja menjilati dan menghisap penisku sampai kering, sampai semua madu yang melekat di penisku dihabiskannya, baru penisku yang masih setengah berdiri disimpan kembali ke dalam celanaku.<br />
Aku memberinya isyarat untuk keluar.<br />
Dengan Senyum nakal yang manis, Angela berkata: “Bener nih ga mau tambah lagi?”<br />
Kami tertawa terbahak-bahak sambil berpelukan.<br />
Setelah menghabiskan minuman kami, aku memanggil pelayan dan meminta bon.<br />
Setelah membayar, kami berdiri, menenteng belanjaan kami, pada saat itu juga manajer cafe datang menghampiri kami.<br />
“Terima kasih atas kedatangannya. Apakah rasa makanannya cocok?”<br />
Dengan spontan kujawab, “Dessertnya enak sekali.”<br />
“Appetizernya juga enak.” sambung Angela.<br />
Dengan senyum nakal kami meninggalkan manajer yang sedang kebingungan karena jelas-jelas kami tidak memesan makanan pembuka maupun pencuci mulut.<br />
<br />
Petualangan yang menegangkan di cafe tersebut ternyata makin membangkitkan nafsu horny kami. Akhirnya kami memutuskan untuk nonton film di bioskop. Ternyata cara ini tidak banyak membantu. Film tidak kami gubris sama sekali selama hampir satu setengah jam kami bercumbu dengan liar. Leher dan kuping tidak luput dari kuluman kami. Jari-jari mungil Angela berkelana ke selangkanganku dan masuk ke dalam celanaku dan bermain-main dengan penisku. Jarinya yang halus dan lembut membelai-belai kejantananku, kadang-kadang membuat lingkaran-lingkaran kecil pada ujung kepala penisku. Benar-benar kenikmatan tiada tara. Tanganku tidak dapat menjangkau selangkangannya karena posisi duduk yang tidak memungkinkan. Setelah film selesai, kami masuk ke kamar kecil untuk merapikan diri. Aku tidak mengalami orgasme, meskipun demikian itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Aku juga yakin pasangan yang duduk tidak jauh dari kami juga melakukan hal yang sama karena kami.<br />
Setelah itu kami langsung menuju ke sebuah hotel yang telah kubooking pada waktu pagi tadi. Ketika pintu kamar ditutup dan dikunci, aku langsung menarik lengan Angela dan memeluknya dengan erat. Barang-barang belanjaan kami jatuh berceceran di lantai. Ku kulum bibir dan lidah nya yang lembut dan hangat. Aku tidak tahu darimana asalnya french kiss, namun aku yakin orang pertama yang menemukannya akan langsung hornymelihat adegan french kiss kami yang dipenuhi dengan hasrat dan nafsu.<br />
Di sebelah pintu masuk terdapat sebuah lemari baju dengan kaca yang panjang. Posisi kami tepat didepan kaca tersebut. Aku melihat bayangan kami yang sedang bercumbu. Benar-benar pemandangan yang sangat erotis dan indah. Mulut kami terbuka lebar, bibir saling beradu. Lidahku dengan lincah menelusuri bagian luar dari mulut dan dagu Angela. Lidah bidadariku pun tidak kalah lincah dan agresifnya. Semua dagu dan mulutku, bahkan sampai ke pipi ku basah semua. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kulitku, kurasakan api hasrat liarku makin membesar. Lidah kami akhirnya bertemu. Angela makin bertambah semangat dan terus mendesah nikmat. Tangannya menelusuri seluruh bagian dari punggungku. Kubelai kepalanya sambil meremas-remas rambutnya yang lembut, tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang bulat dan kenyal.<br />
“Kohh… In..dra…”<br />
Tiba-tiba saja Angela menghentikan cumbuannya.<br />
“Aku punya sesuatu untuk Ko Indra.”<br />
“Apa itu?” jawabku dengan tergesa-gesa, karena akuingin secepat mungkin bersetubuh dengannya.<br />
“Lepas semua pakaian dan duduk di ranjang.”<br />
Aku ikuti permainannya dan melakukan apa yang ia minta.<br />
Penisku mencuat bagaikan tiang bendera. Angela menghampiriku dan berlutut dihadapanku. Bibirnya langsung mengecup kebanggaanku yang telah membuatnya tenggelam dalam lembah kenikmatan duniawi yang indah. Lidahnya menjilati kepala penisku, tepatnya menjilati cairan bening yang keluar dari celah penisku, kemudian mulutnya melahap selurh kepala penisku dan disedotnya sampai kering, tidak lupa lidahnya yang lembut dan basah menari-nari dengan sensual.<br />
Kubelai rambut dan kepalanya.<br />
“Angela…”<br />
Dia melihat ku dan tersenyum, kemudian bangkit dan mengulum bibir dan lidahku. Aku masih dapat merasakan aroma memabukan dari cairan pra orgasme ku yang bercampur dengan ludahnya.<br />
“Ko Indra duduk di sini dan nikmati pertunjukannya, tapi tidak boleh dalam bentuk atau cara apapun merangsang atau menyentuh penis milik ku.”<br />
Angela mengatakan itu disebelah telinga kiriku, sambil mengelus-elus kejantananku.<br />
“Bagaimana Ko…?” angela menjulurkan lidahnya dan menjilat rahang dan kupingku.<br />
“Ok.” jawabku.<br />
Dia tersenyum nakal dan genit.<br />
Sepertinya aku telah membangkitkan sisi nafsunya yang terpendam.<br />
<br />
Angela mengambil barang-barang belanjaan kami dan menaruhnya di depanku. Ia mengambil sebuah pantyhose berwarna hitam transparan dan mengeluarkan isinya. Angela menarik bangku meja rias dan menaruhnya di hadapanku, kemudian ia duduk menghadap ke kanan, sehingga sisi kanan tubuhnya ada di hadapanku. Kaki kanannya diletakan sedikit lebih maju dari kaki kirinya. Dengan perlahan ia menunduk dan tangannya membelai dan mengelus-elus betisnya yang ramping dan padat. Terdengar suara gesekan halus yang terjadi karena gesekan antara tangannya dengan pantyhose yang ia kenakan. Suara ini bagaikan musik eksotis yang luar biasa, hingga cairan beningku kembali menetes keluar.<br />
Ia melihat ke arahku dan tersenyum manis.<br />
“Apa Ko Indra suka?”<br />
aku hanya dapat mengagguk.<br />
Angela kembali mengelus-elus betis, pergelangan kaki, sampai jari-jari kakinya. Benar-benar pemandangan yang tidak ada bandingannya. Dia sengaja merangsangku.<br />
Dengan perlahan-lahan dan anggun jari-jari mungilnya menarik simpul tali sepatunya yang terletak di tengah-tengah betisnya. Tali tersebut diletakan dengan lembut olehnya. Ujung kakinya ia kuncupkan dan perlahan-lahan ditarik mundur dari sepatunya. Ujung kakinya di daratkan di lantai dan kedua tangannya membelai dan memijat-mijat kecil tumit dan telapak kakinya. Kembali ia melihatku sambil tersenyum nakal. Ia berbalik ke arah kiri dan hal yang sama ia ulangi sekali lagi untuk kaki kirinya. Penisku makin bertambah keras dan basah melihat pertunjukan erotis angela. Ia berdiri, baju baby doll putihnya ia angkat setinggi pinggang. Pantyhose putih transparannya yang sexy membuat mataku berkunang-kunang dan penisku meronta-ronta untuk dapat masuk ke dalam vagina Angela dan bersetubuh dengannya habis-habisan. Itulah rencana balas dendam ku karena angela telah dengan sengaja menggoda dan membuatku demikian terangsang.<br />
Angela membelakangiku dan membungkuk sehingga pantatnya tepat di depan mataku. Ia turunkan pantyhose putihnya pelan-pelan. Ketika Pantyhosenya telah melewati selangkangannya, dengan jelas dapat kulihat vaginanya yang berwarna merah muda diseliputi oleh cairan hornynya yang membuatku ketagihan, dan mekar dengan indah. Aku yakin Angela juga merasa terangsang dengan pertunjukan solonya. Satu persatu Kakinya diangkat dan keluar dari lapisan pantyhosenya. Setelah itu Angela melemparkannya ke ranjang di sebelahku.<br />
Ia mengambil Pantyhose berwarna hitam transparan (ultra sheer) dan mamasukan tangannya ke kaki bagian kanan pantyhose tersebut, ia raih ujungnya dan ia tarik ke atas. Angela kembali duduk di ujung bangku. Ia masukan ujung kaki kanannya ke dalam pantyhose dan tanganya menarik pantyhose itu ke atas mengikuti lekuk tumit dan betisnya sampai lutut. Dengan cara yang sama ia lakukan lagi dengan kaki kirinya sambil melihat kudengan tatapan penuh dengan nafsu. Pantyhose di tarik ke atas sampai ke pinggangnya. Angela merapikan pantyhosenya mulai dari ujung kaki sampai ke pangkal pahanya. Penisku rasanya ingin meledak saat itu juga. Setelah rapi ia mengambil sepatu tali hitam dengan tumit tinggi dan memakainya dengan sensual. Ia jilat bibirnya untuk menggoda ku. Entah sudah berapa banyak cairan kenikmatanku mengalir. Baju babydoll nya ia rapikan kemudian dengan gaya seperti seorang peragawati Angela berjalan lenggak-lenggok di hadapanku.<br />
Angela memang pernah menjadi model dan masuk TV. Warna hitam pantyhosenya tipis sekali sehingga hanya meninggalkan aksen hitam pada kakinya yang panjang.<br />
<br />
Dua pasang, tiga pasang…. Yang ketiga adalah sebuah stocking berwarna kulit sangat transparan yang terbuat dari bahan yang halus sekali. Saat ini juga, Angela telah telanjang bulat. Penis dan selangkanganku sudah basah total. Pikiranku hanya terfokus pada Angela bidadariku. Kuperhatikan wajahnya yang cantik dan manis seperti sedang menahan sesuatu. Setiap pasang pantyhose yang telah ia pakai semuanya meninggalkan bercak basah pada selangkangannya. Stocking yangia kenakan tidak dapat menahan cairan manisnya sehingga dengan sinar matahari sore aku dapat melihat dengan jelas ujung stocking bagian atas berwarna lebih gelap seperti terkena air. Tidak lain dapat kusimpulkan cairan itu berasal dari vagina Angela yang sudah sangat sensitif dan horny.<br />
“Angela…”<br />
Ia datang menghampiriku.<br />
Langsung kudekap dan kutidurkan Angela di atas ranjang. Ku cumbu dengan penuh nafsu pelampiasan dan tangan kiriku mendarat di selangkangannya yang sudah banjir. Ku elus-elus bibir-bibir vaginanya.<br />
Angela mendesah dan bergetar.<br />
Kukonsentrasikan jari tengahku pada klitorisnya. Kutekan dengan sedikit kencang dan kugetarkan tanganku. Angela mendesah dengan kencang dan dalam hitungan detik seluruh tubuh Angela menggeliat hebat dan otot-otot pinggulnya bergetar dengan kencang.<br />
“Ko Indra…!” Angela meneriakan namaku.<br />
Gelombang demi gelombang orgasme klitoris Angela membuktikan betapa nikmatnya kenikmatan seksual. Setelah hampir satu menit, orgasmenya mulai mereda. Ia menatapku dengan penuh kasih.<br />
Ku masukan jariku ke dalam vaginanya dan mencari titik G spot nya. Badannya kembali menggeliat dan desahan yang keluar bagaikan musik erotis di telingaku. Dengan variasi tekanan kurangsang daerah G spotnya. Sampai pada akhirnya meledaklah orgasmenya. Ku kulum payudaranya dan kuhisap kencang-kencang. Otot-otot dinding vaginanya berkontraksi kencang sekali mendorong jariku. Ku pertahankan posisiku dan Angela meronta-ronta dalam kenikmatan orgasme yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Cairan yang hangat mengalir keluar dari dalam vaginanya. Aku berpindah posisi dan mengulum vaginanya dan madu murni yang keluar dari dalam. Lidahku kujulurkan dan merangsang kembali G spotnya. Angela kembali bergetar tiada henti. Cairan hangat itu kembali keluar tiada habis. Kuhisap dan kutelan semuanya. Setelah puas, aku mengangkat kedua kakinya yang sudah lemas ke pundakku. Kepalaku berada di tengah-tengah kakinya. Kumasukan penisku. Mulutnya terbuka lebar namun tidak ada suara. Penisku menemukan surga didalam vaginanya. Ku tarik keluar dan masuk lagi dengan lembut dan stabil. Ku belai dan elus kedua kakinya yang terbungkus stocking yang lembut dan seksi. Angela dengan pasrah menikmati percintaan ini. Matanya terpejam dan nafasnya pendek dan cepat. Sku juga tidak akan dapt bertahan lama setelah semua rangsangan visual yang ia berikan, namun aku mencoba untuk bertahan. Vaginanya yang sudah terlalu sensitif langsung meledak lagi. Aku sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi, karena dinding-dinding vaginanya meremas-remas penisku. Ku tarik penisku dan memasukannya ke dalam mulut Angela. Dengan setia ia menerima semua semburan orgasme ku dan menghabiskan madu ku. Badanku bergetar dan mendesah nikmat.<br />
Angela membuka matanya dan menatapku dengan manis. Aku tahu dia pasti kelelahan karena mengalami orgasme kuat secara berturut-turut. Setelah bersih ku keluarkan penisku, namun Angela menolaknya. Dengan segenap tenaganya ia berbalik dan membaringkan aku di atas ranjang. Bidadariku terus memberikan oral pada kejantananku yang tetap keras. Lidahnya menelusuri seluruh bagian dari batang penisku. Makin lama Angela semakin fasih meng-oral seks penisku. Kuganjal kepalaku dengan beberapa buah bantal agar dapat melihat pemandangan yang indah ini. Bidadari cantik ku benar-benar sangat menikmati dan menyukainya. Aku tidak ingin sensasi dan waktu ini berlalu. Aku benar-benar laki-laki yang beruntung. Menit-menitpun berlalu tanpa terasa. Orgasme kuat kembali mengambil alih tubuh dan pikiranku. Kali ini Angela sengaja mengumpulkan madu orgasme ku di dalam mulutnya, kemudian ia bermain-main dengan penisku dan spermaku. Hasilnya penisku berlumuran madu putihku. Sambil tersenyum dan memandangku ia menjilat dan menghisap habis semua madu yang berceceran. Meskipun telah berorgasme dan ejakulasi berkali-kali kejantananku masih menolak untuk istirahat. Aku tidak mungkin melanjutkannya lagi karena Angela sudah lelah. Dia tertidur dengan senyum puas di dadaku.<br />
<br />
Setelah berselang beberapa menit,<br />
“Ko Indra…”<br />
“Iya sayang…” jawabku sambil membelai rambut dan pipinya.<br />
“Cerita dong…”<br />
“Cerita apa?”<br />
“Cerita kenapa Ko Indra suka sekali sama pantyhose.”<br />
“Wah kalau diinget-inget sih uda lumayan lama juga. Yang pasti pertama kali aku merasakan yang namanya stocking itu waktu aku masih SD, kira-kira kelas satu atau dua. Adik terkecil dari ibuku yang tinggal di medan sedang berkujung ke Jakarta. Dia menginap di rumahku. Suatu hari kami sedang berada di dalam mobil, aku duduk di sebelahnya. Secara tidak sengaja kakiku menyenggol betisnya. Sentuhan pertama itu bagaikan perkenalan dengan sebuah sensasi yang tidak dapat kulupakan. Tanteku memakai stocking berwarna kulit. Sepanjang perjalanan kakiku selalu menempel dengan kakinya dan sesekali mengelus-elusnya. Dia tidak mengatakan apa-apa mungkin karena aku masih kecil dan iseng. Setelah itu aku tidak pernah dapat melupakan perasaan itu.”<br />
“Terus… ”<br />
“Ketika aku tumbuh makin besar aku mulai suka memperhatikan perempuan-perempuan yang memakai stocking dan pantyhose, dan penisku langsung berdiri dengan tegak. Rasa nafsu dan horny menguasai pikiranku. Ketika sampai di rumah dan tidak ada yang memperhatikan, aku bermain-main dengan penisku sambil membayangkan bercinta dengan perempuan yang memakai pantyhose / stocking tadi.”<br />
Angela tersenyum dan tangannya bermain-main dengan penisku yang masih keras.<br />
“Semakin lama aku semakin kecanduan, akhirnya dengan menahan malu aku nekat membeli sepasang pantyhose di supermarket terdekat. Kubawa pulang dan langsung kukenakan. Penisku menjulang tinggi, ketika kakiku saling bersentuhan, rasanya aku langsung mabuk kepayang. Benar-benar sensual. Kukeluarkan penisku dan aku bermasturbasi.”<br />
<br />
Angela membuka matanya dan menatap wajahku dengan penuh rasa ingin tahu, sambil me-masturbasikan penisku.<br />
“Seperti ini?” tanya Angela. Kakinya digosok-gosokkan ke kakiku. Setiap gesekan menimbulkan gelombang-gelombang listrik kenikmatan ke seluruh badanku.<br />
“Akhirnya aku mempunyai banyak koleksi pantyhose dan stocking namun yang benar-benar bagus dan enak dipakai hanya beberapa merk. Aku juga suka mencari gambar-gambar model yang memakai pantyhose maupun stocking atau lingerie di internet. Aku selalu bermasturbasi dengan koleksi-koleksiku.<br />
Kelihatannya ceritaku membuat Angela horny. Sekarang ini ia sedang menjilati putingku.<br />
“Semua teman wanita yang kukenal tidak ada yang suka memakai pantyhose atau stocking. Aku suka sekali pergi ke pameran mobil berskala besar karena SPG nya cantik-cantik dan hampir semuanya memakai pantyhose. Sampai akhirnya aku melihat kamu memakai kemeja lengan pendek putih, rok coklat dan pantyhose. Rasanya aku ingin langsung bercinta dengan adik teman baikku ini.<br />
Angela meninggalkan putingku dan mengulum mulutku, tangannya semakin agresif memainkan penisku.<br />
“Bagaimana dengan Angela, keliatannya kamu juga suka.”<br />
“Sama seperti Ko Indra… pertamanya aku tidak begitu suka, namun karena iseng maka aku membeli sepasang. Ketika aku memakainya, rasanya aku sedang terbang dan tubuhku terbuai. Vaginaku rasanya seperti sedang bergetar. Akhirnya aku beli lagi beberapa pasang dan aku sangat menyukainya. Bekas cowoku yang tolol itu tidak suka. Aku tahu Ko Indra melihat aku dengan penuh nafsu, dan entah kenapa aku tidak merasa aneh atau takut. Ketika Ko Indra memegang pahaku, rasanya seluruh badanku menjadi lemas dan nyaman. Akhirnya aku sadar kalau aku juga menyukai pantyhose. Apa Ko Indra sudah sering melakukan ini?”<br />
“Belum, percaya atau tidak Angela adalah yang pertama.”<br />
“Lebih enak mana sama masturbasi?”<br />
“Tentu saja lebih enak bercinta dengan Angela.”<br />
<br />
Tiba-tiba Angela bangkit dan mencari sesuatu di lantai. Semua pantyhose yang ada di taruh di atas tubuhku. Tubuhku bergetar merasakan sentuhan lembut dari pantyhose yang lembut. Angela mengambil sebuah stocking berwarna putih transparan, kemudian mrenyarungkannya ke penisku. Getarn-getaran erotis menghujani kejantananku ketika stocking tersebut bergesekan dengan penisku. Sekarang celah kecil pada ujung kejantananku bertemu dengan garis jahitan pada ujung kaki stocking. Garis itu dengan lembut membelah celah kepala penisku.<br />
“Stocking kondom.” Seru Angela dengan senyumnya yang manja. Stocking tersebut ditarik agak kencang sehingga membaluti seluruh bagian penisku seperti sebuah kondom.<br />
Lidah Angela terjulur dan menjilati kepala penisku yang terbalut dengan kondom stocking. Rasanya beda dengan biasanya. Tidak lama kemudian kepala penisku pun hilang di dalam mulutnya yang seksi. Aku benar-benar tersesat dalam jalan kenikmatan duniawi yang tak terbayangkan. Permainan mulut dan lidah angela tetap tidak berkurang nikmatnya, malah bertambah nikmat. Aku terus mengerang nikmat.<br />
Kuarahkan Angela pada posisi doggy style. Sambil memegang ujung Stocking pada pangkal penisku, ku masukan kejantananku ke dalam liang cintanya.<br />
Vaginanya yang sudah kebanjiran menerima penisku tanpa gesekan yang berarti. Namun, tetap saja terasa berbeda. Aku tidak dapat menenggelamkan seluruh batang penisku, karena terhalang tanganku yang memegangi kondom stocking agar tidak lepas. Tidak kusangka Angela mengalami orgasme secepat ini. Badannya bergetar hebat dan otot-otot vaginanya menjepit erat kejantananku. Kutarik keluar penisku dan stocking kondomku benar-benar basah akan cairan cinta Angela.<br />
<br />
Kuposisikan Angela sehingga dia yang berada di atas dan mulai bercumbu. Setelah beberapa saat, aku arahkan penisku ke dalam vaginanya. Angela memejamkan matanya dan merasakan kejantananku memenuhi seluruh ruangan di dalam lembah kenikmatannya. Angela mengulum telinga dan leher bagian kiriku yang sensitif. Kupegang pinggulnya dan kuangkat naik-turun. Setelah beberapa kali, Angela langsung melakukan gerakan memompa itu sendiri. Lama-lama makin cepat. Ia mengangkat pundaknya dan bertumpu pada kedua tangannya. Ia merasakan rangsangan yang luar biasa karena dalam posisi ini ia dapat dengan mudah merangsang G spotnya. Kuputuskan untuk membantu Angela mempercepat prosesnya. Ku tarik dan kutekan pinggulku ke bawah saat pinggul Angela terangkat dan ketika pinggulnya turun, langsung ku sodok ke atas.<br />
Angela mendesah tiada hentinya. Angela benar-benar mendapatkan rangsangan ganda, karena batang penisku menggesek-gesek klitorisnya dan kepala penisku memberikan tekanan yang mantap pada daerah G spotnya.<br />
“Oh… Ko Indra… ” Ku tatap wajahnya yang manis yang sedang merasakan getaran-getaran ekstasi yang hebat.<br />
Bunyi ‘plak-plak’ terdengar nyaring setiap kali selangkangan kami bertemu.<br />
Penisku tertarik keluar sampai ke ujungnya, kemudian langsung melesat ke dalam dengan cepat.<br />
“Ko… Indra… nanti… keluarin… di dalam ya….”<br />
“Nanti kalau hamil bagaimana?”<br />
“Lagi masa… tidak subur…”<br />
Aku semakin terpacu dan bersemangat, Bidadariku menginginkan aku ejakulasi di dalam vaginannya.<br />
Saat ini penisku pun sudah benar-benar dalam keadaan yang sangat sensitif.<br />
“Ko Indra… aku dah… ga tahan lagi…”<br />
“Sebentar ya… tahan sedikit lagi….” Aku menginginkan kami mencapai orgasme bersama-sama.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian,<br />
“Ko Indra… Argh…”<br />
“Angela…”<br />
secara bersamaan kami mencapai puncak kenikmatan duniawi bersama-sama. Pinggulku terangkat ke atas dan pinggulnya menekan ke bawah dengan sepenuh tenaga, sehingga kejantananku tertanam dalam lembah cintanya dalam-dalam.<br />
Sebuah gelombang orgasme yang panjang mengawali puncak kenikmatan kami.<br />
Angela berteriak seiring dengan gelombang pasang naik orgasmenya yang dahsyat. Orgasme yang kami rasakan serasa tiada habis-habisnya. Penisku mengeluarkan madu putihku terus menerus karena diperah oleh otot-otot vaginanya yang terus berkontraksi. Angela pun merasakan hal yang sama, orgasmenya serasa tiada akhir.<br />
Akhirnya Angela roboh kehabisan tenaga dan jatuh di dalam pelukanku. Nafasnya masih memburu dan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Kami saling berpelukan tanpa memisahkan diri.<br />
Kubelai-belai punggung dan kepalanya.<br />
“Angela… kamu benar-benar hebat… tidak kusangka kita bisa berorgasme sepanjang dan selama ini…” pujiku.<br />
“Ko Indra yang hebat… aku benar-benar beruntung… Ini adalah pengalaman seks ku yang paling hebat..”<br />
Kubelai Angeladengan penuh kasih sayang.<br />
<br />
Tidak lama kemudian kami masuk kamar mandi bersama-sama. Air pancuran yang hangat membawa kesegaran yang menenangkan. Ku gosok tubuh Angela yang mungil dengan sabun. Ia pun melakukan hal yang sama. Tanganku meluncur di atas tubuhnya yang licin dan basah. Payudaranya tidak dapat kuremas karena licinnya sabun. Tubuhku kembali diselimuti dengan perasaan erotis yang sensual. Tidak dapat dihindari lagi, kejantananku langsung terpanggil dan menyahut dengan siaga.<br />
“Ko Indra…” seru Angela dengan nada yang takjub.<br />
“Masa Ko Indra terangsang lagi? Padahal kan tadi kita sudah ML begitu lama, dan Ko Indra pun sudah orgasme beberapa kali. Masa sekarang sudah ereksi lagi?”<br />
Angeka membelai-belai penisku yang masih diselimuti oleh sabun.<br />
“Angela sayang, ini semua gara-gara Angela. Siapa suruh Angela begitu cantik dan seksi, sampai adik kecil pun tidak dapat menahan nafsu. Apa Angela suka?”<br />
“Tentu saja aku sayang sekali dengan si kecil yang perkasa, yang sudah membuatku orgasme berkali-kali dan merasakan kenikmatan yang tidak ada bandingannya.”<br />
Angela segera membersihkan sabun yang ada pada kejantananku. Tanganku meremas-remas vaginanya sambil membersihkan sisa-sisa sabun.<br />
Raut wajah Angela terlihat penuh dengan antisipasi atas apa yang akan berikutnya terjadi. Setelah bersih, Angela langsung mengarahkan penisku ke vaginanya. Kejantananku berada di dalam kenikmatan duniawi yang hangat dan basah. Di bawah siraman air hangat kembali kami bersetubuh dengan penuh nafsu.<br />
Desahan manja dan kenimatan bercampur menciptakan rangsangan exotis. Irama persetubuhan kami makin lama makin cepat. Angela memeluk tubuhku erat-erat supaya tidak jatuh lemas. Dengan kaki kanannya yang kutahan dengan lenganku, penisku meluncur jauh ke dalam dan keluar sampai ke ujungnya.<br />
Bagaikan koreografi pada sebuah film yang berkualitas, kami mengalami puncak kenikmatan secara bersama- sama. Suara desahan meluncur keluar, tubuhku bergetar dengan hebat. Seperti yang telah Angela antisipasi sebelumnya, kenikmatan orgasmenya menguasai semua akal sehatnya. Di dalam hatinya, ia telah menyerahkan tubuhnya, perasaannya, semuanya untuk kenikmatan yang telah kuberikan.<br />
<br />
Saat-saat ku bersama dengan Angela adalah romantika yang indah penuh dengan nafsu. Kami masih sering bertemu dan bersetubuh dengan hebat dan liar. Entah kenapa, kami tidak pernah memutuskan untuk menikah.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-11356174337591120732011-04-01T03:58:00.002+07:002011-04-01T03:58:36.907+07:00Anak Tetangga Yang MenggairahkanAku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku <br />
<br />
berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata <br />
<br />
cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang <br />
<br />
laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu <br />
<br />
setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah <br />
<br />
yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu <br />
<br />
mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang <br />
<br />
aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu <br />
<br />
berlangsung selama berbulan-bulan.<br />
<br />
Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak <br />
<br />
tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku <br />
<br />
sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah <br />
<br />
untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan <br />
<br />
sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari <br />
<br />
tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya <br />
<br />
dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi <br />
<br />
yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya <br />
<br />
lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memeknya <br />
<br />
belum ditumbuhi bulu-bulu halus.<br />
<br />
Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah <br />
<br />
sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang <br />
<br />
jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska <br />
<br />
dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari <br />
<br />
riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat <br />
<br />
menggoda.<br />
<br />
Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai <br />
<br />
bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya <br />
<br />
dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan <br />
<br />
aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat <br />
<br />
ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini <br />
<br />
setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang <br />
<br />
sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap <br />
<br />
sore.<br />
<br />
Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk <br />
<br />
memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja <br />
<br />
berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang <br />
<br />
pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang <br />
<br />
tidak terlalu ketat. Dengan sangat nernafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun <br />
<br />
membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan <br />
<br />
dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi <br />
<br />
hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker didepan <br />
<br />
pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat <br />
<br />
memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan <br />
<br />
pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya <br />
<br />
namun ia diam dan membiarkan saja. Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat <br />
<br />
tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya "Duduk sendirian nih boleh <br />
<br />
aku temanin," dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata "eh...... <br />
<br />
boooboleh." Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya <br />
<br />
pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska "Biasanya <br />
<br />
bertiga, temennya mana..?", dengan terbata-bata riska berkata "Gi.. gini om, mereka <br />
<br />
i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku." aku langsung malu sekali dan <br />
<br />
kerkata "Sorry." kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah <br />
<br />
satu mal namannya MM.<br />
<br />
Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak <br />
<br />
dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska <br />
<br />
ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah <br />
<br />
posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya <br />
<br />
tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat <br />
<br />
aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa <br />
<br />
ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan <br />
<br />
riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku <br />
<br />
dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat <br />
<br />
itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan <br />
<br />
tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan <br />
<br />
meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska <br />
<br />
kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat <br />
<br />
kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari <br />
<br />
tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan <br />
<br />
disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan <br />
<br />
dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan <br />
<br />
aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit <br />
<br />
kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya <br />
<br />
dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada <br />
<br />
saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah <br />
<br />
aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit <br />
<br />
kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah <br />
<br />
membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata "Terusss.. nikmattttt.. <br />
<br />
Ommmm........... ahh.. ahhhh...." Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian <br />
<br />
tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini <br />
<br />
yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, <br />
<br />
kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang <br />
<br />
padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku <br />
<br />
berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat <br />
<br />
pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga <br />
<br />
tidak terlihat adanya garis CD. Lima menit berlalu terdengar suara riska "Ahh.. <br />
<br />
terusss Om... terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh..." hanya kalimat itu yang keluar <br />
<br />
dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam <br />
<br />
memeknya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin <br />
<br />
menggencagkan seranganku dengan mengocok memeknya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah <br />
<br />
rintihan nafsu keluar dari mulut Riska.<br />
"Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh.." riska mengalami <br />
<br />
orgasme untuk yang pertama kali.<br />
<br />
Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib <br />
<br />
dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska "Udah dulu <br />
<br />
ya.." dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat <br />
<br />
birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata "Kapan-kapan <br />
<br />
kita lanjutkan lagi," ia langsut menyahut "Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat <br />
<br />
memek aku udah basah.." sambil ia memegang memeknya yang membuat aku berpikir anak ini <br />
<br />
tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh <br />
<br />
kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun <br />
<br />
tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang <br />
<br />
lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit <br />
<br />
kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya <br />
<br />
yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan <br />
<br />
membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh <br />
<br />
tanda tanya. Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, <br />
<br />
yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku <br />
<br />
bayangkan dari bentuk BH tersebut.<br />
<br />
Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya <br />
<br />
bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan <br />
<br />
lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung <br />
<br />
selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau <br />
<br />
marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat <br />
<br />
itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka <br />
<br />
kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat <br />
<br />
bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan <br />
<br />
rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran <br />
<br />
pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP <br />
<br />
sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat <br />
<br />
seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku <br />
<br />
mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar <br />
<br />
anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat <br />
<br />
sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke <br />
<br />
ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan <br />
<br />
megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu <br />
<br />
yang membuat riska terkejut.<br />
<br />
Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia "Lo riska ngak kesekolah nih?" <br />
<br />
dengan malu-malu riska menjawab "Ujan om.." aku langsung bertannya lagi "Ngak apa-apa <br />
<br />
terlambat."<br />
"Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi." riska menjawab dan aku <br />
<br />
langsung bertannya "Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?". "Ia om", riska menjawab dan <br />
<br />
dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena <br />
<br />
ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku <br />
<br />
langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia <br />
<br />
langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku <br />
<br />
memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik <br />
<br />
seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.<br />
<br />
Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di <br />
<br />
dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku <br />
<br />
memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska <br />
<br />
menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal <br />
<br />
tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan <br />
<br />
berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti <br />
<br />
untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak <br />
<br />
kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film <br />
<br />
tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memeknya dan tangan kiri <br />
<br />
memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan <br />
<br />
perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan <br />
<br />
mengocok memek dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku <br />
<br />
gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku <br />
<br />
menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang.<br />
<br />
Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru-buru melepaskan <br />
<br />
tangannya dari memek dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan <br />
<br />
berbisik lagi "Teruskan saja, aku akan membantumu." kemudian aku duduk dibelakang <br />
<br />
riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah <br />
<br />
menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku <br />
<br />
kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan <br />
<br />
ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing <br />
<br />
baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang <br />
<br />
bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada <br />
<br />
saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka <br />
<br />
aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan <br />
<br />
kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan <br />
<br />
pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga <br />
<br />
terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya <br />
<br />
diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara <br />
<br />
perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua <br />
<br />
gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa <br />
<br />
dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.<br />
<br />
"Ahhhhh terussssssss Omm........ terusssssss.... nikmattttttt..... ahh.... <br />
<br />
ahhhhhhhhhhh....... isap terus Om.. Ahhhh........ mhhhhhhhh. Omm..."<br />
Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan <br />
<br />
berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan <br />
<br />
sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan.<br />
"Ahh ugggh.... uuhh.... agh.... uhh.... aahh", Mendengar desahan riska aku makin <br />
<br />
tambah bernafsu untuk mencium memeknya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai <br />
<br />
dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memeknya terutama <br />
<br />
klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha <br />
<br />
untuk memasukan kedalam memek riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan <br />
<br />
ukuran memeknya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang <br />
<br />
membuat aku berpikir sempit juga memek anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu <br />
<br />
jari barulah dapat masuk kedalam memeknya, itupun dengan susah payah karena sempitnya <br />
<br />
memek riska. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat <br />
<br />
riska mendesah.<br />
"Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska.<br />
"Ah... tekan Omm.. enaaaakkkkk...terusssss Ommm..." Sampai beberapa menit kemudia <br />
<br />
riska mendesah dengan panjang.<br />
"Ahh ugggh..., uuhh..., agh..., uhh..., aahh", yang membuat riska terkulai lemah dan <br />
<br />
aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska <br />
<br />
baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memeknya dan <br />
<br />
aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan <br />
<br />
cintannya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku <br />
<br />
menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar <br />
<br />
yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai <br />
<br />
menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang <br />
<br />
ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang <br />
<br />
melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku <br />
<br />
menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun <br />
<br />
menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan <br />
<br />
melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke <br />
<br />
arah perutnya yang membuat belahan memeknya yang telah basah terbentuk dari balik G <br />
<br />
string nya, dan akupun mengisap memeknya dari balik G string nya dan perlahan-lahan <br />
<br />
aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di <br />
<br />
ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, <br />
<br />
memelintir klitorisnya dengan mulut aku.<br />
"Aduh, Ommm...! Pelan-pelan dong..!" katanya sambil mendesis kesakitan Riska <br />
<br />
menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku <br />
<br />
terus menjilati bibir memeknya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka <br />
<br />
lubang sanggamanya dan kujilati dinding memeknya dengan cepat yang membuat riska <br />
<br />
mendesah dengan panjang.<br />
"Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh".<br />
"Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh".<br />
"Oooom..., uuhh..." Riska menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa.<br />
"Ahhh... mhhh... Omm..." demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemeknya. Lidahku <br />
<br />
semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke <br />
<br />
dalam memeknya, membuat Riska tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali <br />
<br />
lagi jariku dengan memeknya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan <br />
<br />
lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.<br />
<br />
Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan <br />
<br />
vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska <br />
<br />
begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk <br />
<br />
duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih <br />
<br />
malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun <br />
<br />
tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah <br />
<br />
menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku <br />
<br />
(termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang <br />
<br />
membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan <br />
<br />
diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil <br />
<br />
memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia <br />
<br />
mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut <br />
<br />
riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh <br />
<br />
tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya <br />
<br />
dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya <br />
<br />
sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang <br />
<br />
tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas <br />
<br />
sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. <br />
<br />
Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang <br />
<br />
masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan <br />
<br />
membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah.<br />
<br />
Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan <br />
<br />
meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan <br />
<br />
riska yang membuat memeknya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus <br />
<br />
itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang <br />
<br />
telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin,<br />
"Ini dia saatnya... lo bakal habis,riska..!" mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku <br />
<br />
ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, <br />
<br />
hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan <br />
<br />
barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat <br />
<br />
masuk pada bagian permukaan memek riska.<br />
"Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit Omm..." jerit Riska dan terlihat riska <br />
<br />
menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu <br />
<br />
menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali <br />
<br />
namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memek riska walaupun telah basah oleh <br />
<br />
lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian <br />
<br />
penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus "gawang" <br />
<br />
keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil.<br />
"Oooooohhhhgfg..... sa... kiiiit.... Sekkkallliii.... Ommmmm....", dan aku maju <br />
<br />
mundurkan penis aku kedalam memek riska "Bless, jeb..!"<br />
jeb! jeb! "Uuh..., uh..., uh..., uuuh...", ia mengerang.<br />
"Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska.<br />
"Ommm Ahh..., matt.., maatt.., .ii... aku..."<br />
Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memek riska terbiasa <br />
<br />
dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap <br />
<br />
oleh memek riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan <br />
<br />
membisikan "Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan <br />
<br />
merasa enakan."<br />
<br />
Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam <br />
<br />
memek riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memek riska maka <br />
<br />
penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga <br />
<br />
aku paksa lebih dalam lagi.<br />
"Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh".<br />
"Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh". "Ooommm...,sakkkitt...... uuhh..., <br />
<br />
Ommm...,sakitttt........... ahh".<br />
"Sakit sekali............ Ommm..., auhh..., ohh..."<br />
"Riska tahan ya sayang". Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua <br />
<br />
kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memeknya terhadap penisku semakin kuat.. <br />
<br />
Nyaman dan hangat sekali memeknya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, <br />
<br />
sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit <br />
<br />
pada memeknya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku <br />
<br />
bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. <br />
<br />
Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan <br />
<br />
meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska <br />
<br />
menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska <br />
<br />
semakin menegang.<br />
"Oooom...., ooohh..., aahh..., ugghh..., aku..., au..., mau..., ah..., ahh..., ah..., <br />
<br />
ah..., uh..., uhh", tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar <br />
<br />
dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya <br />
<br />
menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia <br />
<br />
tidak memiliki kuku yang panjang..!<br />
Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang <br />
<br />
kesekian kalinya.<br />
"Aaww..., ooww..., sshh..., aahh", desahnya lagi.<br />
"Aawwuuww..., aahh..., sshh..., terus Ommm, terruuss..., oohh"<br />
"Oohh..., ooww..., ooww..., uuhh..., aahh... ", rintihnya lemas menahan nikmat ketiga <br />
<br />
hampir 18 cm penisku masuk kedalam memeknya dan menyentuh rahimmnya.<br />
"Ahh..., ahh..., Oohh..." dan, "Crrtt..., crtr.., crt..., crtt", air maninya keluar.<br />
"Uuhh... uuh... aduh.. aduh... aduhh.. uhh... terus.. terus.. cepat... cepat <br />
<br />
aduhhh..!"<br />
Sementara nafas saya seolah memburunya, "Ehh... ehhh... ehh.."<br />
"Uhhh... uhhh.... aduh... aduh... cepat.. cepat Ommm... aduh..!"<br />
"Hehh.. eh... eh... ehhh.."<br />
"Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan... "Creeet... creeet... creeet..."<br />
"Aaaoooww... sakit... ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh... masukkin yang dalam Ommm <br />
<br />
ooohhh... aku mau keluar... terus... aahhh... enak benar, aku... nggak tahaaan... <br />
<br />
aaakkhhh..."<br />
<br />
Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memeknya, aku tidak <br />
<br />
menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun <br />
<br />
semakin lemas dan hanya pasrah memeknya aku sodok. Sementara itu ... aku dengarkan <br />
<br />
lirih ... suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memeknya yang <br />
<br />
semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku <br />
<br />
maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. <br />
<br />
Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam <br />
<br />
lagi, dan..<br />
"Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan... sedikit lagi.., ayo..!" kudengar <br />
<br />
pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin <br />
<br />
menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., "Seerr..!" <br />
<br />
terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memek riska, kami pun lemas dengan <br />
<br />
keringat yang semakin membasah di badan.<br />
<br />
Aku langsung memeluk riska dan membisikan "Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?" diapun <br />
<br />
tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memeknya sehingga sebagian cairan <br />
<br />
sperma yang aku tumpahkan di dalam memeknya keluar bersama darah keperawanannya, yang <br />
<br />
membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memek riska kembali dan ini aku <br />
<br />
lakukan sampai sore hari dan memek riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi <br />
<br />
seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil <br />
<br />
menanyakan beberapa hal kepadanya "Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan <br />
<br />
BH seksi" riska pun menjelaskannya "bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya" bahkan <br />
<br />
katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku <br />
<br />
langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat <br />
<br />
juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga.<br />
<br />
Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di <br />
<br />
rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, <br />
<br />
kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah <br />
<br />
dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal <br />
<br />
telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan <br />
<br />
masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh <br />
<br />
melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku <br />
<br />
yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta <br />
<br />
agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak <br />
<br />
ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan <br />
<br />
temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan <br />
<br />
sepupunya.<br />
<br />
Untuk ABG yang mau ngesex dengan aku, aku tunggu emailnya. Dan untuk pembaca, sabar <br />
<br />
aja, aku akan menulis beberapa pengalamanku dengan para ABG di sekitar kompleks tempat <br />
<br />
tinggal aku diantaranya bersama Yani, Neni (kakak dan sepupu riska, Dini, Butet, <br />
<br />
Rhina, Mela, Nurul, dll.., dan adapula pengalaman ngesex dengan adik ipar kakaku.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-49625613371250587552011-04-01T03:57:00.003+07:002011-04-01T03:57:45.573+07:00Anak siapa iniAyah dari Janin Perutku Entah Siapa. Aku dibilang anak dari keluarga broken home sepertinya tidak bisa, walaupun ayah dan ibuku bercerai saat aku baru saja diterima di perguruan tinggi. Adanya ketidakcocokan serta pertengkaran-pertengkaran yang sering kali terjadi terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang saat itu telah berusia 18 tahun dengan aku sebagai putri tunggal mereka.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Keluargaku saat itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya. Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali. Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok. Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk.”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Tapi gue udah tidak tahan lagi.”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. “Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang. Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhhh… Don!” desahku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya. “Don… Ouuhhh… Ouuhhh…” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi. Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Ouh… Ouuh… Jangan, Don! Jangan! Ouuhhh…” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan. Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar. Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas. Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio. Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku. Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu. Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Aahh! Jangaann! Aaahh…!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya. Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Rio… Kamu…” Rio hanya menyeringai buas.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Rio!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Errgh…”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. “Akh!” Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, “Plak!” Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah. Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas. Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka. Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Aaarrghh… Rio! Jangaannn..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Urrgh…” Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Braak!” Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Papa!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh… Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
“Aaahh… Papaa… Jangaaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio. Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-68709176094746554312011-04-01T03:57:00.001+07:002011-04-01T03:57:09.247+07:00Alex, burung mudakuSebut saja namaku Haryani, saat menikah aku tidak tahu kalau ternyata suamiku masih berstatus suami sah orang lain, namun belakangan kuketahui nasi sudah menjadi bubur. Pada akhirnya dia pun mengakui kalau sudah punya anak isteri, namun apalah artinya aku yang lemah dan bodoh ini jika harus bersikeras untuk menuntutnya. Kendatipun aku tahu akan sangat menyakiti isteri sahnya, jika ia mengetahui. Suamiku adalah seorang perwira yang mempunyai kedudukan penting di sebuah propinsi (tidak kusebut tempatnya). Usianya sudah mencapai 55 tahun dan aku sendiri baru mencapai 27 tahun. Fasilitas yang diberikan dan ketakutanku lah yang membuatku sangat tak berdaya untuk menentang keberadaanku. Aku dibelikan sebuah villa yang sangat mewah yang terletak tidak begitu jauh dari kota tempat suamiku bertugas. Semua fasilitas yang diberikan kepadaku sangatlah mewah bagiku, aku mendapatkan sebuah mobil pribadi, telepon genggam dan perangkat entertainment di rumah. Namun ini semua ternyata masih kurang, aku ingin punya momongan, aku ingin dicintai dan disayangi. Kenyataannya aku hanya tempat persinggahan saja. Belakangan kudengar bahwa suamiku juga punya WIL lain selain aku, malahan kadang ia juga jajan kalau sedang keluar kota, kabar ini kudapatkan dari isteri ajudannya sambil wanti-wanti agar aku tutup mulut. Aku sendiri memang sudah kenal dekat dengan keluarga ajudan suamiku, namun demikian sampai saat ini rahasia ini masih tersimpan cukup rapi. Bagaimanapun juga aku kesal dan sedih dengan kondisi seperti ini, sehingga timbul niatku untuk berperilaku serupa.Pada suatu hari suamiku bertindak ceroboh dengan menitipkan anak bungsunya kepadaku, beliau memperkenalkanku sebagai ipar ajudannya. Anak itu memanggilku Mbak maklum dia masih SMP dan usinya pun masih 14 tahun. Wajahnya, perilakunya persis bapaknya, nilai kesopanannya agak kurang bila dibanding dengan anak-anak di kampungku. Maklumlah ia adalah anak pejabat tinggi. Jam 21.00 bapaknya telepon, meminta Alex (sebut saja nama anak itu begitu) untuk tidur di rumah karena bapak ada urusan. Aku jadi curiga pasti dia ada kencan dengan orang lain. Alex pun belum tidur, ia lagi asyik nonton televisi di ruang keluarga. Akhirnya timbul niat burukku untuk memperdaya Alex, namun bagaimana caranya? aku dihadapkan pada jalan buntu. Akhirnya spontan kumasukkan VCD-VCD porno ke dalam player untuk saya hidangkan kepada Alex. Aku hidupkan oven selama 3 menit yang kebetulan isinya adalah daging yang sudah masak sejak siang tadi. Langsung saja kurayu dia untuk menyantapnya sehingga kami pun menyantap daging panggang dan sambal kecap bersama-sama. Sambil basa-basi kutanyakan sekolahnya, tampaknya kemampuannya di sekolah biasa-biasa saja, terbukti dengan kekurang antusiasannnya bicara tentang sekolah. Ia lebih suka bicara tentang video game dan balap motor.<br />
<br />
<br />
<br />
Kupegang tengkuknya dan kupijit sambil kukatakan, “Kamu pasti capek, sini Mbak pijitin…” Dia pun diam saja, maklum dia adalah anak yang manja. Kuraih remote control dan kutekan play untuk CD yang pertama, film-filmnya adalah jenis vivid dengan tema seks yang cukup halus. Tampaknya Alex sangat menyukainya, ah pucuk di cinta ulam pun tiba. Sambil kupijit sekujur tubuhnya, kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka Alex tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan) aku suruh dia telentang untuk pijatan bagian depan. Sambil telentang Alex tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai disukainya itu. Kini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dan BH dalam saja. Alex semakin tegang dan agak kupercepat tanganku mengarah ke pangkal pahanya. Pura-pura kupijit pahanya dengan menyentuh kemaluannya, dia terkejut ketika kemaluannya yang tegang kesentuh tanganku. Pucat pasi mukanya, namun kunetralisir dengan mengatakan “Tenang Alex, semua orang sama, adalah hal yang sangat wajar bila seseorang terangsang. Karena semua orang mempunyai nafsu.” “Malu Mbak”, jawab Alex. Kalau orang banyak malu, tapi Alex kan sendirian cuma sama Mbak. Mbak nggak malu kok. Dengan berkata demikian kubuka bajuku sehingga aku hanya pakai BH saja. Akupun heran juga kagum, anak seumur dia juga bisa tegang dan tampak tidak berdaya, jauh dari sikap sehari-hari yang agak arogan. Namun aku mulai menyukainya tanpa memikir yang jauh ke depan mengingat bapaknya sendiri juga berbuat serupa terhadap saya. Film terus berputar, tubuh Alex terasa hangat malah aku khawatir kalau dia sakit, dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu.<br />
<br />
<br />
<br />
Alex hanya melirik buah dadaku tanpa berani menatap langsung, dia tetap memperhatikan film dengan seksama. Saat kupegang lagi kemaluannya dia hanya diam saja, tak kusia-siakan kesempatan ini kuremas kemaluan yang berukuran agak kecil itu. Akupun sudah tidak memperhatikan film lagi, kubuka celana Alex dan kuperhatikan kemaluannya. Tampak bersih dan mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, aku semakin bernafsu melihatnya. Langsung kuterkam dengan mulutku dan kumulai menjilatnya, Alex hanya terdiam sambil kadang pinggulnya bergerak menikmatinya. Kuhisap kemaluannya dan dia pun teriak Uh.. Mbak.. kubiarkan anak kecil itu menggelinjang, kubimbing tangannya ke payudaraku. Ah, dia malah meremas kuat sekali. Kumaklumi dia sangat lugu dalam hal ini, aku tidak menyesal malah menyukainya. Aku hisap terus, dia pun semakin bergerak tidak karuan sambil teriak-teriak ah, uh, ah, uh. Kemudian dia teriak keras sambil tubuhnya gemetar disusul oleh cairan hangat dari kemaluannya. Aku telan cairan asin dan pekat ini tanpa rasa jijik sedikit pun, dan dia pun diam lemas terkulai. Kupeluk dia, dan kubisikkan kata-kata, “Enakkan”, sambil aku tersenyum, dia balas pelukanku dan hanya bicara “Mbak..” Aku bimbing dia ke kamar mandi dan kumandikan dengan air hangat, burung kecilku masih tidur dan aku yakin nanti akan bangun lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
Kemudian kami pun tidur bersama di depan televisi di atas karpet, dia tampak kelelahan dan tidur pulas. Aku pun puas meski tidak sampai coitus. Menjelang subuh aku bangun, dan kulihat dengan seksama tubuh Alex yang sedang tidur telanjang. Nafsuku bangkit lagi dan kucoba membangunkan burung kecil itu, ternyata berhasil dan kuulangi lagi perbuatan tadi malam dengan pertambahan Alex meningkatkan variasi permainan. Tampaknya Alex mulai mengikuti naruninya sebagai makhluk bernafsu, ia mungkin meniru adegan film tadi malam. BH-ku dibuka dan dijilati, aku pun merasakan kenikmatan dari anak bau kencur, kubayangkan anak dan bapaknya mengerjaiku seperti sekarang, ah tak mungkin. Aku tuntun tangan Alex ke kemaluanku yang sejak tadi malam belum tersentuh sama sekali. Kubimbing tangannya menggesek-gesek kemaluannya dan ia pun memahami keinginanku. Gerakan-gerakan Alex dan servicenya kepadaku masih sangat kaku, mungkin perlu beberapa kali aku melatihnya. Tiba-tiba ia menarik paksa celana dalamku dan BH-ku pun dilucuti. Kubiarkan dia berkreasi sendiri, tampak wajahnya masih tegang tapi tidak setegang tadi malam dan ia pun mulai tidak sopan kepadaku, ah biarlah. Aku didorong hingga telentang, dan ia pun langsung menindihku. Dicobanya memasukkan burung kecil itu ke dalam kemaluanku, namun berkali-kali ia tidak berhasil. Ia pun semakin penasaran, ah suami kecilku ini mesti banyak belajar dariku.<br />
<br />
<br />
<br />
Kubimbing kemaluannya memasuki kemaluanku dan ia pun menggesek-gesekkannya. Terasa nafsuku merasuk ke sekujur tubuhku, kini penantianku tadi malam hampir tercapai dan ah nikmat sekali, suami kecilku bisa memuaskanku kali ini. Dengan cepat aku bangun dan kuhampiri burung kecil yang masih menantang itu, kuhisap dalam-dalam, dia pun mengerang kenikmatan dan terus menerus kuhisap hingga badannya bergetar dan lagi-lagi air liur burung kecil yang hangat itu menjadi bagian dari dagingku. Hari sudah terang, dan segera kami mandi air hangat bersama-sama. Aku merasa puas dan Alex hanya diam saja, entah apa yang dipikirkan. Menyesalkah? aku tidak tanya. Kenyataannya kisah ini masih berlangsung, sekarang Alex sudah SMA dan masih tetap dalam bimbinganku.<br />
<br />
<br />
<br />
Pagi harinya bapaknya Alex (yang juga suamiku) datang dan dengan tanpa menaruh curiga sedikitpun. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan burung muda.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-16658172322813411432011-04-01T03:56:00.001+07:002011-04-01T03:56:26.944+07:00Aku, Tante Lisa & tetangganyaKisah ini berawal dari nafsuku yang boleh dibilang ugal-ugalan.Bagaimana tidak, disaat usiaku yang mencapai 29 tahun, sekarang iniinginnya /ML/ (bersetubuh) terus tiap hari dengan istriku (inginnya 3<br />
kali sehari). Dan para netters duga, pasti seorang istri tidak hanya<br />
menginginkan kepuasan seksual setiap waktu, akan tetapi juga kerja<br />
mengurus rumah lah, mengurus anak lah dan lain-lain banyaknya. Sehingga<br />
nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus,<br />
dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 3<br />
kadang 4 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali<br />
karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur<br />
pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan PC,<br />
lalu memutar /Blue Film/ dan aku lanjutkan dengan /self service/.<br />
Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah<br />
malam aku terjaga dan kudapati “pusakaku” berdiri, aku ulangi lagi<br />
hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.<br />
<br />
Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya<br />
mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang.<br />
Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante<br />
tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku<br />
mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan<br />
seksualku.Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di<br />
kawasan wisata prigen dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan<br />
semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri<br />
dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.<br />
<br />
“Eh, Eko emangnya Elo udah booking cewek untuk nemenin Kita..?” tanyaku<br />
pada Eko, salah seorang dari kawanku.<br />
“Sabaarr Boss, entar Adi juga bawain tuh cewek..” tukasnya.<br />
Sepuluh menit kemudian, saat aku akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah<br />
sebuah Kijang dan Civic Wonder berjejeran ke hadapanku dan Eko. Kalau<br />
Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Adi dan keluar dua orang<br />
ABG yang berdandan Ahooyy. Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG<br />
itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan<br />
bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal<br />
dengan Civic itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan<br />
seorang lagi wanita sekitar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut<br />
wajahnya).<br />
Eko yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut<br />
dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.<br />
“Lisa..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.<br />
“Inneke..” sahut gadis manis disampingnya.<br />
Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum<br />
bersama, entah sudah berapa keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Aku<br />
melihat Eko dan Adi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah<br />
berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara<br />
aku sendiri agak kaku dengan Lisa dan Inneke. Kami pun tetap<br />
bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi<br />
akibat pertunjukan BF di depan kami.<br />
<br />
Aku sendiri duduk di dekat Lisa, sementara Inneke serius menyanyikan<br />
lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri sudah habis satu Pak A-mild-nya,<br />
sementara aku melihat wajah Inneke yang merah padam dan kadang nafasnya<br />
terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 29 inch<br />
itu. Tiba giliranku untuk mengambil /mike/ dari Inneke, aku bangkit<br />
mengambil mike itu dari tangan Inneke dan mengambil duduk di antara<br />
Inneke dan Lisa. Pengaruh minumanku dan XTC yang mereka telan membuat<br />
kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.<br />
“Boy.., I want your sperm tonight Honey..” bisik Lisa lirih di<br />
telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.<br />
<br />
Inneke yang sudah meletakkan /pet aqua/-nya mengambil sikap yang sama<br />
padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat<br />
nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi<br />
birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku.<br />
Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga /Lee<br />
Cooper/-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah<br />
jalur dan sedikit melenceng.<br />
“Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Lisa padaku pura-pura seperti<br />
seorang amatiran saja.<br />
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Inneke membuka zipper dan CD-ku,<br />
lantas mengeluarkan isinya.<br />
“Gini lho Tan.. mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Inneke diikuti<br />
penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.<br />
“Aaakkhh..” pekikku tertahan saat Inneke spontan mulai mengulum kepala<br />
penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan<br />
melingkar lidah.<br />
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk<br />
memudahkan oral Ineke.<br />
<br />
“Oookh My Godd.. sshh.. aakk..” desahku.<br />
Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku<br />
lewat lubang penisku. Permainan Inneke betul-betul professional,<br />
sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena<br />
telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu,<br />
hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Lisa lantas<br />
membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting<br />
susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol<br />
kirinya.<br />
<br />
“Aaakk.. mmhh..” desahku tidak menentu.<br />
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.<br />
“Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang<br />
wanita sekaligus..” bisikku dalam hati.<br />
Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa dan kudekatkan<br />
bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali<br />
kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena<br />
jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Lisa, meskipun sudah hampir<br />
mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga<br />
umur Lisa, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).<br />
<br />
Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.<br />
Bukit indah Tante Lisa adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat<br />
kemudian, “Oookkhh.. Nimaatthh.. Sayy.. seddootthh.. terruusshh..” desah<br />
Lisa terengah-engah.<br />
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku,<br />
sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.<br />
“Ssshh.. terusshh.. Sayy..” Lisa mendesis seperti ular.<br />
Tiba-tiba, “Teett..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit<br />
lagi akan berakhir.<br />
Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma<br />
menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.<br />
“Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka.<br />
“Emmhh.. Oke..” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.<br />
<br />
Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka<br />
melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Lisa.<br />
“Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.<br />
“Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Lisa kepada Inneke.<br />
“Baik Tan.. Kita ke hotel **** (edited) yang punya /whirpool/ di<br />
kamarnya.” sahut Inneke.<br />
Rupanya Tante Lisa adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah<br />
satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke<br />
dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani<br />
coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi /whirpool/ yang menghadap ke<br />
arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah<br />
/whirpool/.<br />
<br />
Begitu masuk, Tante Lisa lalu mengunci pintu, aku dan Inneke mengambil<br />
tempat duduk di sofa sebelah /whirpool/. Aku melingkarkan lenganku ke<br />
pundak Inneke, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.<br />
“Inn..” bisikku mesra kepada Inneke mengawali percumbuanku.<br />
Inneke yang sudah /on/ berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya<br />
terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan,<br />
kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa<br />
menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu<br />
kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya<br />
tepat diselangkanganku.<br />
“Sreett..” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh<br />
/Lee Cooper/-ku dan kulihat Inneke terpejam, sementara tangannya<br />
membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.<br />
<br />
Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah<br />
mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku<br />
menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua<br />
bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.<br />
“Wuuaahh.. sshh.. terusshh.. nikkmatthh..” desah Inneke keras-keras saat<br />
kuperlakukan seperti itu.<br />
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja<br />
aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens<br />
lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Lisa<br />
di kamar mandi yang begitu lama.<br />
<br />
“Bentar Inn.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku.<br />
“Emmhh..” desah Inneke sedikit kesal.<br />
Akan tetapi, aku melihat Inneke melanjutkan birahinya dengan dua jari.<br />
Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu,<br />
aku kaget karena mendapati Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.<br />
“Aaakkhh.. sshh.. sshh..” desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.<br />
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing,<br />
Lisa pun tidak melihatku.<br />
“Boyy..” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak<br />
meninggalkan kamar mandi itu.<br />
“I.. ii.. yaa.. Tan..?” sahutku agak kaget.<br />
“Sini doongg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhh..”<br />
Tante Lisa terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.<br />
<br />
Aku hampiri Tante Lisa di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.<br />
“Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.”<br />
bisikku dalam hati.<br />
Aku rengkuh lehernya dan kuberikan /french kiss/ yang begitu mesra dan<br />
Tante Lisa pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan<br />
kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air<br />
itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Lisa<br />
nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.<br />
“Mmmpphh.. ookkhh.. setubuhi aku Boy..! Cepeetthh..!” pinta Tante lisa<br />
sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.<br />
“Baik.. Liss.. Terima penisku yang panjaangg..” bisikku sambil<br />
memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.<br />
“Oohh.. mmpphh.. nikmatthh..” gumannya saat batang kejantananku mili per<br />
mili mulai menjejali rongga rahimnya.<br />
“Kocokkhh.. yaacchh.. terusshh.. aakhh.. nimat bangeetthh..!” serunya<br />
ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.<br />
<br />
Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali<br />
dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya<br />
usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi /G-spot/-nya.<br />
“Aaakkhh.. oohh.. nimatthhnyaa.. ookkhh Godd..!” teriaknya mengawali<br />
detik-detik orgasmenya.<br />
Sepuluh detik kemudian, “Nngghh.. aakkhh.. sshhff.. ookkhh.. Boyy..<br />
kocokk.. lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Lisa diiringi geliat<br />
liar tubuh indahnya.<br />
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan<br />
pada sisi /bathtub/ sambil mengocok lembut vaginanya.<br />
“Akkhh..” teriakku pelan saat Tante Lisa menggigit pundakku karena aku<br />
masih saja mengocok penisku di vaginanya.<br />
Rupanya Lisa sudah mulai ngilu.<br />
<br />
Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Lisa sepertinya minta /time<br />
out/ untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang<br />
sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan<br />
Tante Lisa diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Aku memondong Lisa<br />
dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Lisa yang<br />
mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Inneke yang<br />
juga lagi meregang orgasmenya dan Inneke tampaknya lebih liar dari pada<br />
Lisa, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.<br />
<br />
“Aaaookkhh.. sshh.. aakkhh.. aakkhh..” jerit Inneke keras sambil<br />
menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.<br />
Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali<br />
ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang<br />
diciptakan Inneke itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti<br />
jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.<br />
“Booyy.. ayyook terusinn..!” pinta Tante Lisa diiringi goyangan lembut<br />
pinggulnya.<br />
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Inneke yang begitu<br />
histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina<br />
Lisa. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Lisa dari arah belakang<br />
sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan<br />
eksplorasiku. Di lain pihak, Inneke yang sudah mengakhiri masturbasinya<br />
itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Lisa.<br />
<br />
“Ookkhh.. Terusin Kee..!” pinta Tante Lisa saat Inneke menyibakkan<br />
rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Lisa.<br />
Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Inneke menggoyang, memutar<br />
puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa<br />
yang Tante Lisa rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas.<br />
Tubuh lisa bagaikan daging /burger/ di antara aku dan Inneke, pinggulnya<br />
masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.<br />
“Oooaakkhh.. nngghh.. ohh.. nngghh.. Kocok terushh.. yaa.. iyaa..<br />
teruss..!” desah Tante Lisa keras saat aku tepat menstimulasi /G-Spot/-nya.<br />
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya,<br />
tubuh Tante Lisa menggeliat-geliat liar.<br />
Inneke masih aktif membantu Tante Lisa menggapai surgawinya,<br />
kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante<br />
Lisa melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku<br />
semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Inneke hingga Tante Lisa<br />
tampak lebih histeris lagi dari yang tadi. Kuraba raba punggung Lisa<br />
sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya,<br />
kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal<br />
dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Inneke memainkan peran<br />
di lubang anus Tante Lisa, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar<br />
masuk lembut di vagina Tante Lisa.<br />
<br />
“Oookkhhghh.. Goddhh.. Ke.. truuss.. Yanng.. ookkhh, kontholl.. akkhh..<br />
sshh..” ceracau Tante Lisa tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.<br />
Kedua lubang Tante Lisa terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin<br />
terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante<br />
Lisa saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku<br />
juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku<br />
tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Lisa.<br />
<br />
“Oookkhh.. Lisshh.. nikmathh.. vaginamu.. Akkhh..!” desahku saat<br />
birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.<br />
“Booyy.. Akuu.. mmhh.. mauu..” seru Tante Lisa menyambut orgasmenya.<br />
Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante<br />
kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.<br />
“Sssebentar.. Liss.. Kita keluar bareng..” bisikku yang kuiringi tempo<br />
kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya<br />
dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.<br />
<br />
Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir<br />
kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging<br />
pejal di selangkanganku.<br />
“Liss.. Aku nyammppaaii.. uuaakkhh.. aakkhh.., aakhh..,” desahku sambi<br />
memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Lisa,<br />
sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Lisa.<br />
“Sseerr.. serr..” kurasakan cairan Tante Lisa mendahului orgasmeku, dan<br />
seditik kemudian, aku dan Lisa meregang nikmat.<br />
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain<br />
mendengarnya. Tante Lisa histeris seperti orang kesetanan ketika<br />
telunjuk Inneke juga mempercepat kocokan di anusnya.<br />
<br />
“Aaakkhhggh..” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara<br />
tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.<br />
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih<br />
manancap dalam di rahim Tante Lisa. Inneke tampaknya puas dengan hasil<br />
kerjanya, lalu ia memeluk Tante Lisa erat dan berbisik, “Enak khan Tann..?”<br />
Tante Lisa sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Inneke, aku<br />
mengecup mesra Tante Lisa dan beralih kepada Inneke untuk memberikan<br />
stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.<br />
<br />
Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai<br />
diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang<br />
bergejolak. Tante Lisa tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya,<br />
sehingga lunglai lemas tidak bertenaga. Inneke lantas membimbingnya<br />
melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah<br />
ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Lisa amat puas<br />
bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan<br />
selama dua minggu meledak lah sudah.<br />
<br />
“Oookkhh.. sshh..” desis Tante Lisa saat penisku kutarik pelan dari<br />
gigitan vaginanya.<br />
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku.<br />
Tampaklah oleh Inneke sebuah /meriam/ yang berlumur sperma masih<br />
setengah tegak.<br />
“Oookkhh.. gellii.. sshh.. teruss.. Kee..!” pintaku pada Inneke saat ia<br />
mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang<br />
sedikit lebar namun seksi.<br />
“Oaakhh.. aakkhh.. sshhsshshh..” desisku saat aku mulai merasakan lagi<br />
denyutan penisku di mulutnya.<br />
<br />
Inneke masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya<br />
semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.<br />
“Oookkhh.. teruss.. hisapphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala<br />
Inneke untuk melakukan lebih dalam lagi.<br />
“Ooouakghh.. Plop..” tiba-tiba mulut Inneke melepas kulumannya dan<br />
langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.<br />
“Aku ingin di /whirpool/ Sayy..!” bisik Inneke.<br />
<br />
/Whirpool/ itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring,<br />
sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan<br />
terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku<br />
merebahkan Inneke disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa<br />
hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu<br />
mulai menegang kembali. Inneke tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu<br />
bahwa Inneke akan menginginkan /melodi/ yang berbeda dengan Lisa.<br />
<br />
“Mass.. sshh.. ookkhh.. masukin Aku.. ookkhh.. mmpphh..” pinta Inneke<br />
sambil membuka pahanya lebar-lebar.<br />
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air<br />
ke arah vagina Inneke yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk<br />
menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya<br />
pemanasan Inneke melihat orgasme dari Tante Lisa sudah lebih dari cukup.<br />
Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta<br />
semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai<br />
jauh ke awang-awang.<br />
<br />
“Bless..” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi<br />
desahan, “Aaakkhh.. mmpph..” guman Inneke yang membuat Tante Lisa<br />
tersadar dan menyusul kami di kolam.<br />
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding<br />
vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Lisa mengambil posisi<br />
memangku kepala Inneke di paha kanannya dan membelai lembut kening Inneke.<br />
“Aaawww.. ookkhh.. gelli.. Massh..” teriak Inneke saat aku memainkan<br />
otot lelakiku di leher rahimnya.<br />
“Mass.. dikocok pelaann.. yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku,<br />
membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.<br />
<br />
Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Inneke mau, lalu kukocok perlahan<br />
dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan<br />
dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk<br />
menstimulasi /G-Spot/ seorang wanita. Kurang lebih lima menit kemudian,<br />
Inneke mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut<br />
dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat<br />
kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Lisa untuk menyingkir ke arah<br />
bagian belakang kami.<br />
“Oookhh.. Masshh.. aakuu.. hammppirr..!” bisik Inneke saat aku mulai<br />
menaikkan ritme kocokanku.<br />
“Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Lisa lagi.<br />
“Akkhhgghh.. sshh.. mmpphh..” desahku dan Inneke bersamaan saat telunjuk<br />
Tante Lisa mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Inneke.<br />
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku<br />
dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Inneke. Pasti akan terasa<br />
pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.<br />
<br />
“Oookkhh.. Taan.. aakk.. kuu tak kuu..atthh..” teriak Inneke mulai<br />
mengawali detik-detik orgasmenya.<br />
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan<br />
alunan sensai jari Tante Lisa dan hisapan vagina Inneke bersamaan.<br />
Demikian pula Inneke. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Lisa<br />
membuatnya lupa daratan.<br />
“Aaagghh.. ookkhh.. ookkhh.. aakkhhg.. mm.. sshshh.. awww.. sshh..”<br />
ceracauku dan Inneke tidak beraturan.<br />
<br />
Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Inneke meregang birahi<br />
yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan<br />
spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Lisa dan aku juga<br />
merasakan aliran mani Inneke dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke<br />
samping Inneke dan Tante Lisa mengambil tempat di sisi lainnya. Hangat<br />
tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan<br />
tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra<br />
lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi<br />
hingga spermaku betul-betul terasa kering.<br />
<br />
Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan<br />
kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan<br />
lagi entah dengan Tante Lisa ataupun Inneke atau kadang mereka minta<br />
barengan lagi. Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi,<br />
namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu.<br />
Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Lisa dan<br />
kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti<br />
gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-1159304410306214212011-04-01T03:55:00.002+07:002011-04-01T03:55:40.075+07:00Ngentot sama temen papaIni adalah pengalamanku waktu aku masih duduk di bangku SMU. Aku termasuk salah satu bunga sekolah di sekolahku n berprestasi di bidang seni. Rumahku sering didatangin tamu-tamu papaku, baik partner bisnis, karyawan atau temen.<br />
<br />
Temen papa yg bernama Om Wawan sering datang ke rumah aku di sore hari, hanya sekedar ngobrol dan minum teh ama papa di kebun belakang rumahku. Konon, Om Wawan mempunyai sixth sense, bisa melihat dan melamar nasib, dan bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk2 halus. Kadang-kadang dia bawa anaknya atau istrinya juga, dan aku suka ikut nimbrung dgn mereka, topik apa aja mereka juga bahas. Om Wawan yg berkacamata tebal sudah lumayan tua, sekitar umur 65 thn, dan badannya agak gemuk dgn perut yg buncit dan napas yg bau. Tipe-tipe badan orang tua yang tidak fit lagi. Keriput di muka dan tangannya sudah terlihat jelas.<br />
<br />
Om Wawan suka ngelirik aku, curi-curi pandang mukaku lalu badanku. Aku risih sekali apalagi yg ngelirik adalah temen papaku sendiri yg sudah tua. Aku hanya suka membalas Om Wawan dgn senyuman, dan berkata ,”Om, jgn lihatin Nini sampe gt dong, kan malu.” Om Wawan suka tersenyum mesum, “Habis Nini manis dan cakep sih, cowok yg mana gak suka liatin Nini.” Dan aku jadi tersipu malu.<br />
<br />
Suatu Sabtu sore hari, seperti biasanya, Om Wawan datang ke rumah aku utk ngobrol ama papa, tp wkt itu papa dan mama sedang keluar, jadi aku yg ngobrol ama Om Wawan. Tiba-tiba Om Wawan tanya aku, “Nini gak perawan lagi ya?” Trus aku kaget dan diam aja, lalu Om Wawan bilang ,”Gak apa apa kok, jujur aja, Om janji gak kasih tau papa mama deh.” Aku diem aja dan merasa takut kalau Om Wawan bisa membaca pikiran aku. “Om sudah tau kok dari dulu, makhluk halus yg Om pelihara kasih tau ke Om, katanya kamu sudah gak perawan. Sudah banyak yg tidurin kamu. Dan ada penyakit di badan kamu.”<br />
<br />
Aku jadi kaget ketakutan krn dikasih tau ada penyakit di dlm badanku, “Penyakit apa Om? Parah gak? Bisa disembuhin gak?”, tanyaku bertubi-tubi. “Yah, mayan parah lah” Aku hanya diem membisu karena sudah ketakutan. “Tp Nini gak usah takut, Om bisa sembuhin kok.” Aku agak lega ,”Oh ya? Gimana?” “Nini harus ikut instruksi Om tanpa bantah, bisa gak?” “Ok, Nini akan ikut semua instruksi dari Om.” “Nah, sekarang ambil segelas air putih buat Om.” Perasaanku bercampur antara takut dan nervous, pergi ke dapur utk ambil segelas air.<br />
<br />
“Nih airnya Om” “Ok, Nini minum airnya dikit.” Aku merasa aneh tapi hanya turut aja disuruh minum lalu Om Wawan minum air yg baru aku minum. “Ini Om lagi mencoba membersihkan penyakit di dalam tubuh kamu. Sekarang julurkan lidah kamu. Om mau liat.” Aku menjulurkan lidahku, lalu Om Wawan menyedot dgn kuat lidahku. Ada sensasi aneh di dlm tubuhku. Lalu Om Wawan memasukkan tangannya di dlm celana dalamku, aku kaget! “Jangan takut, Nini. Om mau tau separah apa penyakit yg dijangkitin Nini. Ada makhluk halus di dalam tubuh Nini yg suka mengganggu kesehatan Nini.” Aku ketakutan dikasih tau ada makhluk halus di dalam tubuhku, jadi aku diem saja Om Wawan menyentuh vaginaku. Aku merasa enak Om Wawan menyentuh vaginaku, dan aku merasa vaginaku dah basah, Om Wawan mengeluarin tangannya dan menjilat jarinya yg basah, “Nini dah basah ya?” Trus aku diem saja, lalu Om Wawan menaikin kausku, dan mengeluarkan pentilku dari BH, lalu dia mengemut pentilku dgn kuat, aku merasa enak dan tanpa sadar aku sudah mendesah keenakan. “Ke kamar Nini yuk, biar Om lebih leluasa mengobati Nini.” Aku nurut saja ama kata2 Om Wawan.<br />
<br />
Begitu di kamarku, Om Wawan melepaskan celananya ,”Nini, kulumin kontol Om!” Aku enggan mengulumin kontolnya karena keliatan bau n kotor kontolnya. “Katanya mau diobatin penyakitnya? Kulum kontol Om buat ngusir makhluk halus di dlm tubuh Nini.” Aku jadi nurut karena aku mau diobatin. Aku mengulum kontol Om yg lagi lemas ketiduran, aku mengemut kontol Om sampe mengeras dan Om Wawan mendesah keenakan ,”lbh cepat kulumnya… ashh ahhh… ngemut2 kontol Om lbh keras dan lebih cepat.” Aku ikut instruksinya dan menahan napas dr bau kontol Om. Om mendesah keenakan terus, lalu Om Wawan menyuruh aku telanjang, karena ini adalah upacara utk mengusir makhluk halus. Om merebahkan aku di atas ranjang lalu dia menciumin aku, dia melumat bibirku dengan ganas, menciumin seluruh mukaku, melumat pentil aku kuat lalu menjilati vaginaku ,”aashhhh… enak Om…. ah ahh ashh hmm… Om, aku ga tahan lagi Om, ahhhh ashhhhhhhhhh…. masukin kontol Om dong….” Tapi Om Wawan sengaja ga mo masukin kontolnya, dia masih bermain2 dgn vaginaku dgn lidah dan jarinya… sampe aku memohon mohon, “Om, cepet dong… masukin kontol Om ke dalam memekku, aku dah ga tahan lagi… ahh ahhhh… tolong Om… cepet masukin”<br />
<br />
Lalu Om Wawan memasukin kontolnya di dalam vaginaku, “Oh… asiknya Om… ah ahahhh ashhhh” Om Wawan mengenjot pelan pelan, “Om, ahh ahh…. cepet dong ngenjotnya… ahhh ashhh ahhhhahhhh… lbh kuat dong…” “Wah, Nini binal sekali… Om baru tau…” Lalu dia mengenjot lbh cepat n kuat sambil melumat bibirku dan memeras tetekku kuat kuat. “Om lbh kuat meremas tetekku ahhhh ahhh”<br />
<br />
Kita ganti posisi ke doggy style dan aku on top…. Om Wawan sangat lihai dlm permainan ini… dia membuat aku lupa diri dan merasa high sekali… kita berdua meraung raung keenakan di dlm kamar… ahhh aaaaaaaaaahhhhhsssssahhhhhhhhh ihhhhhhh assshhhhh uhhhhhhhhahhhhha…..<br />
<br />
“Nini, Om sudah mau keluar…. Om crut di dlm memek Nini yah” “Iya, Om… boleh ahh ahhhh cepet, ahhh Nini juga udah mau keluar ahh ahhhh” Om Wawan mengenjot lebih cepet dan kuat, ahhh ahhhh tiba2 tubuhnya megenjang, tandanya dia sudah keluarin spermanya di dalam vaginaku… lalu Om Wawan mengeluarin kontolnya dan meletakan di dalam mulutku, aku mengulum kontolnya dgn asik dan Om Wawan mengerang dgn asik dan bergetar-getar keenakan. Lalu kita berbaring sejenak sambil berciuman.<br />
<br />
“Besok-besok Om mau ngentotin Nini lagi utk bersihin tubuh Nini dari makhluk halus.”?Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-23101381392705977272011-03-19T12:45:00.000+07:002011-03-19T12:45:08.655+07:00Teknik baru memperpanjang PenisCara Memperpanjang Mr.P secara sederhana di rumah..<br />
<br />
Bagi kaum laki-laki tentu ada kebanggaan tersendiri jika memiliki penis yang panjang karena itu banyak berbagai cara dilakukannya. Ternyata ada cara yang bisa dilakukan di rumah untuk memperpanjang penis.<br />
<br />
Selama ini banyak orang yang pergi ke dokter, mendatangi orang yang memiliki kemampuan khusus, menggunakan bahan alami atau mengonsumsi obat-obatan agar bisa memiliki penis yang panjang. Padahal ada cara mudah dan murah yang bisa dilakukan seseorang di rumah.<br />
<br />
Ada dua trik yang bisa dilakukan kaum laki-laki di rumah agar memiliki penis yang panjang, yaitu:<br />
<br />
Teknik menarik<br />
<br />
Teknik ini melibatkan peregangan penis untuk mendapatkan panjang optimal. Ini adalah salah satu metode yang efektif dan bisa digunakan secara alami untuk meningkatkan ukuran penis. Untuk melakukannya seseorang harus berbaring dan memegang daerah sekitar kepala penis dengan menggunakan jari dan membentuk tanda ‘O’.<br />
<br />
Tarik penis bergerak perlahan ke arah luar seperti saat ereksi, lalu perlahan-lahan melenturkan otot pubococcygeus (PC). Otot pubococcygeus adalah salah satu otot yang bertanggung jawab terhadap ereksi, kekuatan, panjang penis serta mengatur aliran urin.<br />
<br />
Selanjutnya dari pangkal penis cobalah menariknya agak keras dengan menggunakan tangan yang lain, tetapi pastikan untuk tidak terlalu menarik penis karena bisa berbahaya. Setelah itu pijat secara lembut penis dari pangkal hingga ke bagian kepala.<br />
<br />
Teknik memerah basah<br />
<br />
Untuk melakukan teknik ini diperlukan bantuan pelumas seperti lotion atau minyak, dan teknik ini belum banyak diketahui oleh masyarakat.<br />
<br />
Sebelum melakukan teknik ini, sebaiknya seseorang melumasi tangannya dan membuat tanda seperti ‘OK’ di sekitar penis. Kemudian geser jari dari pangkal penis menuju ke arah kepala. Sebelum mencapai ujung penis, seseorang harus menempatkan tangan lainnya di posisi pangkal dan melakukan hal yang persis sama.<br />
<br />
Alternatif untuk teknik ini adalah tangan harus terlihat seperti sedang memerah susu sapi. Satu hal yang penting adalah pastikan bahwa teknik ini tidak dilakukan saat penis dalam keadaan ereksi penuh atau ejakulasi. Jika terjadi ereksi, hentikan untuk beberapa saat dan membiarkan penis hingga tenang sebelum memulai kembali.<br />
<br />
Kedua teknik ini memang belum teruji secara medis, namun beberapa orang sudah mencobanya di rumah. Tapi untuk mencapai hasil yang diinginkan diperlukan kesabaran dan konsisten untuk melakukannya. Karena teknik ini tidak akan bisa membuat penis seseorang memanjang dalam waktu seketika. Meskipun hasil yang didapatkan nantinya masih bersifat sementara.<br />
<br />
Anda ingin mencoba ?Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-6959371264379666752011-03-19T12:38:00.000+07:002011-03-19T12:38:49.193+07:00Ketagihan diperkosa lagi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiijJXbZ7ktfYM-9kmZFwGuyZzyG2GKFXbkq2VgwZYY3pBLorq0TIznFsMbBhVnYwNxjDSDxoilErgki8SodCxKD-Btbby2wA6-rIHS2lyMUfM-bv4IChmNNG2LXpxQBSV_nvauFv4Mzw/s1600/68266_180691968626359_100000566728450_531342_5307733_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiijJXbZ7ktfYM-9kmZFwGuyZzyG2GKFXbkq2VgwZYY3pBLorq0TIznFsMbBhVnYwNxjDSDxoilErgki8SodCxKD-Btbby2wA6-rIHS2lyMUfM-bv4IChmNNG2LXpxQBSV_nvauFv4Mzw/s320/68266_180691968626359_100000566728450_531342_5307733_n.jpg" width="320" /></a></div>Sorot mataku hanya dalam kekosongan,semua tak mampu ku lindungi,semua tak mampu ku dekap hingga aku tak bisa lakukan sesuat hal guna dalam diriku.Aku tak berdaya dalam tangisan,aku hanya diam dalam seribu bahasa,gerak pun untuk melawan juga percuma.Tiada lagi rasa ingin menjerit dalam kesunyian,tak bisa lagi aku meronta dan lari pergi dalam jeratannya.Aku pasrah ,sungguh lemahku mencerminkan ketololanku sebagai wanita yang di cap banyak orang sebagai maklhuk tak berdaya.Tidak bertenaga hanya menangis dalam batin yang penuh siksa tanpa guna.Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,<br />
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.<br />
Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amatsangat . Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.<br />
<br />
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.<br />
“ Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.<br />
Aku adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aku adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan. Saat itu usia perkimpoian kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yang kutempati ini adalah hadiah perkimpoian untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaku. “Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu” katanya.<br />
Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.<br />
Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan dirumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.<br />
Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.<br />
Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat. Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.<br />
Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.<br />
Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….<br />
Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok. Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan ituadalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku<br />
Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.<br />
Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.<br />
Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.<br />
Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.<br />
Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.<br />
Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.<br />
Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.<br />
“AHH……..” aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.<br />
Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..<br />
“ Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaantelanjang……..<br />
Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa akusangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.<br />
“He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.<br />
“Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.<br />
Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.<br />
Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,<br />
“Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu”.<br />
Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.<br />
Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,<br />
“Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.<br />
Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.<br />
Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.<br />
“ Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.<br />
Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.<br />
Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.<br />
Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.<br />
“Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku…..”<br />
Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris. Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.<br />
Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.<br />
“Masukin… bang.. auh… aku gak tahan…..” aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.<br />
Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.<br />
Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.<br />
Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.<br />
Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kontol itu memasuki kemaluanku.<br />
“Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aku semakin meracau.<br />
Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.<br />
“Auh………. AHH…… “ aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.<br />
Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.<br />
Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan hal yang sama. Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta. Dimanakah kamu………Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-17516799383098283922011-03-19T12:36:00.000+07:002011-03-19T12:36:21.696+07:00Adu Kepiting<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgFdl387ayQwsC3DbFtibBbqUOYRMgl1sBWw41rJsT-8tW_WVLNHZDVJSkPj8A_zkyWIkBzlopMZr93JHLporctKb7kCHtiSnF3otCFRR0GG7OgFMRf2shpsBkhDuTuR4X_qL5F0QO9A/s1600/63785_108283282577209_100001866126893_73366_4829890_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgFdl387ayQwsC3DbFtibBbqUOYRMgl1sBWw41rJsT-8tW_WVLNHZDVJSkPj8A_zkyWIkBzlopMZr93JHLporctKb7kCHtiSnF3otCFRR0GG7OgFMRf2shpsBkhDuTuR4X_qL5F0QO9A/s1600/63785_108283282577209_100001866126893_73366_4829890_n.jpg" /></a></div>Aku Anis, kembali akan menyumbangkan suatu kisah tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah lalu tinggal di suatu daerah pegunungan yang jauh dari keramaian dengan harapan agar mereka bisa terhindar dari pergaulan, bahaya lalu lintas dan kesalahpahaman dengan orang lain. Di samping itu, ia juga menghindarkan istrinya dari gangguan laki-laki lain yang menyukainya karena istrinya sangat cantik sehingga jadi rebutan di kampung asalnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Mereka berdua hidup dalam kesunyian, namun ia tidak kesulitan makanan karena selain ia berkebun dan bertani, juga ia rajin ke sungai untuk menangkap ikan sebagai lauknya. Beberapa bulan kemudian, sang istri mulai mengidam, sehingga membutuhkan makanan tertentu sesuai selera dan keinginannya sebagaimana layaknya perempuan lainnya yang mengidam.<br />
<br />
Suatu hari, sang istri tampak tidak enak perasaannya dan selalu emosi akibat pengaruh dari janin yang dikandungnya.<br />
<br />
"Mas, boleh ngga minta tolong sama kamu?" tanya sang istri lembut.<br />
"Soal apa dinda?" sang suami balik bertanya dengan lembut pula.<br />
"Aku ingin sekali makan kepiting, Mas. Boleh ngga Mas mencarikan aku?"<br />
"Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan kepiting di puncak gunung seperti ini?" kata sang suami.<br />
"Tolong cari donk. Berusahalah. Pasti Mas bisa menemukannya. Kalau aku nggak masalah, tapi yang ini nih," desak sang istri sambil menunjuk janin yang ada dalam perutnya.<br />
<br />
Setelah lama didesak, akhirnya sang suami pergi juga meninggalkan rumah untuk mencari kepiting. Dia berjalan mengelilingi hutan dan naik turun dari gunung yang satu ke gunung yang lainnya, bahkan menelusuri beberapa sungai-sungai kecil yang ada di tengah hutan. Ketika ia menemukan sebuah sungai yang agak deras airnya, ia lalu turun dan mencoba mencari lubang-lubang yang ada di pinggirnya.<br />
<br />
Setelah ia menemukan suatu lubang yang agak besar dan dalam, ia lalu memasukkan tangannya ke dalam lubang itu. Bahkan mencoba mengeluarkan air dan lumpurnya hingga lubang itu bertambah besar dan dalam, sampai-sampai seluruh badannya bisa masuk. Suluruh tubuhnya basah kuyup dengan lumpur bercampur keringat karena ia merasa penasaran dan yakin sekali kalau dalam lubang itu ada kepitingnya.<br />
<br />
Dalam keadaan bermandikan keringat bercampur lumpur, ia mengkonsentrasikan diri hanya pada isi lubang itu, ia lalu membuka seluruh pakaiannya yang basah lagi kotor itu. Tiba-tiba ia mendengar suara kaki berjalan di air. Semakin lama kedengarannya semakin dekat, bahkan terdengar ada suara manusia yang sedang bicara, sehingga ia merasa sangat ketakutan karena selama ia tinggal di daerah itu belum pernah bertemu dengan orang lain kecuali hanya istrinya. "Jangan-jangan orang itu adalah penjahat atau orang hutan", demikian pikirnya. Ia lalu masuk sekalian ke dalam lubang itu unutk bersembunyi dengan tanpa busana sehelaipun. Dalam keadaan menungging dengan pantat mengarah ke pintu lubang tersebut, ia melihat melalui selangkangannya, ternyata ada 4 betis berdiri hanya kurang lebih berjarak 30 cm dari pantatnya.<br />
<br />
Ia gemetar sangat ketakutan sehingga dengan tanpa sengaja kencingnya menetes keluar melalui kontolnya yang tergantung lemas.<br />
<br />
"Wah, ini ada buah-buahan langka dan kelihatan indah sekali" sang suami itu mendengar suara dari salah seorang yang kakinya kelihatan itu. Bahkan orang itu sempat meraba dan menarik-narik kontol sang suami yang disangkanya buah-buahan, sehingga sang suami itu semakin ketakutan hingga menyebabkan air kencingnya tambah banyak keluar. Ia tak mau bergerak karena takut diketahui kalau ia adalah manusia.<br />
<br />
"Buah apa itu teman?" tanya salah seorang dari mereka yang berdiri itu sambil ikut memegang dan menarik-narik buah tergantung itu.<br />
<br />
Tiba-tiba pantat sang suami mengeluarkan suara kentut sehingga kedua orang hutan yang berdiri itu mencium bau busuk. Lalu temannya menjawab..<br />
<br />
"Mungkin inilah yang dinamakan buah busuk-busuk" lalu kedua orang itu sepakat meninggalkan tempat itu dan bermaksud memetik buah busuk-busuk itu setelah ia kembali dari menebang kayu di hutan.<br />
<br />
Setelah kedua orang hutan itu pergi, maka sang suami yang masuk ke lubang tadi segera keluar dan pulang terburu-buru ke rumahnya sambil menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah, sang istri heran karena suaminya berlari terengah-engah tanpa mengenakan pakaian.<br />
<br />
"Kok begitu Mas. Ada apa? Kenapa lari seperti orang ketakutan? Mana kepitingnya?" Pertanyaan sang istri bertubi-tubi pada sang suami, namun ia tetap belum mampu menjawab karena sangat lelah dan ketakutan.<br />
"Mm.. maaf dinda, aku tidak berhasil menangkap kepitingnya" jawab sang suami dengan nafas terengah-engah.<br />
"Kenapa Mas? Ada masalah apa di sungai?" desak sang istri.<br />
"Anu.. Anu dinda. Sulit ditangkap karena lubangnya terlalu dalam. Besok saja yah," rayu sang suami pada istrinya.<br />
"Masa hanya kepiting tak bisa ditangkap. Kalau gitu kita gantian saja. Mas jaga rumah dan saya yang akan menangkap kepitingnya" ujar sang istri tidak sabar<br />
<br />
Menjelang sore hari, sang istri berangkat ke sungai setelah mendapat petunjuk dari sang suami mengenai tempatnya. Meskipun sang suami tidak mengizinkan istrinya pergi agar jangan sampai bertemu dengan kedua orang hutan tadi, tapi karena tak mau cekcok dan membuat marah istrinya, maka dengan terpaksa dan was-was akhirnya ia mengizinkannya.<br />
<br />
Sesampainya di sungai tersebut, sang istri turun dan akhirnya menemukan lubang yang baru saja dimasuki suaminya. Ia juga merasa penasaran dan yakin kalau dalam lubang itu ada kepitingnya, sehingga buru-buru ia melepaskan seluruh pakaiannya agar tidak kotor lalu masuk ke lubang itu dengan posisi seperti posisi suaminya tadi sewaktu dalam lubang. Belum sempat ia memasukkan tangannya ke luang-lubang kecil yang ada dalam lubang besar itu, tiba-tiba ia mendengar suara orang sedang bicara, bahkan kedengarannya berjalan menuju ke arahnya.<br />
<br />
"Wah, celaka teman. Kita didahului orang lain. Buah busuk-busuk itu sudah tidak ada di tempatnya. Rasanya baru saja dipetik orang lain dengan menggunakan pisau tajam. Ini buktinya" kata salah seorang dari mereka yang berdiri persis di dekat pantat sang istri itu sambil meraba, mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan sang istri karena dianggapnya sebagai bekas petikan/potongan buah tadi.<br />
<br />
Kedua orang hutan itu tidak ragu lagi kalau baru 'buah' itu baru saja dipetiknya karena sewaktu ia meraba tempatnya, ia merasakan sedikit basah, berlubang dan halus seperti bekas potongan pisau tajam.<br />
<br />
"Untung saja vaginaku halus, mulus, putih tanpa ditumbuhi bulu sehelaipun, sehingga mereka tidak curiga kalau itu adalah daging montok wanita yang sedang basah karena ketakutan sehingga mengeluarkan air kencing", demikian pikir sang istri.<br />
"Ayo teman, kita cari dan kejar si pemetik buah impian kita itu. Ia pasti belum jauh dari tempat ini, karena bekas petikannya masih basah dan getahnya masih menetes" ajak salah seorang dari orang hutan itu.<br />
<br />
Akhirnya mereka segera pergi dan sepakat mencari orang yang dicurigai telah memetik buah busuk-busuk impian mereka itu.<br />
<br />
"OK, kita bagi sasaran. Kamu ke kiri dan aku ke kanan. Ia pasti masih berada di sekitar sini karena bau buah-buahan itu masih sangat terasa busuknya". Kata orang hutan yang satunya lagi seperti yang didengar oleh sang istri ketika keduanya baru saja meninggalkan lubang kepiting itu.<br />
<br />
Pikir sang istri, bau busuk itu tentunya adalah bau kentut. Setelah itu, sang istri terburu-buru keluar lalu pergi meninggalkan lubang itu sambil berlari menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah, keadannya persis sama dengan keadaan suaminya ketika mengalami hal serupa. Ia tak mampu berkata-kata dan sulit ia menjelaskan kejadian tadi. Mereka saling menyembunyikan apa yang dialaminya di sungai tadi, meskipun dalam hati mereka saling curiga tentang kemungkinan kejadian yang sama.<br />
<br />
Keesokan harinya, sang suami bersama sang istri sepakat untuk berangkat bersama-sama ke sungai mencari kembali kepiting dengan keyakinan kalau kedua orang hutan kemarin itu tidak bakal lewat di situ lagi karena buah impiannya sudah dianggap tidak ada lagi. Keduanya langsung menuju ke lubang yang masih diyakini ada kepitingnya.<br />
<br />
"Mas, coba sekali lagi. Kamu saja yang masuk biar saya yang jaga di luar kalau-kalau ada orang yang melihat kita. Sebaiknya buka saja pakaiannya Mas biar tidak kotor" kata sang istri ketika mereka sampai di dekat lubang itu.<br />
<br />
Setelah sang suami masuk dengan posisi seperti semula dalam keadaan telanjang bulat, sang istri menyaksikan kontol suaminya sedang tergantung di selangkangannya sambil berpikir bahwa mungkin kontol suamiku inilah yang dikatakan oleh kedua orang hutan kemarin itu sebagai buah busuk-busuk, sehingga setelah ia melihat kemaluanku, ia lalu beranggapan kalau buah itu sudah dipetik.<br />
<br />
"Bagaimana Mas? Sudah dapat kepitingnya?" tanya sang istri pada suaminya sambil membungkuk untuk melihat keadaan suaminya dalam lubang.<br />
"Belum dinda, tapi sudah hampir kutemukan. Sabarlah sebentar dinda"<br />
"Ini kepitingnya Mas. Saya sudah menangkapnya" canda sang istri sambil memegang dan menarik-narik benda yang tergantung di selangkangan sang suami sambil tertawa terbahak-bahak.<br />
<br />
Nampaknya sang istri tak mau melepas 'kepiting' yang ditangkapnya itu, malah ia semakin memainkannya, mengelus dan mengocoknya hingga kepitingnya itu semakin keras, membengkak dan membuat pinggul sang suami bergerak-gerak.<br />
<br />
"Sudahlah dinda. Jangan ganggu aku dulu. Kepitingku itu tak sulit ditangkap karena akan datang sendiri ke rumah, bahkan sebentar di rumah pasti kuserahkan untuk kamu makan sepuasnya" canda sang suami.<br />
<br />
Karena sang suami sudah tak tahan lagi dipermainkan kontolnya sementara sang istri tak mau berhenti memainkannya, malah nampak menginginkannya saat itu, maka sang suami memutuskan keluar dulu.<br />
<br />
"Kalau gitu kita gantian cari kepitingnya dinda. Aku kecapean" kata sang suami sambil keluar dari lubang itu dan digantikan oleh si istri setelah ia juga menelanjangi dirinya karena takut akan kotor pakaiannya.<br />
"Kamu yang jaga di luar yah Mas. Bilang kalau ada orang lain yang melihat kita, tapi jangan macam-macam loh..," kata sang istri.<br />
<br />
Setelah posisi sang istri sama dengan posisi sang suami tadi, tiba-tiba sang suami meraba-raba pantatnya lalu turun ke selangkangan dan terus ke kemaluan sang istri dan memainkannya seperti halnya ia dipermainkan tadi.<br />
<br />
"Wah, ini 'kepiting' betinanya sudah kutangkap dinda. Indah sekali dan pasti nikmat dimakan. Boleh aku makan dinda?" tanya sang suami sambil mengelus dan menusuk-nusuk lubang kemaluan istrinya yang sedang menungging dalam lubang.<br />
<br />
Sang istri tampak menikmatinya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya dalam lubang. Sementara sang suami yang sejak tadi terangsang dari dalam lubang tak mau berhenti memainkan, bahkan sesekali mencium dan menjilatinya lalu mengatakan kalau ia sedang memakan kepitingnya mentah-mentah.<br />
<br />
"Ayo Mas. Mana kepitingnya? Adu donk 'kepiting'nya dengan 'kepiting'ku" canda sang istri tapi tampak serius karena memang ia betul-betul sudah terangsang.<br />
<br />
Sang suami segera mengarahkan mulut 'kepiting'nya ke mulut 'kepiting' sang istri lalu mengadunya. Perlahan tapi pasti, kedua buah langka itu saling bersentuhan di mulut lubang kepiting. Mula-mula amat sulit masuknya karena 'kepiting' sang istri agak masuk ke dalam, namun karena sang istri mengerti dan memang membutuhkannya, maka pantatnya pun terdorong sedikit keluar sehingga berada di luar lubang hingga sang suami sangat mudah memasukkan kepala 'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri. Suara yang ditimbulkan dari pertarungan antara kedua 'kepiting' langka itu, sangat indah dan jelas terdengar karena berada di mulut lubang, apalagi sedikit basah karena percampuran antara air khas 'kepiting' dengan air sungai serta air lumpur.<br />
<br />
"Akhh.. Uuhh.. Ikkhh.. Ookkhh.. Eennakk. Nikkmat sekali kepitingnya Mas. Terus.. Teruss.. Ayo hantam teruss Mass" erang si istri tersentak-sentak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Si suami juga mengerang hal yang serupa.<br />
<br />
Mungkin karena sang istri telah merasa lelah menungging, ia meminta sang suami untuk berhenti bergerak sejenak, tapi sang suami tidak menghiraukannya. Akhirnya sang istri menarik pantatnya masuk lebih dalam sehingga 'kepiting' sang suami dengan sendirinya keluar dan lepas dari lubang 'kepiting' sang istri, bahkan perut sang suami dengan keras menghantam mulut lubang yang dimasuki sang istri tersebut. Namun tak lama setelah itu, sang istri kembali menjulurkan keluar pantatnya dalam keadaan terbalik yakni telentang dalam lubang, sehingga memudahkan sang suami memasukkan kembali 'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri. Pertarungan pun dimulai kembali yang diiringi dengan musik khas yang keluar dari pertarungan kedua 'kepiting' itu.<br />
<br />
"Decak.. Decukk.. Decikk.. Plagg.. Plugghh.. Pologg" suara itulah yang mewarnai kesunyian di sungai itu yang dibarengi pula dengan suara nafas saling mengejar dari kedua mulut pasangan suami istri yang sedang mengidamkan kepiting itu.<br />
"Maass.. Mass, 'kepiting'ku mau pipis" kata sang istri ketika sang suami dengan gencarnya menghentakkan 'kepiting'nya keluar masuk ke mulut 'kepiting' sang istri tanpa menghiraukan kata-kata sang istri.<br />
"Biar saja pipis, karena 'kepiting'ku juga mau pipis, biar bersamaan saja" kata sang suami sambil tetap mempercepat kocokannya dan meraba-raba serta meremas-remas kedua benda kenyal yang ada di dada sang istri, meskipun tanpa melihatnya karena letaknya agak ke dalam.<br />
"Nnikkmatnnya kepitingnya yach" secara serentak kedua pasangan itu tiba-tiba mengucapkan kalimat yang sama saat 'kepiting' keduanya bersamaan mengeluarkan cairan hangat yang dianggapnya sebagai air pipis 'kepiting'.<br />
<br />
Akhirnya keduanya tergeletak di tempatnya masing-masng. Sang suami tergeletak di luar lubang sementara sang istri di dalam lubang. Setelah terdiam sejenak, sang istri lalu keluar dan mencium pipi dan bibir sang suami yang masih tergeletak di pinggir sungai.<br />
<br />
"Mas, ayo bangun. Kita pulang aja yuk. Kita sudah tangkap dan nikmati kepitingnya. Aku sudah puas sekali dan tak bergairah lagi mencari kepiting beneran" kata sang istri sambil membangunkan suaminya dengan suara sedikit berbisik di telinganya.<br />
"Wah kita terlalu jauh mencari kepiting dinda, padahal ada kepiting yang kita bawa masing-masing. Lebih nikmat lagi memakannya, bahkan tak pernah habis. Ayo dinda, nanti di rumah kita makan lagi kepiting ini.. Ha.. Hha.. Hha" kata sang suami sambil merapikan kembali pakaiannya bersama sang istri lalu keduanya tertawa terbahak sambil berpelukan dan berciuman, lalu kembali ke rumah.<br />
<br />
Setibanya di rumah, mereka kembali mengadu 'kepiting'nya beberapa kali dengan posisi yang lebih membuatnya leluasa bergerak. Sejak saat itu, sang istri tak pernah lagi meminta suaminya untuk mencari kepiting di sungai dan sejak itu pula keinginannya terhadap kepiting sungguhan hilang.<br />
<br />
Bagi pembaca yang penasaran ingin tahu lebih banyak pengalamanku atau ceritaku ini, maka silakan hubungi aku via email.<br />
<br />
tulisan yang berjudul Adu Kepiting ~ Virgin For You http://virgin-for-you.blogspot.com/2010/12/adu-kepiting.html#ixzz1BYXDh92o<br />
asli dari http://virgin-for-you.blogspot.com boleh di copas asalkan mencantumkan link ini di bawahnyaAku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-13219871418399400652011-03-19T12:35:00.001+07:002011-03-19T12:35:01.896+07:00ABG SMUAku masih siswi smu kelas 2 berumur 16 tahun. terus<br />
<br />
terang aku sudah tidak lagi perawan, keperawananku<br />
<br />
kuserahkan kapada pacarku saat pesta malam tahun baru,<br />
<br />
waku itu aku masih kelas 1 SMU. semua itu aku lakukan<br />
<br />
dengan suka rela tidak ada paksaan, malah aku merasakan<br />
<br />
kenikmatan surga dunia di usia ku yang masih muda itu.<br />
<br />
sudah 5 kali aku melakukan hubungan sex dengan pacarku<br />
<br />
aku menikmati bahkan mungkin aku semakin ketagihan<br />
<br />
mereguk kenikmatan bermain sex dengan pacarku.<br />
<br />
<br />
<br />
aku tinggal bersama kakak perempuan ku yang sudah<br />
<br />
menikah di kota B ini. hingga pengawasanku begitu<br />
<br />
longgar karena kesibukan kakak ku dan suaminya yang<br />
<br />
bekerja hingga kurang mengontrol terhadapku.<br />
<br />
<br />
<br />
sepulang sekolah aku bergegas ke kamarku, sekolahku<br />
<br />
masuk pagi. siang itu seperti biasa hanya ada aku<br />
<br />
dirumah. setelah melapas sepatuku aku langsung melepas<br />
<br />
celana dalamku. entah hari ini aku merasa begitu<br />
<br />
terangsang, seperti kataku, aku ketagihan berhubungan<br />
<br />
sex. tubuhku terasa bergetar, kedua buah dadaku<br />
<br />
menegang, dan bagian kemaluanku basah terangsang. aku<br />
<br />
berbaring di kasurku dengan kedua kaki terbuka lebar dan<br />
<br />
rok seragamku ku singsingkan hingga ke perut. dengan<br />
<br />
salah satu tanganku aku meremas-remas buah dadaku<br />
<br />
sementara satu tangan lagi mengusap kemaluanku yang<br />
<br />
sudah terbuka. ku belai-belai bulu kemaluanku semakin ke<br />
<br />
bawah kusibak bibir kemaluanku. dengan kedua kaki<br />
<br />
semakin kulebarkan, aku terpejam membayangkan pacarku di<br />
<br />
depan selangkanganku dengan kemaluan yang tegak siap<br />
<br />
menusuk kemaluanku.<br />
<br />
<br />
<br />
"aaaahhh...", kuelus daging kecil diantara bibir<br />
<br />
kemaluanku, dimana rasa nya begitu nikmat kumainkan<br />
<br />
dengan jariku. terasa semakin menegang daging kecilku<br />
<br />
ini, dan rasanya semakin nikmat. kurasakan lubang<br />
<br />
vaginaku sudah basah. dengan lebut kugerakkan jari<br />
<br />
tengahku menggesek kebawah daging kecilku dan langsung<br />
<br />
menuju lubang vaginaku.<br />
<br />
"uuuuhhh...", setengah jari tengahku sudah menusuk<br />
<br />
lubang vaginaku, kudorong semakin dalam dan kurasakan<br />
<br />
semakin nikmat yang kurasakan. darahku berdesir hebat,<br />
<br />
tubuhku bergetar merasakan kenikmatan ini. mataku masih<br />
<br />
terpejam. kubayangkan batang kemaluan pacarku menusuk<br />
<br />
lubang vaginaku seperti yang biasa kami lakukan.<br />
<br />
<br />
<br />
"eeehhhh...", au mendesah sesukaku dengan gerakan tangan<br />
<br />
ku yang semakin cepat, hingga jari tengahku mengocok<br />
<br />
lubang vaginaku dengan nikmat. namun tiba-tiba aku<br />
<br />
terkejut dan terbelalak, dengan tiba-tiba seseorang<br />
<br />
menindihku. sungguh aku terkejut dan semakin terkejut<br />
<br />
saat kulihat wajah orang yg menindihku adalah mas<br />
<br />
hendra, suami kakak perempuanku.<br />
<br />
"aaah... mas hendra..?". suaru memekik tertahan dengan<br />
<br />
rasa terkejut dan malu bercampur hingga aku tertegun tak<br />
<br />
tau harus berbuat apa.<br />
<br />
"kenapa harus sendiri rin...", ujar mas hendra. seraya<br />
<br />
memegang tanganku.<br />
<br />
"jangan mas hendra...", ujarku aku tersadar. seraya aku<br />
<br />
berusahan mendorong tubuhnya. namun terasa berat sekali.<br />
<br />
"ayolah rin... mas tau kamu sudah gak perawan...".<br />
<br />
"jangan mas....". dengan posisi tubuh aku yang sudah<br />
<br />
terlentang aku tak berdaya, aku merasakan benda hangat<br />
<br />
menempel pada kemaluanku. yah itu adalah kemaluan mas<br />
<br />
hendra.<br />
<br />
"jangan mas...".<br />
<br />
"ayolah rin... kamu juga pengen kan...?",<br />
<br />
"jangan mas... jang ..... aaaaahhhh.......". aku<br />
<br />
melenguh, kata-kataku tak dapat kuteruskan, aku<br />
<br />
merasakan benda hangat itu menyeruak lubang vaginaku<br />
<br />
yang memang sudah basah dan menginginkan hujaman<br />
<br />
kemaluan laki-laki.<br />
<br />
"aaahh...". hanya itu yang terdengar dari bibirku.<br />
<br />
seraya mataku terpejam kepalaku mendongak keatas.<br />
<br />
darahku berdesir hebat. begitu nikmat kurasakan. mas<br />
<br />
hendra menghujamkan seluruh batang kemaluannya masuk ke<br />
<br />
dalam vaginaku. aku merasakan sensasi yang begitu<br />
<br />
nikmat, dengan ukuran batang kemaluan mas hendra yang<br />
<br />
kurasakan berbeda lebih besar dibanding dengan ukuran<br />
<br />
batang kemaluan pacarku.<br />
<br />
<br />
<br />
"enak rin....mhmmhheee...mhee...". ujar mas hendra<br />
<br />
seraya menarik batang kemaluan itu kembali, dan<br />
<br />
memasukannya kembali.<br />
<br />
"mmmhhh....aaaahhh...". eluhku. kurasakan lebih nikmat<br />
<br />
dibanding kulakukan dengan pacarku. karena mungkin<br />
<br />
ukurannya yang berbeda.<br />
<br />
"aaahh...aaahh...". erangku setiap kali mas hendra<br />
<br />
menghujamkannya. dengan gerakan yang semakin cepat.<br />
<br />
vaginaku seakan di koyak memberikan rasa nikmat yang<br />
<br />
begitu hebat.<br />
<br />
"uuuhh...riin... ternyata kamu tidak hanya lebih cantik<br />
<br />
dari kakakmu, tapi juga memekmu lebih enak dan<br />
<br />
legit...". puji mas hendra.<br />
<br />
<br />
<br />
beberapa kurasakan tubuhku bergetar hebat dan tanpa<br />
<br />
sadar aku mengejang seraya aku melenguh, aku merasakan<br />
<br />
seluruh sendir tubuhku terlepas. dari lubang vaginaku<br />
<br />
kurasakan semburan cairan hangat membasahi batang<br />
<br />
kemaluan mas hendra yang masih menghujam. kupeluk tubuh<br />
<br />
mas hendra.<br />
<br />
"aaah mas hendra....". eluhku<br />
<br />
"enak rin...?", seraya mas hendra memelukku. aku<br />
<br />
mengangguk.<br />
<br />
<br />
<br />
"mmmhhh... mas hendraaaaa..". desahku dengan darah<br />
<br />
berdesir, memandangnya yang tengah melumat puting buah<br />
<br />
dadaku yang menyembul diantara sela baju seragamku yang<br />
<br />
sudah acak-acakan. dibukanya seragamku lebih lebar agar<br />
<br />
leluasa kedua tangannya meraih gundukan buah dadaku.<br />
<br />
"mmmhh... riiim... masih kenyal banget... ". gumamnya.<br />
<br />
seraya nampak begitu rakus melupat menjilat kedua<br />
<br />
putingku. tangannya tak hendtinya meremas-remas.<br />
<br />
"diterusin ya...?", pintanya setelah puas dengan buah<br />
<br />
dadaku tanpa menunggu jawabanku mas hendra mencabut<br />
<br />
batang kemaluannya dari vaginaku dan memintaku untuk<br />
<br />
mengambil posisi menungging.<br />
<br />
"aaaahh...", erangku saat batang kemaluan besar dan<br />
<br />
panjg itu menusuk lagi, terasa geli dan nikmat walau<br />
<br />
vaginaku sudah basah. kusorongkan pantatku ke belakang,<br />
<br />
kuranggangkan kedua kakiku. agar gerakan mas hendra<br />
<br />
lebih leluasa menghujamkan batang kemaluannya.<br />
<br />
rasanya begitu dahsyat kurasakan, menghujam dengan<br />
<br />
maksimal seluruh batang kemaluan itu amblas didalam<br />
<br />
vaginaku yang lahap menelannya.<br />
<br />
<br />
<br />
"uuuuhh... memek kamu masih sempittt rin...enak<br />
<br />
banget...". pujinya. setiap hujaman terasa begitu<br />
<br />
dahsyat hingga membuat tubuhku kembali bergetar untuk<br />
<br />
yang ke dua kalinya. aku mengejang, mengeluuuh panjang<br />
<br />
dan kurasakan semburan dari vaginaku kembali melumuri<br />
<br />
batang kemaluan mas hendra yang begitu nikmat.<br />
<br />
aku terkulai lemas, mas hendra membiarkan batang<br />
<br />
kemaluannya terlepas dari vaginaku. aku terlentang<br />
<br />
memandangnya dengan batang yang mengacung besar dan<br />
<br />
panjang begitu perkasa, seksi dihadapanku. batang<br />
<br />
kemaluan itu memiliki kepala yang besar dan memerah<br />
<br />
basah berkilat.<br />
<br />
<br />
<br />
"memekmu indah dan enak banget rin...", pujinya seraya<br />
<br />
memandang vaginaku. di rentangkan kedua kakiku seraya<br />
<br />
mengambil posisi untuk kembali menghujam batang kemaluan<br />
<br />
itu.<br />
<br />
"aaaaahh....". eluhku dengan vagina terjejal batang<br />
<br />
kemaluan itu. tubuhku terhentak keras oleh gerakan<br />
<br />
pinggang mas hendra yang kerasa dan semakin cepat.<br />
<br />
"uuuhhh...rin... enak banget... bentar lagi mau<br />
<br />
keluar...aaaaaahhggggg...", geramnya dengan tubuh<br />
<br />
menggelinjang hebat, batang kenaluannya yang tertancap<br />
<br />
dengan mantap di dalam vaginaku kurasakan menyemburkan<br />
<br />
cairan hangat nya. aku merasakan sensai itu begitu<br />
<br />
hebat.<br />
<br />
<br />
<br />
tubuh mas hendra roboh diatas tubuhku. dengan nafas<br />
<br />
terengah memelukku.<br />
<br />
"rin enak banget....". ujarnya sesaat ia memandangku<br />
<br />
dengan senyum puas, dan melumat bibirku. kusambut<br />
<br />
bibirnya dengan hangat seraya kupeluk erat dengan batang<br />
<br />
kemaluan kami masih menyatu.<br />
<br />
"kamu suka rin...?", tanyanya. aku mengangguk malu.<br />
<br />
"gak usah malu-malu kalo kamu mau....". ujarnya<br />
<br />
"apa cowomu yang pertama rin...?", tanyanya.<br />
<br />
"iya mas...".<br />
<br />
"kapan ?".<br />
<br />
"waktu malam tahun baru kemarin...". jawabku. yang<br />
<br />
berarti enam bulan yang lalu.<br />
<br />
"udah berapa kali gituan sama yayang...?"<br />
<br />
"mmmm 5 kali mas....".<br />
<br />
"mmmmhhh pantesan kamu ketagihan ya...?". aku mengguk<br />
<br />
tersipu.<br />
<br />
<br />
<br />
dihadapan kakak perempuanku, sikap aku dan mas hendra<br />
<br />
biasa saja. walau aku takut kakak perempuanku akan<br />
<br />
mengetahui kejadian itu. aku berangkat dan pulang<br />
<br />
sekolah seperti biasanya. kadang aku mendengar seuara<br />
<br />
desahan dan erangan dari kamar kakak perempuanku dan mas<br />
<br />
hendra suaminya melakukan hubungan suami istri, membuat<br />
<br />
aku merasa iri. dan ingin ikut merasakannyaAku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-17802200677077792582011-03-19T12:34:00.000+07:002011-03-19T12:34:20.510+07:00ABG tetangga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyzBjxsvVgwxVmhOGI0mx_jnSAmOCBeFfzUspnETRF9RdCyRb_tkNe4PvLndLCfoNMCyqFiT3Srg3N-_PL0L2lTXpJqeROzwdnK7-QlmGE368nLi6dlPoqVxZZqju1y2ymW2iJAC_fVA/s1600/66814_170459159655571_100000744631115_386187_1595159_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyzBjxsvVgwxVmhOGI0mx_jnSAmOCBeFfzUspnETRF9RdCyRb_tkNe4PvLndLCfoNMCyqFiT3Srg3N-_PL0L2lTXpJqeROzwdnK7-QlmGE368nLi6dlPoqVxZZqju1y2ymW2iJAC_fVA/s320/66814_170459159655571_100000744631115_386187_1595159_n.jpg" width="320" /></a></div>Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD<br />
<br />
porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si<br />
<br />
adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina.<br />
<br />
Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku<br />
<br />
pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang,<br />
<br />
karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak<br />
<br />
tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri<br />
<br />
dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku<br />
<br />
tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa<br />
<br />
berdenyut-denyut bagian pucuknya.<br />
<br />
"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku<br />
<br />
sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil<br />
<br />
segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan,<br />
<br />
tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik<br />
<br />
barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut.<br />
<br />
Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk<br />
<br />
jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit<br />
<br />
kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada<br />
<br />
obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir<br />
<br />
kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya,<br />
<br />
tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan<br />
<br />
tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.<br />
<br />
"Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha<br />
<br />
menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca<br />
<br />
surat kabar pagi yang belum tersentuh.<br />
<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku<br />
<br />
mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga<br />
<br />
mendekat.<br />
<br />
"Selamat sore Om. Tante ada?"<br />
<br />
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada<br />
<br />
apa?"<br />
<br />
"Wah gimana ya.."<br />
<br />
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa",<br />
<br />
kataku ramah.<br />
<br />
<br />
<br />
ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia<br />
<br />
duduk di kursi kosong sebelahku.<br />
<br />
"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa<br />
<br />
bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai<br />
<br />
mekar itu.<br />
<br />
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."<br />
<br />
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari<br />
<br />
dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar<br />
<br />
bola tenis nih.<br />
<br />
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".<br />
<br />
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".<br />
<br />
<br />
<br />
Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak<br />
<br />
ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.<br />
<br />
"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku,<br />
<br />
kemudian membanting pantat di sofa.<br />
<br />
Renny segera jongkok di depan televisi<br />
<br />
membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku<br />
<br />
mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari<br />
<br />
belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya.<br />
<br />
Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju<br />
<br />
kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau<br />
<br />
saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.<br />
<br />
<br />
<br />
"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak<br />
<br />
lamunan nakalku.<br />
<br />
"Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana"<br />
<br />
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski<br />
<br />
sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku<br />
<br />
uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku<br />
<br />
itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku<br />
<br />
mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke<br />
<br />
kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah<br />
<br />
kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut.<br />
<br />
Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri?<br />
<br />
Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu<br />
<br />
terlampiaskan".<br />
<br />
<br />
<br />
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar<br />
<br />
kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut.<br />
<br />
Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.<br />
<br />
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.<br />
<br />
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.<br />
<br />
"Mau lihat CD bagus nggak?"<br />
<br />
"CD apa Om?"<br />
<br />
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."<br />
<br />
<br />
<br />
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir<br />
<br />
ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan<br />
<br />
televisi kamar.<br />
<br />
"Film apa sih Om?"<br />
<br />
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di<br />
<br />
sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.<br />
<br />
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi<br />
<br />
potongan-potongan adegan orang bersetubuh.<br />
<br />
"Bagus kan?"<br />
<br />
"Ini kan film porno Om?!"<br />
<br />
"Iya. Kamu suka kan?"<br />
<br />
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung,<br />
<br />
tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.<br />
<br />
<br />
<br />
Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk<br />
<br />
gadis itu dari belakang.<br />
<br />
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.<br />
<br />
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku<br />
<br />
yang melingkari lehernya.<br />
<br />
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.<br />
<br />
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak<br />
<br />
lo.."<br />
<br />
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha<br />
<br />
lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku<br />
<br />
segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak<br />
<br />
memberontak.<br />
<br />
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah<br />
<br />
pengalaman.."<br />
<br />
<br />
<br />
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal<br />
<br />
pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar<br />
<br />
vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah<br />
<br />
terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang<br />
<br />
tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi<br />
<br />
segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut<br />
<br />
celana warna hitam.<br />
<br />
<br />
<br />
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha<br />
<br />
merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah<br />
<br />
celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku<br />
<br />
terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu<br />
<br />
begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi<br />
<br />
bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.<br />
<br />
Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu<br />
<br />
vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk<br />
<br />
liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus<br />
<br />
menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan.<br />
<br />
Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah<br />
<br />
meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi<br />
<br />
dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih<br />
<br />
barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku.<br />
<br />
Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku<br />
<br />
merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul<br />
<br />
kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas<br />
<br />
buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti<br />
<br />
mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium<br />
<br />
putingnya yang kecil.<br />
<br />
<br />
<br />
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas<br />
<br />
rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru<br />
<br />
sekarang dia rasakan.<br />
<br />
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.<br />
<br />
"Iii.. iya Om. Tapi.."<br />
<br />
"Kamu pengin lebih enak lagi?"<br />
<br />
<br />
<br />
Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi<br />
<br />
badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia<br />
<br />
tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar<br />
<br />
lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia<br />
<br />
masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan.<br />
<br />
Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah<br />
<br />
kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak<br />
<br />
kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat<br />
<br />
kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang. Kemudian<br />
<br />
kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit<br />
<br />
itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga<br />
<br />
makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih<br />
<br />
agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat<br />
<br />
sebentar karena dia tampak menahan nyeri.<br />
<br />
<br />
<br />
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya<br />
<br />
sekilas.<br />
<br />
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol<br />
<br />
perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan<br />
<br />
pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai<br />
<br />
masuk.<br />
<br />
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.<br />
<br />
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa<br />
<br />
menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit<br />
<br />
kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah<br />
<br />
demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya.. "Ouuu..", dia<br />
<br />
menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah<br />
<br />
aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah<br />
<br />
membasahi sprei.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya<br />
<br />
untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai<br />
<br />
menggenjot anak itu.<br />
<br />
"Ahh.. ohh.. asshh...", dia mengerang dan melenguh<br />
<br />
ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan<br />
<br />
kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar<br />
<br />
itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu.<br />
<br />
Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya<br />
<br />
dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan<br />
<br />
atau pundakku.<br />
<br />
<br />
<br />
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"<br />
<br />
"Ouuu enak sekali Om..."<br />
<br />
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi<br />
<br />
senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu<br />
<br />
macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa menikmati.<br />
<br />
Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.<br />
<br />
<br />
<br />
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan<br />
<br />
sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan<br />
<br />
payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan.<br />
<br />
Sungguh-sungguh beruntung aku ini.<br />
<br />
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku sambil<br />
<br />
memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai<br />
<br />
klimaks.<br />
<br />
"Tapi takut Om.."<br />
<br />
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"<br />
<br />
"Hamil"<br />
<br />
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu.<br />
<br />
Nggak mungkin hamil dong"<br />
<br />
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku<br />
<br />
tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.<br />
<br />
<br />
<br />
"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar<br />
<br />
berbagai gaya lewat CD".<br />
<br />
"Kalau ketahuan Tante gimana?"<br />
<br />
"Ya jangan sampai ketahuan dong"<br />
<br />
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini<br />
<br />
Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak<br />
<br />
menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk<br />
<br />
diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa<br />
<br />
nikmatnya memerawani ABG tetangga.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-19793942600002921572011-03-19T12:32:00.001+07:002011-03-19T12:32:25.391+07:00ABG onani dirumahSaya, suami dan anak-anak tinggal di apartemen (kalau di Indonesia sih disebutnya mesti condominium). Apartemen kami tidak jauh dari sekolah anak-anak, cukup jalan kaki saja. Saya 45 tahun, suami 5 tahun lebih tua dari saya. Anak-anak kami sudah ada yang sekolah di SMA.<br />
<br />
Anak saya yang SMA itu namanya Bayu. Teman-teman Bayu sering main dan menginap di apartemen kami. Kadang-kadang numpang tidur siang juga. Biasa lah anak-anak. Ada satu temannya yang paling rapat dengan anak saya, namanya Hasan. Mereka sekelas dan dari SMP kelas 1 memang sudah berteman. Hasan ini sangat sopan kepada saya, dia selalu panggil saya Tante. Saya juga kenal baik ibu Hasan yang rumahnya satu condo dengan saya. Walau Bayu sedang keluar, Hasan masih tetap suka juga datang dan ikut nonton TV, atau malah numpang istirahat di kamar Bayu.<br />
<br />
Walau Hasan sangat sopan, tetapi saya juga maklum,bahwa di usia yang abg ini, dia mesti sedang mekar-mekarnya dan mencari tau mengenai lawan jenis. Saya kadang-kadang bercanda juga sama dia mengenai soal punya pacar, tetapi dia cuma nyengir dan senyum malu. Katanya kalau anak-anak perempuan SMA sih payah, tidak menarik. Kalau udah gitu kita jadi saling bergurau, walau tetap sopan. Di rumah saya biasa pakai daster panjang yang sampai di bawah lutut. Sopan deh pokoknya. Yang saya tak menyadari adalah Hasan memiliki perasaan tertarik ke saya. Mungkin karena kita sering ngobrol di apartemen, ada Bayu atau tidak ada Bayu, Hasan dan saya tetap saja masih juga ngobrol. Entah ya, mungkin dia pikir tingkah laku dan cara saya ngomong elegan gitu (maklum kan ibu-ibu mesti elegan). Dia sangat memperhatikan saya. Saya sih senang saja diperhatikan. Walau saya awalnya tidak curiga bahwa perhatian Hasan itu ada makna yang lain. Tetapi lama-lama saya rasa dia sering memperhatikan gerak gerik saya dari ekor matanya, dan kalau saya pandang balik, dia pura-pura melihat ke arah lain. Apa dia mulai memperhatikan tubuh saya?<br />
<br />
Walau saya sangat terhormat di lingkungan kami, dan di antara ibu-ibu. Tiada orang yang tahu bahwa saya sangat suka browse internet dan terutama membaca cerita-cerita yang erotik. Jadi kalau untuk member-member DS sih mesti udah maklum dak kebayang deh bagaimana imajinasi dan lamunan saya akibat didikan DS. Di DS, yang saya suka itu baca cerita seru dan kadang-kadang es-lilin.<br />
Balik pada cerita saya, saya pun mulai juga mikirin si Hasan ini, dan menebak-nebak apa yang ada di dalam pikiran dia. Nah, episode yang berikut ini menyadarkan saya apa yang tengah terjadi.<br />
<br />
Suatu hari Hasan main ke rumah dan biasa ngobrol dengan Bayu dan saya di ruang tamu. Saya kebetulan minta Bayu pergi untuk beli sesuatu keluar. Walau diajak, Hasan menolak untuk ikut dengan alasan males badan lagi capek. Jadi sambil beresin rumah, saya ngobrol dan bergurau dengan dia. Lagi-lagi terasa betapa intensnya cara dia ngomong ke saya dan juga cara dia memandang.<br />
<br />
Sekitar pukul 5 sore, sesuai dengan kebiasaan harian, setelah beres-beres saya mandi. Kebetulan saja saya mandi di kamar mandi dekat dapur, bukan di ruang tidur utama (istilahnya master bedroom). Tiba-tiba selintas saya melihat kelebat bayangan di celah pintu kamar mandi yang retak kecil pada sambungan papan di pintu bagian bawah. Rasanya ada yang mengintip. Kalau ada yang ngintip mungkin bisa keliatan kaki saya bagian bawah sampai lutut dan paha bagian bawah saya. Tapi siapa? Bukankah di rumah hanya ada Hasan, lagi pula dia kan pemuda yang sopan. Ah, mungkin hanya kebetulan. Saya balik lagi meneruskan mandi. Saya bersihkan seluruh tubuh. Tiba-tiba saya melihat lagi bayangan tadi. Ah, ini pasti Hasan. Tetapi hendak apa dia? Apakah dia sedemikian ngebetnya ingin buang air hingga menantiku dengan tidak sabarnya? Tiba-tiba bayangan cerita-cerita di DS menerpa, ah apakah memang dia tertarik pada saya dan menyimpan nafsu tersendiri? Apa ini bukan pertama dia mengintip saya sedang mandi. Atau jangan-jangan dia mengintip saya juga di kamar, atau tempat lain?<br />
<br />
Selesai mandi saya lihat Hasan sedang duduk membaca majalah. Saya ke kamar, bukan untuk ganti baju, tetapi hanya menyisir di depan cermin saja. Lagi-lagi saya merasa diperhatikan dari balik pintu yang memang tidak saya tutup. Gerakan Hasan di balik pintu tampak dari cermin saya. Saat saya keluar kamar ternyata Hasan di sofa dan saya yakin dia hanya pura-pura saja baca majalah. Tiba-tiba saya teringat ada janji mau ketemu tetangga di condo, ada titipan dari kawan yang mesti saya ambil. Saya beri tahu Hasan, saya akan ke tempat ibu Susi, dan balik kira-kira sejam, jadi tolong titip rumah.<br />
<br />
Sampai di apartemen bu Susi, ternyata terkunci karena sedang ke luar. Wah bisa-bisanya janjian tapi ditinggal pergi begini. Terpaksa saya balik lagi ke rumah, yang semula maunya balik sesudah 1 jam, ini baru 15 menit sudah sampai rumah lagi.<br />
<br />
Walau pintu dikunci, saya tau Hasan ada di dalam. Bayu pastilah belum sampai rumah lagi. Saya buka dengan kunci saya sendiri pelan-pelan, dan masuk ke dalam. Karena di ruang tamu tidak ada orang, saya yakin Hasan mesti di kamar Bayu anak saya, mungkin main computer seperti kebiasaan mereka. Di luar pintu kamar, saya mendengar suara menderit-derit krek, krek, krek, berulang-ulang. Saya jadi ingin tahu, saya buka perlahan pintu kamar Bayu. Kamar-kamar di tempat saya memang tidak berkunci, kecuali pintu masuk dan pintu master bedroom. Pintu terbuka sedikit dan saya bisa melihat ke dalam dari celah sempit itu. Dan di dalam Hasan sedang duduk di bangku computer. Celana panjangnya telah turun dan teronggok di lantai dibawah bangku. Celana dalamnya tak tampak lagi. Posisi Hasan menyamping dari saya tapi karena jaraknya yang sangat dekat ke pintu, saya dapat melihat semua dengan jelas.<br />
<br />
Sekarang ini mata Hasan tertutup rapat dan bernafas berat, dengan kaki membuka, dan tangannya mencengkeram erat batang anunya yang sedang tegak berdiri. Suara krik krik krik bangku terdengar karena irama tangannya yang mengocok batang keras itu berirama. Selain dari gambar es lilin di internet, selain milik suami, saya tidak melihat lagi lelaki telanjang secara langsung. Dan tiba-tiba sekarang saya melihat pemuda abg yang sedang terangsang berat. Batang tegang Hasan yang tengah dia remas keras-keras itu tampak panjang, kira-kira 12-13 cm berukuran langsing, dan tampak agak melengkung sedikit. Kulit batangnya tampak kemerahan karena Hasan memang putih kulitnya. Kedua kulit kantung telurnya tampak bersih tidak berambut. Ada sedikit rambut halus dan jarang di daerah pubicnya. Saya bisa melihat kepala batangnya berlumuran dengan air mazi bening, dan tampak merah keras berkilat. Dari tempat saya mengintip, saya bisa melihat sedikit pada layar computer dan melihat gambar seorang perempuan bule yang sudah dewasa (ibu-ibu) sedang melakukan oral sex mengisap penis pemuda bule. Batang pemuda bule itu sudah tampak tidak tegang lagi dan diisap seperti lollipop. Muka wanita bule itu berlumuran mani si pemuda. Saya heran, kenapa Hasan onani dengan melihat perempuan dewasa dan bukannya perempuan muda. Tiba-tiba terbukalah pikiran saya. Selama ini Hasan tak menyukai anak perempuan SMA karena dia lebih mengagumi perempuan dewasa. Dan itu sebabnya dia sangat memperhatikan saya.<br />
<br />
Terdengar oleh saya, Hasan menggumam sambil terus meremas dan mengocok batangnya. Walau tidak jelas yang dibisikkan, tapi sepertinya dia menggumam,<br />
“Auh tante, jilat terus, remes dan jilat. Isep sampai Hasan keluar mani tante”.<br />
<br />
Saya kurang pasti, apa yang dikatakan, karena memmang nggak jelas. Saya lihat pinggulnya mulai naik turun di atas bangku yang diduduki. Sebagai wanita dewasa yang sudah berpengalaman, saya tahu dia mesti sudah hamper-hampir memancurkan air maninya. Saya rasa sedikit tak enak hati mengintip macam ini, tapi saya tidak sanggup untuk mengalihkan pandangan mata saya dari batangnya yang merah dan basah ujungnya karena remasan-remasan yang kencang itu. Saya merasa daerah kemaluan di antara kedua paha saya mengecup-kecup dan kegatalan muncul di daerah itu. Saya yakin, kebasahan mulai terjadi di sana. Sama dengan efek yang terjadi masa saya membaca cerita di DS.<br />
<br />
Hasan mulai terdengar mengerang keras. Dia onani dan berfantasi dengan bebas tak menyangka kalau saya sudah balik ke rumah dan menyaksikan pemandangan yang indah ini.<br />
Erangannya terdengar jelas, “Ya ya tante, isep air maninya, isep kepala kontolku tante, isep airnya ….. ahhhh…”.<br />
Sambil mengerang demikian, tiba-tiba dia muncrat dan memancar aliran ke atas. Pancrutan itu naik ke atas dan akhirnya jatuh lagi memancur ke bawah mengenai seluruh bagian perut dan daerah kemaluannya. Saya tidak pernah melihat pancrutan air mani yang demikian kencang. Tapi memang ini pertama kali saya melihat onani abg yang sedang mengeluarkan air maninya.<br />
<br />
Saat itu saya sudah panas dingin, kepala saya terasa mengambang. Meki saya terasa berdenyut dengan kegatalan yang melanda. Saya juga merasa bagian dalam lubang kenikmatan saya mulai mengembun dan menerbitkan kebasahan yang sangat. Tetapi pemandangan yang saya saksikan tak membuat saya beranjak pergi.<br />
<br />
Luar biasa sekali, walau telah mengeluarkan air mani, batang Hasan tak juga menyurut lunak. Batang itu masih tampak keras dan diselimuti oleh kebasahan mani dan mazi yang ditumpahkan. Hasan masih mengurut-urut lembut batangnya. Dia tampak merubah gambar di layar komputer, dan kini terpampang gambar lain lagi. Seorang pemuda Cina (atau Jepang) berbaring, dan seorang wanita dewasa (Jepang juga atau Cina) jongkok di atasnya dan memposisikan mekinya dan anusnya di atas muka pemuda yang tampaknya seperti sedang menjilati. Bagian mulut dan hidung pemuda tadi tampak tenggelam di dalam kerimbunan rambut memek si wanita. Sambil jongkok wanita tadi yang tampak sedang kenikmatan, juga memegang batang kemaluan pemuda tadi.<br />
<br />
Kembali Hasan mengocok batangnya yang berlumuran mani itu. Batang itu sama sekali tidak mereda kekerasannya, panjangnya tetap tegar sepanjang 13 cm. Dan tampak berkilat karena cairan putih yang menyelimuti. Kepala batangnya tampak semakin merah. Hasan mengocok sambil menjilati bibirnya, sedikit mani ia oleskan dari batangnya ke bibir.<br />
<br />
Sambil terus mengocok dan mengecap bibir Hasan mengerang “Gimana jilatan Hasan tante..? Enak tante? Aduh ah Hasan mau liat memek tante? Jembutnya lebat mesti ya punya tante…? AH kocok juga punya ku tante?”<br />
<br />
Saya panas dingin dan tak kuasa menahan birahi, sedemikian dahsyat imajinasi pemuda ini. Sampai-sampai dia membayangkan meki saya seperti apa. Tak terasa jari-jari saya sudah menyelinap masuk ke dalam celana dalam. Kebasahan yang sangat terasa di sana. Jariku mulai membelai lipat-lipatan bibir bawah, menyebarkan kebasahan kearah kelentit yang terasa sangat sensitive dan gatal. Sambil jari tengah menggosok-gosok dan menekan celah-celah bibir bagian dalam meki, jempolku menekan dan menggosok-gosok batang kelentit.<br />
<br />
Birahi saya tak terbendung lagi. Kegatalan itu terus memuncak menimbulkan kenikmatan yang sangat di bagian dalam lubang memek. Saya terus onani sambil memandang onani yang tengah dilakukan Hasan. Bau air mani terasa kuat dari batang berlumuran yang terus dikocok kencang. Puncak kenimmatan Hasan dan saya datang hamper bersamaan. Saya mesti menutup mulut saya dengan tangan takut erangan dan desisan keluar dari mulut saya. Ledakan nikmat melanda, dan badan saya kaku sejenak menikmati terpaan-terpaan rasa nikmat bersumber dari dalam sepanjang lubang kenikmatan saya, menuju kelentit dan meyebarkan kenyamanan di seluruh tubuh. Terasa cairan merembes keluar dari dalam lubang saya. Ah kenikmatan yang luar biasa.<br />
<br />
Disusul kemudian oleh Hasan yang tampak badannya menegang “Ah remes tante batang Hasan…”, membayangkan aksi seperti di layar komputer.<br />
“Ah …. eh….”, dan kemudian tampak cairan sperma merembes ke luar dari lubang di ujung batangnya. Ada juga puncratan, tetapi tak sebanyak dan sekeras tadi.<br />
<br />
Saya buru-buru dengan perlahan ke luar dari rumah, menguncinya dari luar dan berdiri di luar pintu menenangkan diri. Saya turun dengan lift ke lantai bawah dan duduk di bawah untuk menenangkan diri. Untung juga saya tak menjumpai orang yang saya kenal. Saya mesti tampak pucat. Walau orang tak tahu, saya merasa pangkal paha saya lengket karena cairan meki yang keluar tadi sudah melai mengering.<br />
<br />
Sesudah ada lima menitan di bawah saya naik lagi ke atas. Memencet bel di pintu. Agak lama menunggu, akhirnya Hasan membuka pintu dari dalam.<br />
“Ah tante sori lama, tadi Hasan pas lagi di kamar mandi”, katanya nyengir sambil muka dia agak terlihat pucat. Ini mesti pucat karena capek onani tadi, saya mengatakan di dalam hati.<br />
“Sudahlah biar, tapi tante capek, mau istirahat”, saya cari alasan masuk ke kamar, takut dia melihat ada perubahan-perubahan penampilan saya.<br />
Hasan juga pamit pulang karena sudah terlalu lama di apartemen saya.<br />
<br />
Di ranjang saya berbaring letih. Peristiwa tadi benar-benar mengganggu, baik fisik maupun mental. Saya mulai berpikir, mungkin Hasan telah lama onani demikian sambil membayangkan saya. Semua erotisme yang terjadi tadi terus bermain di benak saya. Tapi kenikmatan dan ketegangan itu tak dapat meninggalkan pikiran saya. Apakah benar yang saya lakukan, kenapa saya malah menikmati peristiwa tadi, dan bukannya tersinggung dan marah. Mungkin terlalu banyak baca cerita erotik telah merubah saya.<br />
<br />
Ah sudahlah, biarkan yang telah terjadi tetap terjadi. Saya tak tahu bagaimana nanti kalau berjumpa lagi dengan Hasan setelah melalui peristiwa ini dan tahu apa yang dipikirkan Hasan tentang saya. Biarlah itu urusan nanti.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-36080099582486891652011-03-19T12:31:00.000+07:002011-03-19T12:31:43.072+07:00ABG Amoy<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5C598R05pdhEVVsZd5up1to2U92HLqcMiqBCozUz8pGerBpMAyoehxvBT1GggJlCYnMSF8xeN6EszheWkBY3kfG6Hl_NLVEF26hOxYuwnaWb9blCw1kYmxMC_DN1POgv9cibW8ubpGQ/s1600/33827_182285315128628_100000414838713_568581_2834257_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5C598R05pdhEVVsZd5up1to2U92HLqcMiqBCozUz8pGerBpMAyoehxvBT1GggJlCYnMSF8xeN6EszheWkBY3kfG6Hl_NLVEF26hOxYuwnaWb9blCw1kYmxMC_DN1POgv9cibW8ubpGQ/s320/33827_182285315128628_100000414838713_568581_2834257_n.jpg" width="320" /></a></div>namaku Yudi, umurku 29 tahun. Aku dari lahir sampai sekarang tinggal di Bandung. Dulu aku kuliah di universitas swasta terkenal di Bandung Utara. Sekarang aku kerja di salah satu pabrik garment di daerah Bandung Barat. Posisiku sebagai Manager Produksi, jadi ya mengurusi produksi melulu. Sebagai level manager, aku bersyukur aku diberi fasilitas yang kupikir lebih dari cukup (soalnya dari dulu aku biasa diajarkan hidup sederhana, walaupun bapakku tidak begitu miskin). Bos memberiku mobil Lancer Evo IV, rumah beserta isinya, HP dan sebagainya. Makanya aku betah-betahin kerja di pabrik itu. Aku kerja di pabrik itu kira-kira hampir 2 tahun sampai sekarang. Produksi garment ini lumayan terkenal di Indonesia, kebetulan juga produknya di ekspor ke mancanegara. Sebagai seorang laki-laki, kadang-kadang aku berpikir bahwa suatu saat nanti aku perlu pendamping. Tapi kadang-kadang juga aku malas berhubungan dengan cewek. Soalnya sudah 2 kali aku putus dengan cewekku. Dua-duanya Chinese. Alasannya klasik, nggak ada perhatian lagi. Ya sudah aku terima saja, mungkin ini takdirku mesti begini.<br />
<br />
Suatu ketika salah satu mesin pabrik rusak. Padahal jika mesin mati satu, target produksi pasti bakal tidak terpenuhi. Biasanya sih ada di bagian divisi pembelian CQ bagian gudang, cuma tidak tahu kenapa stock spare part mesin itu tidak ada di gudang spare part. Aneh kupikir. Akhirnya aku minta staf divisi pembelian untuk order spare mesin ke supplier langganan pabrikku. Pokoknya kubilang, besok siang spare part itu harus sudah ada.<br />
<br />
Walaupun pihak supplier belum bisa mengatakan sanggup, soalnya barang itu mesti pesan dulu ke Jepang. Biasanya paling cepat satu minggu. Karena aku tidak sabar, akhirnya kutelepon ke suppliernya. Padahal ini bukan wewenangku secara langsung, tapi kupikir ini inisiatifku sendiri. Di telepon aku minta, itu barang harus bisa datang paling lambat 2 hari (nggak masuk akal kupikir!). Waktu itu yang menerima cewek (wah suaranya oke punya!), tapi waktu itu aku tidak peduli mau cewek, mau cowok pokoknya yang ada dalam pikiranku barang itu harus ada secepatnya. Maklum ini untuk order ekspor. Besoknya kutelepon lagi, yang mengangkat cewek (yang kemarin kali ya?). Terus kubilang kapan kepastiannya, dia bilang lusa barang dijamin ada. Oke kupikir.<br />
<br />
Lusanya memang barangnya sudah sampai di pabrikku. Waktu itu barang diantarnya pagi sekitar jam 10.30. Mesin yang rusak disetting ulang oleh bagian Maintenance/Montir. Jam 12.30 aku istirahat dulu sambil makan siang bersama dengan manager lainnya. Setelah makan siang, aku iseng-iseng telepon ke tempat supplier, siapa tahu yang mengangkat cewek itu. Biasa, namanya juga laki-laki. Ternyata cita-citaku tercapai, yang mengangkat ternyata dia. Singkatnya akhirnya aku tahu nama cewek itu. Namanya Vera. Feelingku mengatakan, pasti Vera orangnya cantik. Akhirnya lama-lama aku jadi sering menelepon Vera. Biasanya sih saat waktu istirahat. Bla.. bla… bla…. ternyata Vera satu almamater denganku cuma beda fakultas, dan wisudanya juga bersamaan denganku. Tapi kan dulu, aku tidak tahu. Oh iya, ternyata juga dia memberi tahu kepadaku bahwa dia itu Chinese, dan aku juga kasih tahu dengan dia bahwa aku orang pribumi.<br />
<br />
Hampir sebulan aku hanya saling menelepon dengan dia, seringnya sih di kantor. Selama ada fasilitas kantor kumanfaatkan saja. Akhirnya aku punya inisiatif buat mengajak dia ketemu denganku. Daripada ngobrol ngalor ngidul tidak karuan. Tadinya sih dia tidak mau, takut mengecewakan kali ya? Ah, kalau aku sih PD saja lagi. Aku juga nggak jelek-jelek amat sih. Setelah aku melobi dia, kutetapkan hari dan tanggalnya, kalau tidak salah tanggal 18 September 1999. Di hari H-nya kujemput dia jam 5 sore, soalnya dia pulang kerja jam 5 sore. Waktu itu aku ijin pulang jam 4 sore ke Factory Managerku, alasannya keperluan keluarga. Sebelumnya kutelepon dulu ke kantor Vera, kujemput dia pakai mobil Lancer Evo IV D 234 XX silver smoke. Biar dia tidak kebingungan mencariku. Aku juga diberi tahu juga alamat kantornya. Akhirnya aku masuk ke pelataran parkir kantor Vera di daerah Kopo. Kulihat satu persatu karyawan yang bubaran, maklum kompleks Ruko. Kuparkir mobilku tepat di mulut pintu PT X, tapi jaraknya dari pintu sekitar 15 meter. Akhirnya aku melihat tinggal cewek sendirian lumayan cantik melihat mobil yang warnanya silver smoke. Kupikir itu pasti Vera. Aku juga bingung mau ngapain, turun atau diam di mobil saja. Norak sekali aku nih! Bodohnya keluar. Habis aku belum pernah kenalan dengan cara begini. Ah… lebih baik aku samperin saja.<br />
<br />
Astaga, cantik sekali si Vera. Asli cantik sekali! aku nggak bohong. Kulitnya putih (khas Chinese), tingginya kira-kira 165 cm, cukup tinggi untuk ukuran cewek, rambutnya pendek di atas bahu, warna rambutnya hitam kecoklat-coklatan, matanya juga coklat, wah… seksi sekali, dia memaakai stelan blazer merah, dan bawahannya dia pakai celana panjang, dengan juga warnanya (satu stel deh pokoknya). Kontras dengan warna kulitnya yang putih. Umurnya beda setahun di bawahku. Ukuran yang lainnya seperti BH ukurannya 38B. Lumayan besar. Terus bagian pantatnya lumayan sekal dan besar kenyal.<br />
<br />
“Hai…” kataku.<br />
“Yudi ya?” katanya sambil salaman denganku.<br />
“Iya…” kataku lagi.<br />
“Ke mobil aja yuk… ” kataku lagi.<br />
Akhirnya kami berdua masuk ke mobil. Kutanya dia sekarang mau ke mana? waktu itu sekitar jam 17.15-an. Ternyata kalau sudah ketemu pada diam-diaman, padahal kalau kami ngobrol via telepon seperti yang sudah kenal belasan tahun.<br />
<br />
Selama perjalanan aku nggak mengerti mau ngapain, wangi parfumnya membuat aku mabok. Yang akhirnya kutahu dia pakai parfum produk Lancome. Sepertinya ini anak high class kalau tidak mau dibilang jet set. Dari awalnya kenalan aku tidak pernah untuk ngeseks dengan Vera. Ah.. sayang sekali kalau belum-belum aku sudah nakal, bisa-bisa dia mabur duluan. Akhirnya kuarahkan mobilku ke arah Jl. Setiabudi terus belok kiri, sampailah aku di cafe “The Peak”. Cafe mewah kawasan elite Bandung Utara. Lumayan mahal untuk ukuranku. Tapi aku belagu saja, seperti yang sudah sering ke situ. Pokoknya aku ngobrol dengan dia sambil berhadap-hadapan, sesekali aku melihat pemandangan kota Bandung yang sudah mulai dihiasi lampu-lampu. Asyik sekali, ini mungkin yang bikin cafe ini mahal. Kata teman-temanku cafe ini mahal karena “beli suasana”. Di situ aku ngobrol-ngobrol sampai jam 20.30. Senyumnya itu lho, bikin dia semakin cantik saja.<br />
<br />
Akhirnya kuantarkan Vera pulang, rumahnya di kompleks perumahan elit di jalan Sukarno-Hatta (By Pass), biasanya yang menempati orang-orang Chinese kaya raya. Kaget juga sih aku, ternyata Vera anak orang kaya. Sampai juga aku di depan rumahnya. Astaga, rumahnya besar sekali. Kulihat mobil yang parkir di halaman rumahnya, BMW 528i. Katanya sih punya kakaknya. Pasti di garasinya ada lagi mobil bapaknya, dan benar yang di dalam garasi mobil bapaknya. Mercedes SL 500 (?), tipe yang dipakai Lady Di waktu kecelakaan dulu, kalau kupikir sih mobil yang seperti itu masih sedikit yang berkeliaran di Bandung.<br />
<br />
Sesudah mengantar Vera, aku akhirnya pulang ke rumah inventarisku di bilangan Setra Duta. Sambil pulang aku berpikir, aku punya resiko besar buat pacaran dengan Vera. Resiko yang paling tinggi adalah ras. Kalau orangtuanya tahu, si Vera bergaul denganku yang notabene pribumi asli. Wah bisa celaka aku. Ah… cuek saja. Gimana nanti. Pokoknya the show must go on!<br />
<br />
Besoknya, pagi-pagi dari kantor kutelepon ke kantor dia, yah.. buat say hello. Ternyata responnya positif. Tadinya sih takut dia kecewa setelah melihatku, atau dia yang berpikir begitu. Nggak tahu sih aku juga. Akhirnya aku jadi sering jalan dengan Vera. Jalan-jalan. Biasanya sih hari minggu, habisnya kalau hari biasa aku dan dia juga tidak selalu bisa. Oh iya, hari Sabtu aku dan dia nggak libur. Apalagi aku harus sering lembur.<br />
<br />
Semakin aku sering ketemu dengan dia, aku jadi sayang dengan Vera, dan Vera juga begitu. Aku tahu Vera sayang denganku, soalnya dia juga bilang kok ke aku. Aku bertekad untuk menjadi pacarnya. Tapi ini semua hanya impianku. Suatu hari Vera bilang kepadaku, bahwa dia sudah cerita tentangku ke bapaknya dan ibunya. Dan sudah bisa kuduga sebelumnya, aku tidak diperkenankan berhubungan dengan dia lagi. Benar, kejadian deh. Waktu itu aku protes dengan Vera, cuma akhirnya aku juga mesti mengerti sama dia dan keluarganya juga.<br />
<br />
Tapi aku salut dengan keberanian Vera untuk tetap berhubungan denganku. Dia tidak mau mengecewakanku. Dan itu memang terjadi selama kurang lebih 7-8 bulanan, istilahnya sih backstreet. Hari minggu kuajak jalan Vera, dan ternyata dia tidak menolak. Aku jemput dia di rumahnya, kebetulan orangtuanya sedang ke Jakarta, yang ada cuma kakaknya dengan pembantunya. Aku pergi makan siang di Miyazaki Dago. Pokoknya di situ kami ngobrol lagi. Aku tidak ingat apa yang kita bicarakan saat itu. Setelah bayar, kami langsung pergi. Aku bingung, mau dibawa ke mana ini anak. Akhirnya kutawarkan ke Vera main ke rumah inventarisku. Sesudah sampai kami langsung duduk di sofa, di ruang tengah, nonton film di RCTI, habis kalau VCD terus bosan. Kami duduk dekat banget. Aku duduk di sebelah kanan Vera. Kupegang tangannya dan kuelus sampai pangkal lengannya, sambil aku pura-pura nonton film. Ternyata dia diam saja.<br />
<br />
Akhirnya kuberanikan diri untuk mencium pipi kanannya. Kupikir kalau dia keberatan paling-paling menamparku. Itu resikoku. Tapi sekali lagi dia hanya diam dan dengan matanya yang coklat menatapku penuh arti, yang artinya aku juga nggak tahu. Ingin dicium lagi kali, he he he. Kucium pipi kirinya, dan dia juga menciumku. Terus kucium dahinya, matanya, hidungnya dan terus ke bibirnya. Aku senang juga soalnya dia bilang bibirnya masih perawan, belum pernah dicium oleh laki-laki lain selain olehku barusan (aku percaya saja).<br />
<br />
Lama-lama kulumat juga bibirnya, lidahku kumasukkan ke mulutnya dengan setengah memaksa. Mungkin benar kalau dia belum berpengalaman. Lidahku dengan lidah Vera mulai bersentuhan, kuhisap lidahnya dan dia juga gantian menghisap. Habis itu bibir bagian bawahnya kukulum habis-habisan dan di saat yang bersamaan Vera juga mulai mengulum bibirku di bagian atas. Kami melakukan kegiatan itu kira-kira 1/2 jam. Lama juga. Sesudah itu aku mulai mencium sambil menjilat lehernya yang putih bersih dan merangsang tentunya. Pokoknya aku melakukannya dengan sangat pelan, biar dia juga lebih menikmati. Dan kebetulan dia memakai kemeja. Sampai akhirnya kucium di bagian bawah lehernya, ingin lebih bawah lagi sih. Cuma mentok di kancing bajunya. Terus kubuka kancing yang mengganggu itu, dia tidak menolak. Kuciumi lagi, sejak tadi tanganku belum bergerilya, paling memegang tangannya. Aku tipe laki-laki sopan sih, nggak langsung tancap gas.<br />
<br />
Dia hanya merem saja menikmati ciumanku sambil kadang-kadang mendesah, keenakan barangkali. Akhirnya semua kancing bajunya sudah kulepas, dia memakai BH warna cream (warna standard). Kulit perutnya putih sekali, bikin aku panas saja. Waktu itu BH-nya belum kubuka, seksi sekali dia dalam keadaan begini. Susunya tidak terlalu besar, menurutku sih cukup proporsional. Pas deh. Ukurannya aku tidak tahu, peduli amat. Yang penting masih bisa diremas.<br />
<br />
“Ver…, kulepas ya…” kataku pelan-pelan, persis di samping telinganya. Dia tidak menjawab, cuma mengangguk. Matanya yang sayu menatapku. Akhirnya begitu sudah kulepas BH-nya, kuciumi puting susunya yang berwarna merah kecoklatan. Aku ciumi puting yang sebelah kiri, sambil tangan kananku meremas dengan lembut susunya yang sebelah kanan, tidak lupa kupilin-milin puting susunya. Kulakukan ini bergantian, susu yang kiri dan yang kanan. Kadang sesekali kulumat bibirnya. Ternyata, dia membalas dengan dahsyat. Padahal baru pertama kali. Desahannya semakin menjadi-jadi, merangsang sekali! Kembali lagi kuciumi susunya sambil terus ke bawah, ke perutnya, di situ kucupang habis-habisan. Banyak sekali stempel warna merah yang kubuat, kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih bersih. Karena tempat di sofa kurang lebar, akhirnya kuminta dia pindah ke karpet/permadani di bawah. Lebih lega dan lebih nyaman. Terus kuciumi lagi bibirnya, dia juga balas lebih gila lagi. Wah, muridku sudah pintar nih he.. he.. he.<br />
<br />
Waktu itu aku masih memakai pakaian lengkap, aku memakai Polo Shirt. Sedangkan Vera sudah telanjang dada. Jadi ya biar adil akupun telanjang dada. Aku juga tidak malu karena tubuhku lumayan atletis, hasil fitnes selama setahun. Habis itu kuciumi lagi bibirnya, aku menelusuri ke leher, ke pundaknya, pokoknya tidak semili pun yang lolos dari jilatan dan ciumanku. Terus kuciumi lagi puting susunya, sambil kuremas-remas. Semakin diciumi, nafasnya semakin tidak beraturan, sambil aku sekali-sekali melihat ke arah dia, mukanya jadi merah sekali (seperti orang Jepang di musim salju) bibirnya juga yang agak membuka, seksi sekali. Benar lho, aku tidak mengarang!<br />
<br />
Puas menciumi susunya, terus aku turun ke perutnya. Yah, mentok di celana jeans-nya. Kubuka saja, pasti dia tidak akan menolak kok. PD pokoknya. Akhirnya kancingnya kubuka, terus ritsluitingnya kubuka sampai habis. CD-nya sudah kelihatan sebagian, tipis, warnanya cream juga. Kuciumi pinggangnya, sambil jeans-nya kutarik pelan-pelan ke bawah. Mengerti juga dia, sambil mengangkat pantatnya, akhirnya kulucuti celananya. Pahanya itu, membuat laki-laki terangsang melihatnya. Apalagi sekarang si Vera cuma pakai CD saja. Busyet deh! Bulu kemaluannya tidak terlalu lebat, tipis-tipis saja tuh, pokoknya nikmat dilihat. Kuciumi di atas CD-nya, terus akhirnya semakin ke bawah. CD-nya sudah basah sekali. Kuciumi vaginanya, dia masih memakai CD. Sengaja aku tidak langsung melepasnya, sensasinya lain. Pokoknya slowly saja. Akhirnya kulepas juga CD-nya, si Vera sendiri sejak tadi cuma mendesah-desah tidak karuan, tapi nggak dibuat-buat lho. Begitu dilepas, langsung saja kuciumi dan jilati vaginanya, baunya khas dan rasanya gitu-gitu juga. Penisku sudah tegang sekali, terus kubuka saja jeans-ku. Aku ragu juga sih, apa dia mau kusetubuhi. Tapi akhirnya aku minta persetujuannya dulu. Walaupun ini semua tanpa proses oral. Bagiku tidak jadi masalah, lebih nikmat main saja langsung.<br />
<br />
“Ver… masukin?” kataku deg-degan. Kalau ditolakkan malu juga. Ternyata dia mau juga. Wah asyik juga nih. Aku akhirnya bisa main dengan si Vera yang cantik. Padahal tadinya sih saya tidak bernah berpikr ke arah situ. Paling maksimal petting, seperti mantan-mantanku yang dulu. Akhirnya pelan-pelan pahanya kukangkangin, dan penisku yang sejak tadi sudah tegang sekali mulai memasuki vaginanya. Susah sekali, masih perawan kupikir. Pelan-pelan dan sedikit-sedikit kutekan kepala penisku, terus dan terus…. “Ahh…. sakit Yud….” kata Vera antara setengah sadar dan tidak kepadaku.<br />
<br />
Akhirnya masuk juga seluruh batang penisku yang panjangnya sekitar 17 cm (lumayan lah untuk ukuran standard orang Indonesia). Terus kukocok penis ke dalam vagina si Vera, nikmat sekali vagina si Vera. Sambil kukocok terus, kuciumi bibirnya, of course dia juga membalas menciumku dengan sangat ganas. Sepertinya kulihat Vera sudah mau orgasme, sambil terus menyebut namaku.<br />
<br />
“Tahan ya Ver, aku juga udah mau keluar”, kataku. Kira-kira setelah menyetubuhinya sekitar 15 menit. Lama-lama si Vera sudah tidak tahan, aku juga sudah tidak tahan. Spermaku sudah siap menembak. Kuambil keputusan yang singkat waktu itu, kubuang saja ke dalam vaginanya. Paling-paling juga hamil. Yang ternyata tidak! Akhirnya aku dan Vera sama-sama sampai klimaksnya, barengan lho. Sensasinya benar-benar tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Aku langsung dekap tubuhnya, kucium bibirnya, mesra sekali. Penisku sengaja belum kucabut, kubiarkan saja mengecil sendiri di dalam vaginanya.<br />
<br />
Aku bisikan di telinga Vera, “Wo ai ni, Ver…” kataku sok Mandarin. Vera hanya tersenyum sambil mencium bibirku. Aduh mesra sekali. Sambil menulis ini aku jadi ingat kejadian itu. Sesudah itu aku dan Vera beres-beres. Kulihat acara di RCTI acaranya waktu itu Clear Top 10, wah lama juga aku bercinta dengan dia.<br />
<br />
Kejadian ini berlangsung terus sampai kira-kira 5 kali di tempat yang sama. Orang tua Vera tidak tahu terhadap perbuatan anaknya. Maklum, Vera membohongi terus, demi kepingin ketemu aku atau mungkin juga ingin ML denganku. Walaupun aku telah merawaninya hari Minggu itu, tapi hubungan kami belum bisa dianggap sebagai pacaran. Kalau aku sih menganggap dia pacarku, tapi dia masih belum menganggapku pacarnya, takut sama orangtuanya. Kupikir Vera itu HTI (Hanya Teman Intim / Hubungan Tanpa Ikatan).<br />
<br />
Pembaca, akhirnya suatu waktu di akhir bulan April 2000, Vera bicara kepadaku, bahwa dia capai dengan keadaan ini. Mesti membohongi orangtuanya, kalau pergi denganku juga tidak tentram, takut ketahuan saudaranya kalau sedang jalan-jalan denganku. Waktu itu aku belum bisa menerima, dan aku protes. Dia bilang, sebenarnya dia sayang sekali padaku, tidak mau kehilangan aku, tidak mau meninggalkan aku, aku yang pertama buat dia… tapi dia tidak sanggup menghadapi semua ini. Yang jelas lingkungan dia dan lingkungan pergaulanku lain. Ternyata semua tinggal kenangan. Aku tidak pernah menyinggung soal keperawanan dia, nggak etis.<br />
<br />
Sampai sekarang aku masih sayang pada Vera, aku tidak akan pernah melupakan dia dan Vera juga bilang padaku, dia tidak akan pernah melupakanku dan dia tidak ingin dilupakan olehku. Terakhir, dia memberiku Compact Disc album Shania Twain, Vera bilang dengerin “You’re Still The One” dan jam tangan merek Omega Sport (aku tahu ini jam mahal). Iklannya kalau tidak salah Mika Hakkinen atau Michael Schumacher ya, aku lupa, cuma aku pernah lihat. “Yud, pakai ya! ke manapun kamu pergi, biar ingat dengan Vera”, kata dia sambil mencium bibirku, untuk yang terakhir kalinya. Matanya basah, aku yakin dia sayang sekali padaku. Dia baik sekali denganku, perhatian sama aku, kalau mau aku bandingkan dengan 2 cewekku terdahulu. Cuma sayang kami berdua dipisahkan oleh ras yang berbeda. Dia meninggalkanku karena kondisi yang memaksa. Sampai sekarang kalau aku kerja, aku selalu memakai jam itu, kadang-kadang aku ingin telepon dia, yah cuma ingin tanya kabarnya. Cuma aku takut ini mengganggu dia. Mungkin dia sibuk dengan pekerjaannya di kantornya di bilangan Ruko Kopo.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-80865733781612923622011-03-19T12:29:00.003+07:002011-03-19T12:29:40.551+07:008 style masturbasiMari kita review sedikit tentang teknik-teknik masturbasi yang barangkali menarik untuk kamu praktekkan.<br />
<br />
Quote:<br />
1. Rings Your Penis<br />
Pertama-tama lumuri tangan dengan pelumas, bentuk jempol dan jari telunjuk menyerupai cincin, dan letakkan di pangkal penis, dengan lembut gerakan jari-jari anda dari pangkal ke ujung Mr.P. Letakkan tangan pada posisi tepat di penis Anda dan gerakkan dengan teratur ke atas dan ke bawah. Tapi inget yah, jangan terlalu bersemangat yang penting teratur dan relaks, lakukan dengan gerakan sampai Anda merasa nikmat dengan gerakan tersebut dan silahkan tunggu sensasi yang akan terjadi.<br />
Quote:<br />
2. Ball Holder Style<br />
Saat melakukan masturbasi, dengan tetap memegang penis gunakan salah satu tangan untuk merangsang scrotum (buah zakar), remas dan pijat scrotum dengan sedikit agresif, rasakan air mani mengalir dan keluar dari ujung penis.<br />
Quote:<br />
3. Screw HandedStyle<br />
Dengan posisi berdiri, dan tangan tetap menggunakan pelumas, genggam penis dengan kedua tangan, dengan pijatan lembut gerakkan panggul kearah depan dan belakang, bayangkan seperti saat anda sedang bercinta dengan pasangan dan berpenetrasi ke vagina. Sedikit imajinasi yang liar dan gila akan menambah sensasi yang lebih dahsyat saat menemui proses ejakulasinya.<br />
Quote:<br />
4. Fingers on Fire Style<br />
Teknik masturbasi untuk penis segala ukuran. Dengan menggunakan empat jari tepat pada penis dan satu jari yaitu ibu jari sebagai pengontrol, gerakkan jari Anda sesuai keinginan dengan variasi gerakan yang juga bervariasi sesuai keinginan Anda. Gerakan tiga jari juga bisa menjadi alternatif,<br />
untuk lebih mudahnya bayangkan Anda sedang memegang sebuah pensil, dimana posisi ujung dengan permukaan semuanya berada dalam tekanan jari Anda. Hanya dengan tiga jari anda bisa membuat diri sendiri terpuaskan. Teknik ini lebih asyik jika dilakukan dengan pasangan, dengan meminta pasangan untuk berpura-pura seakan-seakan sedang menulis, tapi melakukan dengan sendiri juga bukan sesuatu yang salah.<br />
Quote:<br />
<br />
5. Gentle Lap Style<br />
Mungkin anda hanya perlu mengandalkan penis yang lebih sensitif dengan cara efektif.<br />
Tetap mengenakan celana dalam, tepuk penis dengan sentakan lembut untuk membuatnya ereksi.<br />
Saat mulai ereksi sentil ujung penis dengan ujung-ujung jari Anda. Lembut dan relaks intinya, pastikan juga sedang mengenakan celana dalam yang friendly dengan adanya gesekan-gesekan jadi tidak akan mengurangi sensasi kenikmatannya.<br />
Quote:<br />
<br />
6. Cold Ice to Climax Style<br />
Lakukan masturbasi seperti biasa Anda lakukan, saat mulai merasakan sensasi ejalukasi, dengan tetap memegang penis, ambil beberapa pecahan es dengan tangan yang lain, genggam beberapa saat dan kemudian lanjutkan kembali bermasturbasi. Panas dan dingin dalam sisi yang berbeda melebur jadi satu saat ejalukasi, nikmati dan rasakan sensasi yang Anda dapat.<br />
Quote:<br />
7. Palm Rubber Style<br />
Saat mulai ereksi, gunakan pelumas pada satu tangan dan tangan yang lain tetap menggosok penis, tetap menggosok ujung penis dengan telapak tangan untuk mencapai orgasme.<br />
Quote:<br />
8. Plastic Bag Style<br />
Gunakan tas plastik bersih dan lumuri dengan jeli pelumas, sedikit dirty memang, masukkan mr.p kedalam plastik sampai semua bagian masuk didalamnya. Dengan masih terbungkus plastik, berbaringlah terngkurap di atas ranjang dan gerakkan tubuh dengan gerakan memompa naik turun.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-91239016548064339062011-03-19T12:29:00.001+07:002011-03-19T12:29:04.706+07:0010 cerita ngeres yang kocak10 Cerita Ngeres Yang Kocak<br />
<br />
1. Kuputar tubuhnya menghadap belakang. Lalu kutusuk<br />
lubang kecil nan sempit itu, tiba-tiba tubuhnya bergetar<br />
hebat… ”Lagi mau nge-charge HP, eh, ada sms.”<br />
<br />
2. Rena mengambil tisu, lalu mengelap lendir bening pacarnya<br />
itu. “Gara–gara kamu, sampe keluar gini,” kata sang<br />
pacar. “Maaf say, kamu jadi ketularan flu,” ujar Rena.<br />
<br />
3. Benda bulat itu dipegang tante Intan, digerakkan<br />
naik-turun dengan penuh semangat, otot-ototnya pun<br />
menjadi tegang. “Ugh, capeknya angkat barbel.”<br />
<br />
4. Cewek : “Uuh… Mas, kamu kok lama banget sih keluarnya?<br />
Aku pegel nih… cape.”<br />
Cowok : “Maaf say, tadi dosennya ngasih tugas dulu. Udah<br />
lama di sini?”<br />
<br />
5. Para tante mengerubungiku, seraya memaksaku<br />
mengocoknya lebih cepat, akhirnya keluar juga benda<br />
putih itu. “Arisan kali ini yang dapet tante Marni.”<br />
<br />
6. Jariku masuk ke dalam lubang yang sempit itu.<br />
Kugesek-gesek lalu tiba-tiba jariku terasa basah oleh lendir<br />
yang bening. “Gini nih kalo ngupil pas lagi pilek… huh.”<br />
<br />
7. Gadis muda itu berjongkok di depanku tanpa mengenakan<br />
celana dalam, ia pun menatapku dan berkata, “ Ayah…<br />
pipisnya udah.”<br />
<br />
8. Setelah lama tawar menawar, harga disepakati. Mawar pun<br />
berkata, “Mau pake kondom ga??” Gue, “Boleh, biar ga<br />
lecet kan casingnya?”<br />
<br />
9. “Beb, rada cepet dong genjotannya, udah mau nyampe<br />
nih…” ujar Rani. “Huff… iya beb, aku udah sekuat tenaga<br />
genjotnya nih.” Jawab Tomi sambil ngos-ngosan. “Awas<br />
ada anak kecil nyebrang!” pekik Rani panik.<br />
<br />
10. Mulut Rani kempot saking nafsu mengenyotnya, dan<br />
benar saja, tak lama kemudian cairan kental dan manis itu<br />
tumpah dalam mulutnya. “Oh, enaknya permen blaster.”Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-52774095403446084202011-03-19T12:28:00.000+07:002011-03-19T12:28:04.375+07:003 wanita 1 lelaki<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihqzfu36CKyXz3uumBjwW3PjaLq_907MNwXKpFUnGAFhM8u5WNeFA_8PZshEwlpXEye8ZSigU9A6tzNwPwMbmoCVeOJX9zshTVUB5zXNxE08iFfn5WoGItUkMMK_ug1D0gQO4ShF_BPQ/s1600/179606_103220156419966_100001959458005_24728_5191790_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihqzfu36CKyXz3uumBjwW3PjaLq_907MNwXKpFUnGAFhM8u5WNeFA_8PZshEwlpXEye8ZSigU9A6tzNwPwMbmoCVeOJX9zshTVUB5zXNxE08iFfn5WoGItUkMMK_ug1D0gQO4ShF_BPQ/s320/179606_103220156419966_100001959458005_24728_5191790_n.jpg" width="320" /></a></div>Perkenalkan namaku Maikel, dan menjadi Maikel Pejantan karena kisah ku ini, Aku berasal dari Indonesia, tapi sudah lama sekali tinggal di negerinya "kanguru". Dan atas saran teman-teman, maka aku mensponsori seorang cewek dari Indonesia dengan niat untuk menikah. Tapi setelah wanita itu mendapatkan izin tinggal tetap di negeri ini, wanita itu meninggalkan aku. Begitu juga dengan yang kedua, yang berasal dari Amerika Latin. Nah, karena rumah yang kumiliki ini mempunyai dua kamar dan karena aku hanya tinggal sendiri sekaligus sudah kapok untuk mencari pasangan lagi, maka kamar yang satunya aku sewakan pada seorang pelajar (cowok) dari Jepang. Namanya Gamhashira. Gamha yang playboy ini sudah dua hari pulang ke negerinya untuk berlibur setelah menamatkan SMA-nya.<br />
<br />
<br />
<br />
Pada suatu sore di hari libur (liburan dari kerja) aku buang waktu dengan main internet, lebih kurang satu setengah jam bermain internet, tiba-tiba terdengar suara bel. Setengah kesal aku hampiri juga pintu rumahku, dan setelah aku mengintip dari lubang kecil di pintu, kulihat tiga orang gadis. Kemudian kubuka pintu dan bertanya (maaf langsung aku terjemahkan saja ke bahasa Indonesia semua percakapan kami),<br />
<br />
"Bisa aku bantu?" kataku kepada mereka.<br />
<br />
"Maaf, kami sangat mengganggu, kami mencari Gamha dan sudah satu jam lebih kami coba untuk telepon tapi kedengarannya sibuk terus, maka kami langsung saja datang."<br />
<br />
Yang berwajah Jepang nyerocos seperti kereta express di negerinya.<br />
<br />
"Oh, soalnya aku lagi main internet, maklumlah soalnya hanya satu sambungan saja telepon aku," jawabku.<br />
<br />
"Memangnya kalian tidak tahu kalau si Gamha sedang pulang kampung dua hari yang lalu?" lanjutku lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
Kali ini yang bule berambut sebahu dengan kesal menjawab, "Kurang ajar si Gamha, katanya bulan depan pulangnya, Jepang sialan tuh!"<br />
<br />
"Eh! Kesel sih boleh, tapi jangan bilang Jepang sialan dong. Gua tersinggung nih," yang berwajah Jepang protes.<br />
<br />
"Sudahlah, memang belum rejeki kita dijajanin sama si Gamha," sekarang bule bermata biru nyeletus.<br />
<br />
Dengan setengah bingung karena tidak mengerti persoalannya, kupersilakan mereka untuk masuk. Mulanya mereka ragu-ragu, akhirnya mereka masuk juga. "Iya deh, sekalian numpang minum," kata bule yang berambut panjang masih kedengaran kesalnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Setelah mereka duduk, kami memperkenalkan nama kami masing-masing.<br />
<br />
"Nama aku Maikel," kataku.<br />
<br />
"Khira," kata yang berwajah Jepang (dan memang orang Jepang).<br />
<br />
Yang berambut panjang menyusul, "Emily," (Campuran Italia dengan Inggris).<br />
<br />
"Aku Eve," gadis bermata biru ini asal Jerman.<br />
<br />
"Maikel, kamu berasal dari mana?" lanjutnya.<br />
<br />
"Jakarta, Indonesia," jawabku sambil menuju ke lemari es untuk mengambilkan minuman sesuai permintaan mereka.<br />
<br />
Sekembalinya aku ke ruang tamu dimana mereka duduk, ternyata si Khira dan Eve sudah berada di ruang komputer aku, yang memang bersebelahan dengan ruang tamu dan tidak dibatasi apa-apa.<br />
<br />
"Aduh, panas sekali nich?!" si Emily ngedumel sambil membuka kemeja luarnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Memang di awal bulan Desember lalu, Australia ini sedang panas-panasnya. Aku tertegun sejenak, karena bersamaan dengan aku meletakkan minuman di atas meja, Emily sudah melepaskan kancing terakhirnya. Sehingga dengan jelas dapat kulihat bagian atas bukit putih bersih menyembul, walaupun masih terhalangi kaos bagian bawahnya. Tapi membuatku sedikit menelan ludah. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara si Eve,<br />
<br />
"Maikel, boleh kami main internetnya?"<br />
<br />
"Silakan," jawabku.<br />
<br />
Aku tidak keberatan karena aku membayar untuk yang tidak terbatas penggunaannya.<br />
<br />
"Mau nge-chat yah?" tanyaku sambil tersenyum pada si Emily.<br />
<br />
"Ah, paling-paling mau lihat gambar gituan," lanjut Emily lagi.<br />
<br />
"Eh, kaliankan masih di bawah umur?" kataku mencoba untuk protes.<br />
<br />
"Paling umur kalian 17 tahun kan?" sambungku lagi.<br />
<br />
<br />
<br />
Khira menyambut, "Tahun ini kami sudah 18 tahun. Hanya tinggal beberapa bulan saja." Aku tidak bisa bilang apa-apa lagi. Baru saja aku ngobrol dengan si Emily, si Eve datang lagi menanyakan, apa aku tahu site-nya gambar "gituan" yang gratis. Lalu sambil tersenyum aku hampiri komputer, kemudian aku ketikkan salah satu situs seks anak belasan tahun gratis kesukaanku. Karena waktu mengetik sambil berdiri dan si Khira duduk di kursi meja komputer, maka dapat kulihat dengan jelas ke bawah bukitnya si Khira yang lebih putih dari punyanya si Emily. Kontolku terasa berdenyut. Setengah kencang. Setelah gambar keluar, yang terpampang adalah seorang negro sedang mencoba memasuki kontol besarnya ke lubang kecil milik gadis belasan. Sedangkan mulut gadis itu sudah penuh dengan kontol laki-laki putih yang tak kalah besar kontolnya dengan kontol si negro itu. Terasa kontolku kini benar-benar kencang karena nafsu dengan keadaan. Si Emily menghampiri kami berada, karena si Eve dan Khira tertawa terbahak-bahak melihat gambar itu. Aku mencoba menghindar dari situ, tapi tanpa sengaja sikut Khira tersentuh kontolku yang hanya tertutup celana sport tipis. Baru tiga langkah aku menghindar dari situ, kudengar suara tawa mereka bertambah kencang, langsung aku menoleh dan bertanya, "Ada apa?" Eve menjawab, "Khira bilang, sikutnya terbentur barangmu," katanya.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku benar-benar malu dibuatnya. Tapi dengan tersenyum aku menjawab, "Memangnya kenapa, kan wajar kalau aku merasa terangsang dengan gambar itu. Itu berarti aku normal." Kulihat lagi mereka berbisik, kemudian mereka menghampiriku yang sedang mencoba untuk membetulkan letak kontolku. Si Eve bertanya padaku sambil tersipu,<br />
<br />
"Maikel, boleh nggak kalau kami lihat barangmu?"<br />
<br />
Aku tersentak dengan pertanyaan itu.<br />
<br />
"Kalian ini gila yah, nanti aku bisa masuk penjara karena dikira memperkosa anak di bawah umur."<br />
<br />
(Di negeri ini di bawah 18 tahun masih dianggap bawah umur).<br />
<br />
"Kan tidak ada yang tahu, lagi pula kami tidak akan menceritakan pada siapa-siapa, sungguh kami janji," si Emily mewakili mereka.<br />
<br />
"Please Maikel!" sambungnya.<br />
<br />
"Oke, tapi jangan diketawain yah!" ancamku sambil tersenyum nafsu.<br />
<br />
<br />
<br />
Dengan cepat kuturunkan celana sport-ku dan dengan galak kontolku mencuat dari bawah ke atas dengan sangat menantang. Lalu segera terdengar suara terpekik pendek hampir berbarengan.<br />
<br />
"Gila gede banget!" kata mereka hampir berbarengan lagi.<br />
<br />
"Nah! Sekarang apa lagi?" tanyaku.<br />
<br />
Tanpa menjawab Khira dan Emily menghampiriku, sedangkan Eve masih berdiri tertegun memandang kontolku sambil tangan kanannya menutup mulutnya sedangkan tangan kirinya mendekap selangkangannya. "Boleh kupegang Maik?" tanya Khira sambil jari telunjuknya menyentuh kepala kontolku tanpa menunggu jawabanku. Aku hanya bisa menjawab, "Uuuh.." karena geli dan nikmat oleh sentuhannya. Sedang Eve masih saja mematung, hanya jari-jari tangan kirinya saja yang mulai meraih-raih sesuatu di selangkangannya. Lain dengan Emily yang sedang mencoba menggenggam kontolku, dan aku merasa sedikit sakit karena Emily memaksakan jari tengahnya untuk bertemu dengan ibu jarinya. Tiba-tiba Emily, hentikan kegiatannya dan bertanya padaku, "Kamu punya film biru Maik?" Sambil terbata-bata kusuruh Eve untuk membuka laci di bawah TV-ku dan minta Eve lagi untuk masukan saja langsung ke video.<br />
<br />
<br />
<br />
Waktu mulai diputar gambarnya bukan lagi dari awal, tapi sudah di pertengahan. Yang tampak adalah seorang laki-laki 30 tahun sedang dihisap kontolnya oleh gadis belasan tahun. Kontan saja si Eve menghisap jarinya yang tadinya dipakai untuk menutup mulut sedangkan jari tangan kirinya masih kembali ke tugasnya. Pandanganku sayup, dan terasa benda lembut menyapu kepala kontolku dan benda lembut lainnya menyapu bijiku. Aku mencoba untuk melihat ke bawah, ternyata lidah Khira di bagian kepala dan lidah Emily di bagian bijiku.<br />
<br />
"Uuh.. sshh.. uuhh.. sshh.." aku merasa nikmat.<br />
<br />
Kupanggil Eve ke sampingku dan kubuka dengan tergesa-gesa kaos dan BH-nya. Tanpa sabar kuhisap putingnya dan segera terdengar nafas Eve memburu.<br />
<br />
"Maikel.. oohh.. Maikel.. teruss.. oohh.." nikmat Eve terdengar.<br />
<br />
Kemudian terasa setengah kontolku memasuki lubang hangat, ternyata mulut Khira sudah melakukan tugasnya walaupun tidak masuk semua tapi dipaksakan olehnya.<br />
<br />
"Slep.. slep.. chk.. chk.."<br />
<br />
Itulah yang terdengar paduan suara antara kontolku dan mulut Khira. Emily masih saja menjilat-jilat bijiku.<br />
<br />
<br />
<br />
Dengan kasar Eve menarik kepalaku untuk kembali ke putingnya. Kurasakan nikmat tak ketulungan. Kuraih bahu Emily untuk bangun dan menyuruhnya untuk berbaring di tempat duduk panjang. Setelah kubuka semua penghalang kemaluannya langsung kubuka lebar kakinya dan wajahku tertanam di selangkangannya.<br />
<br />
"Aaahh.. Maikel.. aahh.. enak Maikel.. teruskan.. aahh.. teruss Maikel!" jerit Emily.<br />
<br />
Ternyata Eve sudah bugil, tangannya dengan gemetar menarik tanganku ke arah memeknya. Aku tahu maksudnya, maka langsung saja kumainkan jari tengahku untuk mengorek-ngorek biji kecil di atas lubang nikmatnya. Terasa basah memek Eve, terasa menggigil memek Eve.<br />
<br />
"Aaahh.. hhhhhgggghhhhhssssssssss " Eve sampai puncaknya.<br />
<br />
<br />
<br />
Aku pun mulai merasa menggigil dan kontolku terasa semakin kencang di mulut Khira, sedangkan mulutku belepotan di depan memek Emily, karena Emily tanpa berteriak sudah menumpahkan cairan nikmatnya. Aku tak tahan lagi, aku tak tahan lagi, "Aahh.." Sambil meninggalkan memek Emily, kutarik kepala Khira dan menekannya ke arah kontolku. Terdengar, "Heerrkk.." Rupanya Khira ketelak oleh kontolku dan mencoba untuk melepaskan kontolku dari mulutnya, tapi terlambat cairan kentalku tersemprot ke tenggorokannya. Kepalanya menggeleng-geleng dan tangannya mencubit tanganku yang sedang menekan kepalanya ke arah kontolku. Akhirnya gelengannya melemah Khira malah memaju mundurkan kepalanya terhadap kontolku. Aku merasa nikmat dan ngilu sekali, "Sudah.. sudah.. aku ngiluu.. sudah.." pintaku. Tapi Khira masih saja melakukannya. Kakiku gemetar, gemetar sekali. Akhirnya kuangkat kepala Khira, kutatap wajahnya yang berlumuran dengan cairanku. Khira menatapku sendu, sendu sekali dan kudengar suara lembut dari bibirnya, "I Love you, Maikel!" aku tak menjawab. Apa yang harus kujawab! Hanya kukecup lembut keningnya dan berkata, "Thank you Khira!"<br />
<br />
<br />
<br />
Rasa nikmatku hilang seketika, aku tak bernafsu lagi walaupun kulihat Eve sedang memainkan klitorisnya dengan jarinya dan Emily yang ternganga memandang ke arahku dan Khira. Mungkin Emily mendengar apa yang telah diucapkan oleh Khira. Demikianlah, kejadian demi kejadian terus berlangsung antara kami. Kadang hanya aku dengan salah satu dari mereka, kadang mereka berdua saja denganku. Aku masih memikirkan apa yang telah diucapkan oleh Khira. Umurku lebih 10 tahun darinya. Dan sekarang Khira lebih sering meneleponku di rumah maupun di tempat kerjaku. Hanya untuk mendengar jawabanku atas cintanya. Dan belakangan aku dengar Eve dan Emily sudah jarang bergaul dengan Khira.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-78180702509749375982011-03-19T12:26:00.000+07:002011-03-19T12:26:08.373+07:003 in 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ1SFOjhFCOUR5v8vEdK-LVANBYl63gKVJr9NozBjXOG2pQ8nkCgZr4svjevj6zf__YPC2C26Ajwap4KDX09r3Z1fH5QCNwXxPgCzypX2QllrB8DGdigOw25aiUzVY9f1BYw_p-dAG1w/s1600/164517_144009345652176_100001293359233_226618_1219841_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ1SFOjhFCOUR5v8vEdK-LVANBYl63gKVJr9NozBjXOG2pQ8nkCgZr4svjevj6zf__YPC2C26Ajwap4KDX09r3Z1fH5QCNwXxPgCzypX2QllrB8DGdigOw25aiUzVY9f1BYw_p-dAG1w/s320/164517_144009345652176_100001293359233_226618_1219841_n.jpg" width="320" /></a></div>Saat kuliah aku punya sahabat karib bernama Yenny. Walaupun belum tentu sekali setahun berjumpa tetapi semenjak sama-sama kami berkeluarga hingga anak-anak tumbuh dewasa, jalinan persahabatan kami tetap berlanjut. Setidaknya setiap bulan kami saling bertelpon. Ada saja masalah untuk diomongkan. Suatu pagi Yenny telepon bahwa dia baru pulang dari Magelang, kota kelahirannya. Dia bilang ada oleh-oleh kecil untuk aku.<br />
Kalau aku tidak keluar rumah, Idang anaknya, akan mengantarkannya kerumahku. Ah, repotnya sahabatku, demikian pikirku. Aku sambut gembira atas kebaikan hatinya, aku memang jarang keluar rumah dan aku menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Ah, rejeki ada saja, Yenny pasti membawakan getuk, makanan tradisional dari Magelang kesukaanku. Aku tidak akan keluar rumah untuk menunggu si Idang, yang seingatku sudah lebih dari 10 tahun aku tidak berjumpa dengannya.<br />
Menjelang tengah hari sebuah jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Idang datang bersama temannya. Ah, jangkung bener anak Yenny. Aku buka pintu. Dengan sebuah bingkisan si Idang naik ke teras rumah<br />
<br />
“Selamat siang, Tante. Ini titipan mama untuk Tante Erna. Kenalin ini Bonny teman saya, Tante”. Idang menyerahkan kiriman dari mamanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka. Oleh-oleh Yenny dan langsung aku simpan di lemari es-ku biar nggak basi. Aku terpesona saat melihat anak Yenny yang sudah demikian gede dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Donny temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Mereka aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka.<br />
Kuperhatikan mata si Donny agak nakal, dia pelototi bahuku, buah dadaku, leherku. Matanya mengikuti apapun yang sedang aku lakukan, saat aku jalan, saat aku ngomong, saat aku mengambil sesuatu. Ah, maklum anak laki-laki, kalau lihat perempuan yang agak melek, biar sudah tuaan macam aku ini, tetap saja matanya melotot. Dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Idang sendiri senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya.<br />
<br />
Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aku senang dengan mereka berdua. Dan tiba-tiba aku merasa berlaku aneh, apakah ini karena naluri perempuanku atau dasar genitku yang nggak pernah hilang sejak masih gadis dulu, hingga teman-temanku sering menyebutku sebagai perempuan gatal. Dan kini naluri genit macam itu tiba-tiba kembali hadir.<br />
Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Donny yang seakan-akan memberikan celah padaku untuk mengulangi peristiwa-peristiwa masa muda. Peristiwa-peristiwa penuh birahi yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar perempuan tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.<br />
<br />
“Tante, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho”. Kami kembali terbahak mendengar kelakar Idang. Dan kulihat mata Donny terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang masih mulus ini. Dan aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Donny dan Idang ini demen menikmati penampilanku. Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 42 aku tetap “fresh” dan “good looking”. Aku memang suka merawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau aku jalan sama Oke, suamiku, banyak yang mengira aku anaknya atau bahkan “piaraan”nya. Kurang asem, tuh orang.<br />
<br />
Dan suamiku sendiri sangat membanggakan kecantikkanku. Kalau dia berkesempatan untuk membicarakan istrinya, seakan-akan memberi iming-iming pada para pendengarnya hingga aku tersipu walaupun dipenuhi rasa bangga dalam hatiku. Beberapa teman suamiku nampak sering tergoda untuk mencuri pandang padaku. Tiba-tiba aku ada ide untuk menahan kedua anak ini.<br />
<br />
“Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku punya resep masakan yang gampang, cepat dan sedap. Sementara aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer si oom. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang ‘enggak-enggak’, ya..”, aku tawarkan makan siang pada mereka.<br />
<br />
Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny langsung iya saja. Aku tahu mata Donny ingin menikmati sensual tubuhku lebih lama lagi. Si Idang ngikut saja apa kata Donny. Sementara mereka buka komputer aku ke dapur mempersiapkan masakanku. Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Donny sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku, “Tante dulu teman kuliah mamanya Idang, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.<br />
<br />
“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.<br />
“Iya, Tante pantesnya se-umur dengan teman-temanku”.<br />
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.<br />
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Idang”, lanjutnya sambil melototi pahaku.<br />
“Tante hobbynya apa?”.<br />
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.<br />
“Ooo, pantesan”.<br />
“Apa yang pantesan?”, sergapku.<br />
“Pantesan body Tante masih mulus banget”.<br />
<br />
Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata “body Tante masih mulus banget” pada tubuhku. Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-lelakian-nya.<br />
<br />
“Ah, mata kamu saja yang keranjang”, jawabku yang langsung membuatnya tergelak-gelak.<br />
<br />
“Papa kamu, ya, yang ngajarin?, lanjutku.<br />
“Ah, Tante, masak kaya gitu aja mesti diajarin”.<br />
Ah, cerdasnya anak ini, kembali aku merasa tergiring dan akhirnya terjebak oleh pertanyaanku sendiri.<br />
<br />
“Memangnya pinter dengan sendirinya?”, lanjutku yang kepingin terjebak lagi.<br />
“Iya, dong, Tante. Aku belum pernah dengar ada orang yang ngajari gitu-gitu-an”.<br />
Ah, kata-kata giringannya muncul lagi, dan dengan senang hati kugiringkan diriku.<br />
“Gitu-gituan gimana, sih, Don sayang?”, jawabku lebih progresif.<br />
<br />
“Hoo, bener sayang, nih?”, sigap Donny.<br />
“Habis kamu bawel, sih”, sergahku.<br />
“Sudah sana, temenin si Idang tuh, n’tar dia kesepian”, lanjutku.<br />
“Si Idang, mah, senengnya cuma nonton”, jawabnya.<br />
“Kalau kamu?”, sergahku kembali.<br />
<br />
“Kalau saya, action, Tante sayang”, balas sayangnya.<br />
“Ya, sudah, kalau mau action, tuh ulek bumbu tumis di cobek, biar masakannya cepet mateng”, ujarku sambil memukulnya dengan manis.<br />
<br />
“Oo, beres, Tante sayang”, dia tak pernah mengendorkan serangannya padaku.<br />
Kemudian dia menghampiri cobekku yang sudah penuh dengan bumbu yang siap di-ulek. Beberapa saat kemudian aku mendekat ke dia untuk melihat hasil ulekannya.<br />
“Uh, baunya sedap banget, nih, Tante. Ini bau bumbu yang mirip Tante atau bau Tante yang mirip bumbu?”.<br />
Kurang asem, kreatif banget nih anak, sambil ketawa ngakak kucubit pinggangnya keras-keras hingga dia aduh-aduhan. Seketika tangannya melepas pengulekan dan menarik tanganku dari cubitan di pinggangnya itu. Saat terlepas tangannya masih tetap menggenggam tanganku, dia melihat ke mataku. Ah, pandangannya itu membuat aku gemetar. Akankah dia berani berbuat lebih jauh? Akankah dia yakin bahwa aku juga merindukan kesempatan macam ini? Akankah dia akan mengisi gejolak hausku? Petualanganku? Nafsu birahiku?<br />
<br />
Aku tidak memerlukan jawaban terlampau lama. Bibir Donny sudah mendarat di bibirku. Kini kami sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Dan tanganku meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Dan tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke blusku. Dan tangan-tangan itu juga menerobosi BH-ku untuk kemudian meremasi payudaraku. Dan aku mengeluarkan desahan nikmat yang tak terhingga. Nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.<br />
<br />
“Tante, aku nafsu banget lihat body Tante. Aku pengin menciumi body Tante. Aku pengin menjilati body Tante. Aku ingin menjilati nonok Tante. Aku ingin ngentot Tante”. Ah, seronoknya mulutnya. Kata-kata seronok Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat. Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan ada jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget.<br />
<br />
Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya lebih dalam lagi. Donny mengerang.Dengan tidak sabaran dia angkat dan lepaskan blusku. Sementara blus masih menutupi kepalaku bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia melepaskan gigitan dan kecupannya dari ketiak ke dadaku.<br />
Dia kuak BH-ku dan keluarkan buah dadaku yang masih nampak ranum. Dia isep-isep bukit dan pentilnya dengan penuh nafsu. Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, ke selangkanganku. Dia lepaskan kancing-kancing kemudian dia perosotkan hotpants-ku. Aku tak mampu mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan menghanyutkan aku. Yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.<br />
<br />
Begitu hotpants-ku merosot ke kaki, Donny langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Dia kenyoti hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dengan nafsu besarnya yang kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap vagina, bibir dan kelentitku. Aku jadi ikutan tidak sabar.<br />
<br />
“Donny, Tante udah gatal banget, nih”.<br />
“Copot dong celanamu, aku pengin menciumi kamu punya, kan”.<br />
Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. kontolnya yang ngaceng berat langsung mengayun kaku seakan mau nonjok aku. Kini aku ganti yang setengah jongkok, kukulum kontolnya. Dengan sepenuh nafsuku aku jilati ujungnya yang sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Aku merasakan precum asinnya saat Donny menggerakkan pantatnya ngentot mulutku. Aku raih pahanya biar arah kontolnya tepat ke lubang mulutku.<br />
<br />
“Tante, aku pengin ngentot memek Tante sekarang”. Aku tidak tahu maunya, belum juga aku puas mengulum kontolnya dia angkat tubuhku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga nonokku terbuka. Kemudian dia tusukkannya kontolnya yang lumayan gede itu ke memekku.<br />
<br />
Aku menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan Oke, suamiku nggak nyenggol-nyenggol aku. Yang sibuklah, yang rapatlah, yang golflah. Terlampau banyak alasan untuk memberikan waktunya padaku. Kini kegatalan kemaluanku terobati, Kocokkan kontol Donny tanpa kenal henti dan semakin cepat. Anak muda ini maunya serba cepat. Aku rasa sebentar lagi spermanya pasti muncrat, sementara aku masih belum sepenuhnya puas dengan entotannya.<br />
<br />
Aku harus menunda agar nafsu Donny lebih terarah. Aku cepat tarik kemaluanku dari tusukkannya, aku berbalik sedikit nungging dengan tanganku bertumpu pada tepian meja. Aku pengin dan mau Donny nembak nonokku dari arah belakang. Ini adalah gaya favoritku. Biasanya aku akan cepat orgasme saat dientot suamiku dengan cara ini. Donny tidak perlu menunggu permintaanku yang kedua. kontolnya langsung di desakkan ke mem*kku yang telah siap untuk melahap kontolnya itu.<br />
Nah, aku merasakan enaknya kontol Donny sekarang. Pompaannya juga lebih mantab dengan pantatku yang terus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan kont*lnya. Ruang dapur jadi riuh rendah.<br />
<br />
Selintas terpikir olehku, di mana si Idang. Apakah dia masih berkutat dengan komputernya? Atau dia sedang mengintip kami barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan kont*lnya yang sudah demikian keras dan berirama Donny berteriak.<br />
<br />
“Dang, Idang, ayoo, bantuin aku .., Dang..”.<br />
Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melakukan konspirasi untuk mengentotku saat ada kesempatan disuruh mamanya untuk mengirimkan oleh-oleh itu. Kemudian kulihat Idang dengan tenangnya muncul menuju ke dapur dan berkata ke Donny<br />
<br />
“Gue kebagian apanya Don?’<br />
“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.<br />
Duh, kata-kata seronok yang mereka ucapkan dengan kesan seolah-olah aku ini hanya obyek mereka. Dan anehnya ucapan-ucapan yang sangat tidak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku. Aku langsung membayangkan seolah-olah aku ini anjing mereka yang siap melayani apapun kehendak pemiliknya.<br />
<br />
Aku melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dengan tenangnya Idang mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaku dengan tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa hormat padaku yang adalah teman mamanya itu, untuk kemudian ditariknya mendekat ke kontolnya yang telah siap dalam genggaman tangan kanannya. kontol Idang nampak kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung batangnya.<br />
<br />
Saat bibirku disentuhkannya aroma kontolnya menyergap hidungku yang langsung membuat aku kelimpungan untuk selekasnya mencaplok kontol itu. Dengan penuh kegilaan aku lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, batangnya, pangkalnya, biji pelernya. Tangan Idang terus mengendalikan kepalaku mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa, terkadang dia tarik keluar kontolnya menekankan batangnya atau pelirnya agar aku menjilatinya.<br />
<br />
Duh, aku mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yang sungguh luar biasa. Sementara di belakang sana si Donny terus menggenjotkan kontolnya keluar masuk menembusi nonoknya sambil jari-jarinya mengutik-utik dan disogok-sogokkannya ke lubang pantatku yang belum pernah aku mengalami cara macam itu. Oke, suamiku adalah lelaki konvensional.<br />
<br />
Saat dia menggauliku dia lakukan secara konvensional saja. Sehingga saat aku merasakan bagaimana perbuatan teman dan anak sahabatku ini aku merasakan adanya sensasi baru yang benar-benar hebat melanda aku. Kini 3 lubang erotis yang ada padaku semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Aku benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aku mengenjot-enjot pantatku untuk menjemputi kontol dan jari-jari tangan Donny dan mengangguk-anggukkan kepalaku untuk memompa kontol Idang.<br />
<br />
“Ah, Tante, mulut Tante sedap banget, sih. Enak kan, kontolku. Enak, kan? Sama kontol Oom enak mana? N’tar Tante pasti minta lagi, nih”.<br />
<br />
Dia percepat kendali tangannya pada kepalaku. Ludahku sudah membusa keluar dai mulutku. kontol Idang sudah sangat kuyup. Sesekali aku berhenti sessat untuk menelan ludahku.<br />
<br />
Tiba-tiba Donny berteriak dari belakang, “Aku mau keluar nih, Tante. Keluarin di memok atau mau diisep, nih?”.<br />
<br />
Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini. Mendengar teriakan Donny yang nampak sudah kebelet mau muncratkan spermanya, aku buru-buru lepaskan kontol Idang dari mulutku. Aku bergerak dengan cepat jongkok sambil mengangakan mulutku tepat di ujung kontol Donny yang kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kont*lnya untuk mendorong agar air maninya cepat keluar.<br />
<br />
Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air maniku, ya, Tante, minum ya, minum, nih, Tante, minum ya, makan spermaku ya, Tante, makan ya, enak nih, Tante, enak nih air maniku, Tante, makan ya..”.<br />
<br />
Air mani Donny muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain nampak mengalir di batang dan tangannya. Yang masuk mulutku langsung aku kenyam-kenyam dan kutelan. Yang meleleh di batang dan tanganannya kujilati kemudian kuminum pula.<br />
Kemudian dengan jari-jarinya Donny mengorek yang muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutku yang langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata saat Idang menyaksikan apa yang dikerjakan Donny dia nggak mampu menahan diri untuk mengocok-ocok juga kontolnya. Dan beberapa saat sesudah kontol Donny menyemprotkan air maninya, menyusul kontol Idang memuntahkan banyak spermanya ke mulutku. Aku menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aku merasakan rasa yang berbeda, sperma Donny serasa madu manisnya, sementara sperma Idang sangat gurih seperti air kelapa muda.<br />
<br />
Dasar anak muda, nafsu mereka tak pernah bisa dipuaskan. Belum sempat aku istirahat mereka mengajak aku ke ranjang pengantinku. Mereka nggak mau tahu kalau aku masih mengagungkan ranjang pengantinku yang hanya Oke saja yang boleh ngentot aku di atasnya. Setengahnya mereka menggelandang aku memaksa menuju kamarku.<br />
<br />
Aku ditelentangkannya ke kasur dengan pantatku berada di pinggiran ranjang. Idang menjemput satu tungkai kakiku yang dia angkatnya hingga nempel ke bahunya. Dia tusukan kontolnya yang tidak surut ngacengnya sesudah sedemikian banyak menyemprotkan sperma untuk menyesaki memekku, kemudian dia pompa kemaluanku dengan cepat kesamping kanan, kiri, ke atas, ke bawah dengan penuh irama.<br />
Aku merasakan ujungnya menyentuh dinding rahimku dan aku langsung menggelinjang dahsyat. Pantatku naik turun menjemput tusukan-tusukan kontol legit si Idang. Sementara itu Donny menarik tubuhku agar kepalaku bisa menciumi dan mengisap kontolnya. Kami bertiga kembali mengarungi samudra nikmatnya birahi yang nikmatnya tak terperi.<br />
<br />
Hidungku menikmati banget aroma yang menyebar dari selangkangan Donny. Jilatan lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kemaluan Donny. Kemudian untuk memenuhi kehausanku yang amat sangat, paha Donny kuraih ke atas ranjang sehingga satu kakinya menginjak ke kasur dan membuat posisi pantatnya menduduki wajahku. Dengan mudah tangan Donny meraih dan meremasi susu-susu dan pentilku.<br />
<br />
Sementara hidungku setengah terbenam ke celah pantatnya dan bibirku tepat di bawah akar pangkal kontolnya yang keras menggembung. Aku menggosok-gosokkan keseluruhan wajahku ke celah bokongnya itu sambil tangan kananku ke atas untuk ngocok kontol Donny. Duh, aku kini tenggelam dalam aroma nikmat yang tak terhingga. Aku menjadi kesetanan menjilati celah pantat Donny.<br />
Aroma yang menusuk dari pantatnya semakin membuat aku liar tak terkendali. Sementara di bawah sana Idang yang rupanya melihat bagaimana aku begitu liar menjilati pantat Donny langsung dengan buasnya menggenjot nonokku. Dia memperdengarkan racauan nikmatnya,<br />
<br />
“Tante, nonokmu enak, Tante, nonokmu aku entot, Tante, nonokmu aku entot, ya, enak, nggak, heh?, Enak ya, kontolku, enak Tante, kontolku?”. Aku juga membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yang sangat dahsyat. Dan ada yang rasa yang demikian exciting merambat dari dalam kemaluanku.<br />
Aku tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada kontol Donny semakin kencang. Naik-naik pantatku menjemputi kontol Idang semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat.<br />
Dan teriakanku yang rasanya membahana dalam kamar pengantinku tak mampu kutahan, meledak menyertai bobolnya pertahanan kemaluanku. Cairan birahiku tumpah ruah membasah dab membusa mengikuti batang kontol yang masih semakin kencang menusukki nonokku. Dan aku memang tahu bahwa Idang juga hendak melepas spermanya yang kemudian dengan rintihan nikmatnya akhirnya menyusul sedetik sesudah cairan birahiku tertumpah. Kakiku yang sejak tadi telah berada dalam pelukannya disedoti dan gigitinya hingga meninggalkan cupang-cupang kemerahan.<br />
<br />
Sementara Donny yang sedang menggapai menuju puncak pula, meracau agar aku mempercepat kocokkan kontolnya sambil tangannya keras-keras meremasi buah dadaku hingga aku merasakan pedihnya. Dan saat puncaknya itu akhirnya datang, dia lepaskan genggaman tanganku untuk dia kocok sendiri kontolnya dengan kecepatan tinggi hingga spermanya muncrat semburat tumpah ke tubuhku.<br />
Aku yang tetap penasaran, meraih batang yang berkedut-kedut itu untuk kukenyoti, mulutku mengisap-isap cairan maninya hingga akhirnya segalanya reda. Jari-jari tanganku mencoleki sperma yang tercecer di tubuhku untuk aku jilat dan isap guna mengurangi dahaga birahiku.<br />
<br />
Sore harinya, walaupun aku belum sempat merasakan getuk kirimannya yang kini berada dalam lemari esku dengan penuh semangat dan terima kasih aku menelepon Yenny.<br />
“Wah, terima kasih banget atas kirimannya, ya Yen. Karena sudah lama aku tidak merasakannya, huh, nikmat banget rasanya. Ada gurihnya, ada manisnya, ada legitnya”, kataku sambil selintas mengingat kenikmatan yang aku raih dari Idang anaknya dan Donny temannya.<br />
<br />
Yenny tertawa senang sambil menjawab, “Nyindir, ya. Memangnya kerajinan tanduk dari Pucang (sebuah desa di utara Magelang yang menjadi pusat kerajinan dari tanduk kerbau) itu serasa getuk kesukaanmu itu. N’tar deh kalau aku pulang lagi, kubawakan sekeranjang getukmu”.<br />
<br />
Aku tersedak dan terbatuk-batuk. Mati aku, demikian pikirku. Ternyata bingkisan dalam kulkas itu bukan getuk kesukaanku.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-27088376377411531382011-03-19T12:23:00.000+07:002011-03-19T12:23:02.811+07:00First ML<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaRoKsMuwj8EjBtkNnQZmhKDQseVmO23iM-Ds8UI4Dd0umFnQszdokitR_wMqcBt-mnNn40UGSy7BgcOBPjYv4he-4sCNpYpMhINLitTDUfz7qMKsj7bmCGnRz8enxblX3Bj9s-mx2tg/s1600/tante+girang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaRoKsMuwj8EjBtkNnQZmhKDQseVmO23iM-Ds8UI4Dd0umFnQszdokitR_wMqcBt-mnNn40UGSy7BgcOBPjYv4he-4sCNpYpMhINLitTDUfz7qMKsj7bmCGnRz8enxblX3Bj9s-mx2tg/s320/tante+girang.jpg" width="213" /></a>Fiuh…Panas nian hari ini. Sehabis mengurus persyaratan untuk<br />
mata kuliah Tugas Khusus, saya segera menuju ke tempat parkir<br />
mobil. Umph…Bahkan didalam mobilpun panasnya bukan main.<br />
Kayaknya udara dingin mobil CR-V gue masih kalah deh.<br />
<br />
Aku langsung meluncur ke rumah cewek gue di daerah dharmahusada.<br />
“Bakal ketemu cewek yang gua sayang, nich..”, Pikirku. Lumayan,<br />
buat sedikit mendinginkan badan yang kepanasan ini. Setelah hampir<br />
sampai, aku miskal Lina, pacar saya itu. Buat beri pertanda, kalo<br />
yayangnya dah hampir sampai. Setelah sampai didepan rumahnya,<br />
kulihat dia sudah menunggu didepan pintu gerbang dan membuka pintunya<br />
lebar-lebar. Akupun langsung memasukkan mobil dan gua parkir didalam.<br />
<br />
“Uh..Panas banget cuacanya, Lin.”<br />
“Iya tuh. Panas banget. Gue sampe keringatan nunggu kamu.”, ujarnya<br />
sewot.<br />
“Haha…kok ngomel sih…”.<br />
Kami lalu masuk kedalam.<br />
<br />
“Hei…Kok sepi banget. Pada kemana semua?”, ujarku.<br />
“Biasa, ortu cari duit.”<br />
“Lah, Mbak Ti kemana lho?”<br />
“Pulang tadi pagi, ada keperluan di desa, katanya.”<br />
<br />
Wah…langsung PIKTOR deh gua. Rumah sebesar ini cuman dihuni ama<br />
satu cewek cantik. Sayang kalo nggak dimanfaatkan. Hahaha…<br />
<br />
Kita lalu mengobrol di ruang keluarga dalam. Cukup luas sih, dengan<br />
desain interior yang minimalis elegan, ditambah dengan pendingin ruangan<br />
yang memadai. Ah…segar. Kita terus saja ngobrol ngalor-ngidul. Hm…<br />
Cewek gua itu masih memakai seragam SMA-nya. Dia sekolah di sebuah SMA<br />
swasta yang terkenal di Surabaya, sudah maunya EBTANAS, kalo istilah di<br />
jaman saya dulu. Biar masih memakai baju seragam SMA, aku tetap dapat melihat<br />
betapa seksinya tubuh Lina ini. Maklum, seragamnya termasuk agak-agak<br />
full press body, jadi keliatan deh lekuk tubuh langsingnya yang indah.<br />
<br />
“Lin, minta minum donk. Gue haus nih…”<br />
“OK. Tunggu bentar ya.”<br />
<br />
Dia lalu berjalan menuju ke dapur. Fiuh…gue liat BH hitamnya menerawang<br />
dibalik seragam SMA-nya yang putih itu. Ditambah dengan bentuk pinggang<br />
yang seksi. Gile…PIKTOR dah gua. Gue ga tahan juga akhirnya, karena<br />
disamping situasinya mendukung, gadis ini pacar gue. Klop dah. Hehehe…<br />
<br />
Aku buntuti dia menuju dapur, lalu aku peluk dia dari belakang sambil kucium<br />
kepalanya. Harum juga tubuhnya, walau terkadang sempat tercium<br />
bau keringat. Hahaha…Maklum. Dia kan baru saja pulang dari sekolah.<br />
<br />
Rambut panjangnya kusibakkan sambil kuciumi leher kanannya. Lina cuman<br />
menggeliat geli. “Duh…koko ini ah…geli tahu….”, protesnya manja. Aku<br />
diam saja sambil terus menciumi leher kanannya. Lalu pelan-pelan tanganku<br />
meraih payudaranya dan langsung aku remas dengan lembut. Aku lihat Lina cuman<br />
tersenyum sambil tertawa kecil. Payudaranya memang tidak terlalu besar, mungkin<br />
baru 34A. Tidak masalah. Pas dalam telapak tangan gua. Aku remas terus payudaranya<br />
sambil kuciumi dan kujilati seluruh lehernya. Ah…Menggairahkan sekali.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian kurasakan kedua tangan Lina memegang tanganku yang lagi<br />
aktif terus meremas dadanya. Sambil memejamkan mata, dia ikutan meremas tanganku,<br />
nampaknya dia mulai menikmati permainan ini. Desahan nikmat perlahan mulai kudengar.<br />
Aku lalu meremas dadanya dengan agak kencang dan dia semakin mendesah. Untuk menambah<br />
gairah, kugesekkan ******ku ke pantatnya yang semok itu. Jadi sambil menciumi<br />
lehernya dan meremas dadanya, aku juga seakan-akan mengocok ******ku ke belahan<br />
pantatnya yang masih tertutup oleh rok seragam SMA-nya.<br />
<br />
Lina lalu membalikkan badannya dan menciumi bibirku dengan penuh gairah. Aku sih<br />
suka-suka saja. Aku balas melumat bibirnya. Nafas kami seakan saling berkejaran,<br />
penuh gairah. Setelah beberapa saat, aku lalu menghentikan permainan ini dan<br />
berkata “Lin, ke kamarmu yuk…”. Dia membuka matanya, tersenyum genit. Dia tidak<br />
menjawab, hanya kemudian tangan kirinya tiba-tiba meremas dan mengkocok ******ku<br />
yang masih tertutup celana ini. “Ayo…”, sahutnya.<br />
<br />
“Aku ke kamar mandi dulu ya, Kamu tunggu dikamar.”, kataku.<br />
“OK.”, sahutnya.<br />
<br />
Didalam WC, aku segera mencuci ******ku yang sudah mau meledak ini. Kasihan donk,<br />
masa kalo di-oral ****** gue dalam keadaan kotor. Jadinya, aku cuci bersih. ******<br />
gue menjadi harum sekarang. PD aja lagi. Kita memang sering melakukan oral dan petting<br />
namun tidak pernah ML, karena dia selalu menolak. Ya gapapa.<br />
<br />
Segera aku berlari menuju ke kamarnya yang terletak di lantai atas. Setelah didalam<br />
kamar, kulihat Lina sedang duduk sambil membuka pahanya, sehingga dapat aku melihat<br />
CD-nya yang berwarna putih itu.<br />
<br />
“Wah…wah…Menggoda banget, say.”, ujarku sambil menyerbu kearahnya.<br />
<br />
Lina cuman ketawa kecil. Sambil duduk disebelahnya, aku terus melumat bibirnya dan<br />
meremas dadanya yang kenyal itu. Tak hanya pasif, tangan kanan Lina lalu menuju ke <br />
<br />
celana<br />
gue, membuka resletingnya dan mulai masuk kedalam celana dalam. Duh…nikmat banget<br />
saat jari-jarinya meremas batang ******ku. Aku lalu membuka satu-persatu kancing seragam<br />
SMA-nya dan lalu melepas kemejanya. Fiuh…kulitnya yang putih mulus itu terlihat kontras<br />
dengan BH hitam yang dipakainya. Sangat seksi.<br />
<br />
Aku lalu melepas Tshirt dan celana gue sampai bugil. Lina cuman tertawa geli melihatnya.<br />
Dia juga lalu melepas roknya dan sekarang hanya memakai BH hitam dan CD putihnya. Dia <br />
<br />
lalu<br />
duduk didepan gua dan mulai meremas ****** gua. Pelan-pelan, dari bawah dia jilat batang<br />
******ku keatas. Lalu dia memainkan lidahnya di ujung kejantanan aku itu. Setelah puas, <br />
<br />
dia<br />
kembali menjilatnya dengan arah atas ke bawah. Duh…aku sampai menggelinjang kenikmatan.<br />
Dia melakukannya sampai beberapa kali lalu mulai menyedot ******ku didalam mulutnya.<br />
Kedua tangannya tak lupa terus mengkocok batang ******ku dan meremas buah pelirku.<br />
Uh…<br />
Nikmat sekali rasanya. Syaraf kepalaku sampai berdenyut menahan kenikmatan yang luar <br />
<br />
biasa<br />
ini. Beberapa menit dalam kenikmatan ini kemudian aku merasakan bakal orgasme sehingga <br />
<br />
aku<br />
meminta Lina menghentikan oralnya.<br />
<br />
“Enak sayang?”<br />
“Uh. enak sekali. Giliran kamu ya?”<br />
Lina cuman tersenyum. Dia lalu merebah ke ranjang sambil membuka lebar pahanya. Duh <br />
<br />
sebuah<br />
pemandangan yang sangat seksi dan menggairahkan. Aku lalu menciumi CDnya, pas di depan <br />
<br />
lubang<br />
memeknya. Ada bau khas vagina yang keluar. Haha…Kayaknya sudah becek banget tuh didalam.<br />
Aku terus menciumi CD putih Lina itu sampai beberapa menit. Aku lihat Lina cuman bisa <br />
<br />
pasrah<br />
sambil terus memejamkan mata dan sesekali menggigit bibir bawahnya tanda menahan nikmat.<br />
<br />
Aku lalu perlahan melepas CD yang dipakai pacar gua ini. Wow…terlihat sebuah vagina yang<br />
memerah dengan rambut-rambut yang cukup lebat menutupi lubangnya. Segera aku mainkan <br />
<br />
lidahku<br />
keatas klitorisnya dengan lembut.<br />
<br />
“Ah. Jim. Uh..”, desahnya penuh kenikmatan. Kurasakan memeknya semakin banjir. Ada <br />
<br />
cairan<br />
putih kental yang menutupi lubang memeknya. Ini nih….cairan lubrikasi yang memberi <br />
<br />
kenikmatan.<br />
Lalu aku masukkan lidahku kedalam lubang vaginanya. Terasa lendirnya yang semakin banyak <br />
<br />
dan<br />
asin rasanya. Lina semakin keras mengerang dan aku semakin sulit mengontrol gerakan paha <br />
<br />
dari<br />
Lina karena dia sendiri menahan kenikmatan yang luar biasa.<br />
<br />
Setelah beberapa saat kemudian, aku lalu menindih tubuhnya dan mulai melepas BH-nya. <br />
<br />
Kami berciuman<br />
selama beberapa detik. Terlihat payudara yang sangat seksi, putih bersih dengan puting <br />
<br />
yang coklat. Aku<br />
lalu memainkan lidahku keatas putingnya dan menyedotnya perlahan-lahan. Tangan kananku <br />
<br />
sibuk memilin<br />
dan meremas payudara yang satunya. ******ku sengaja aku gesek-gesekkan kebelahan <br />
<br />
vaginanya. Semua<br />
permainanku itu membuat Lina semakin terangsang dan mengerang penuh kenikmatan. Kedua <br />
<br />
tangannya memegang<br />
kepalaku dan meremas rambutku. Aku lalu angkat lengan kirinya dan kuciumi ketiaknya yang <br />
<br />
putih itu.<br />
Dia cuman ketawa geli. Hm…Baunya sungguh membuatku semakin terangsang.<br />
<br />
Aku membentulkan posisiku sehingga sekarang aku benar-benar pas menindih tubuhnya. Aku <br />
<br />
memeluknya dan<br />
menciumi bibirnya, lehernya dengan penuh nafsu. Lina juga melakukannya sambil mengerang <br />
<br />
dan terus<br />
menggoyangkan badannya. Aku lalu memposisikan ******ku kedepan lubang memeknya sambil <br />
<br />
perlahan aku bergerak<br />
maju mundur. Jujur saja, kami belum pernah ML sebelumnya. Jadi, jika usaha saya ini <br />
<br />
berhasil, maka pada<br />
tanggal 14 Februari itulah, pas hari valentine, kami berdua akan kehilangan keperawanan <br />
<br />
kami. Haha…<br />
<br />
Aku terus menciumi bibir dan lehernya sambil terus mengkocok ******ku dibelahan <br />
<br />
memeknya. Uh…Terasa<br />
bahwa memeknya sudah sangat basah. Becek sekali. Setiap kali aku mengkocok ******ku, aku <br />
<br />
bisa mendengar<br />
bunyi gesekan cairan pelumasnya. Tanganku tak lupa memilin puting susunya dan meremasnya <br />
<br />
bergantian, kanan<br />
dan kiri. Sesekali aku beri permainan lidah di putingnya dan aku sedot dengan lembut. <br />
<br />
Setelah itu kembali<br />
aku melumat bibir dan lehernya.<br />
Perlahan, aku merasakan ******ku semakin mudah masuk kedalam memeknya. Awalnya memang <br />
<br />
hanya sebatas<br />
mengkocok dibelahannya, tetapi aku merasakan kalo waktu aku bergerak maju mundur, aku <br />
<br />
merasakan ujung<br />
******ku mulai masuk kedalam memeknya. Aku merasakan kenikmatan yang berbeda. Semakin <br />
<br />
lama aku semakin<br />
ketagihan atas sensasi yang berbeda ini dan aku semakin bersemangat bergerak maju <br />
<br />
mundur.<br />
<br />
Kulihat Lina juga semakin menikmati permainan ini. Dia membuka pahanya lebar-lebar <br />
<br />
seakan-akan memberi<br />
kesempatan bagi ******ku untuk menembus memeknya yang masih sempit itu. Sambil terus <br />
<br />
menciumi bibir dan<br />
memeluknya, aku merasakan ******ku semakin dalam menembus memeknya. Kira-kira waktu itu <br />
<br />
sudah setengah<br />
yang masuk kedalam. Aku jadi semakin penasaran. Memeknya yang sempit itu menjepit <br />
<br />
******ku dengan rapat<br />
sehingga memberikan sensasi kenikmatan yang berbeda. Perlahan tapi pasti, aku terus <br />
<br />
menggerakkan ******ku<br />
maju mundur. Oh yes. Nikmat sekali. Setiap kali aku cabut dan aku masukkan lagi, <br />
<br />
penetrasinya semakin<br />
dalam. Lama kelamaan, aku sengaja menahan agak lama ******ku didalam memeknya baru aku <br />
<br />
cabut lalu aku<br />
masukkan lagi. Sedikit menggoda ga ada masalah, bukan?<br />
<br />
Kami terus berciuman sambil saling memeluk tubuh kami yang bugil ini. Aku kembali <br />
<br />
memasukkan ******ku<br />
kedalam memeknya sampai setengah. Aku gerakan ******ku didalam memeknya pelan-pelan dan <br />
<br />
hendak aku<br />
cabut kembali.<br />
<br />
Lina tiba-tiba berkata sambil terus memejamkan mata: “Ko, biarkan aja disitu.”. <br />
<br />
“Hehehe…Nikmat ya,<br />
sayangku?”. Aku tersenyum lalu terus menciumi leher dan bibirnya. Beberapa detik <br />
<br />
kemudian aku kembali<br />
menggoyang memeknya. Namun kali ini aku mencoba agak sedikit lebih dalam menusuknya. <br />
<br />
Saat sudah separuh<br />
masuk, sambil memainkan puting susu kirinya dengan lidahku dan meremas payudaranya yang <br />
<br />
kanan, aku<br />
menusukkan ******ku dengan sedikit dorongan lebih.<br />
<br />
“Ah…”, Lina berteriak kecil. Rupanya ada rasa sakit yang tiba-tiba menyengatnya. Aku <br />
<br />
terdiam. Duh..<br />
Dheg dhegan nih. Kayaknya udah 1/2 batang ******ku masuk kedalam memeknya.<br />
<br />
“Lin, kenapa? Sakit ya?”<br />
“He eh.”, jawab dia, lalu terdiam.<br />
“Lin, aku terusin atau bagaimana?”, tanyaku cemas.<br />
<br />
Lina diam saja. Kami lalu berpandangan mata beberapa saat. Lalu dia memejamkan mata <br />
<br />
sambil mencium bibirku.<br />
Yes. Bagiku itu adalah sinyal untuk bergerak lebih lanjut. Aku segera membetulkan posisi <br />
<br />
badanku agar<br />
tepat menindihnya. Lalu entah kenapa tiba-tiba aku merasakan ******ku sudah terbenam <br />
<br />
seluruhnya kedalam<br />
memeknya. Uh…Nikmat sekali. Sensasi yang sangat berbeda. Aku merasakan sebuah lubang <br />
<br />
yang hangat, sempit<br />
dan becek. ******ku benar-benar tegang dan hendak meledak. Aku sampai merem melek <br />
<br />
merasakan kenikmatan<br />
pertama dalam ML ini.<br />
<br />
“Lin. Aku cinta kamu.”, kataku sambil memandang wajahnya.<br />
Lina cuman tersenyum sambil memelukku. Ok. It’s time now. Aku langsung menggerakkan <br />
<br />
******ku maju mundur<br />
dengan cepat. Kukocok ******ku didalam memeknya yang becek itu. Uh. Nikmat sekali. Lina <br />
<br />
mengerang dengan<br />
semakin keras.<br />
<br />
Sambil terus menggoyang memeknya, aku bertanya kepadanya “Lin, gimana? Enak?”. Lina <br />
<br />
tidak menjawab. Dia<br />
hanya terus memejamkan mata sambil menggigit bibirnya. Kurasakan pantatnya ikut <br />
<br />
bergoyang dan disesuaikan<br />
dengan irama kocokkan ******ku didalam memeknya. Duh. Nikmat sekali. Aku lalu menciumi <br />
<br />
bibirnya dengan<br />
buas, menjilat habis lehernya, aku angat lengannya dan kuciumi ketiaknya. Terkadang aku <br />
<br />
sempatkan menyedot<br />
puting susunya. Lina tampaknya sangat suka kalo aku memainkan putingnya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat kemudian, aku merasakan ada gelombang kenikmatan yang semakin <br />
<br />
dekat. Duh, jangan muncrat<br />
dulu nih, Pikirku. Aku lalu menghentikan permainan sex gua dan mencabut ******ku dari <br />
<br />
dalam memeknya dan<br />
aku berdiri di tepi ranjang.<br />
<br />
“Lho, kenapa Jim? Masukkin lagi donk…”, pintanya.<br />
“Bentar ya, sayangku. Kita ganti posisi yuk.”, kataku.<br />
“Ga mau ah.”, protesnya.<br />
Uh, ya udah. Aku kembali menindihnya dan menciumi bibirnya.<br />
<br />
“Gimana? Aku masukin lagi ya, say?”, godaku sambil tersenyum.<br />
“Masukkin aja. Jangan cepat-cepat dicabut donk…”, sahutnya sambil ketawa.<br />
“Ok Say. Eh…Aku pasang kondom dulu ya.”, jawabku sambil mengambil kondom yang baru saja <br />
<br />
aku beli.<br />
Ya. Dari pagi memang aku sudah bersiap-siap. Pas dihari valentine ini aku ingin <br />
<br />
menyetubuhi pacarku ini.<br />
Masa dapatnya petting melulu. Dan ternyata…Yes! Aku Berhasil!<br />
<br />
Perlahan aku lalu memposisikan ******ku kedepan belahan memeknya dan mulai mendorongnya<br />
masuk. Uh, kali ini gagal. Kayak mendal gitu. Kucoba lagi, ah gagal lagi. Sulit <br />
<br />
masuknya. Memeknya masih<br />
sempit sekali. Lina lalu membantu membimbing ******ku ke lubang memeknya dan <br />
<br />
perlahan-lahan aku dorong.<br />
Ya, dah masuk. Pelan-pelan, dan, Sleb!. Masuk. Lina mengerang kenikmatan saat memeknya <br />
<br />
menelan seluruh<br />
batang kejantananku. Aku lalu kembali mengkocok ******ku kedalam memeknya selama <br />
<br />
beberapa menit. Kami<br />
saling memeluk dan berciuman. Oh, nikmat sekali. Keringat kami bercampur baur. Sungguh <br />
<br />
luar biasa.<br />
<br />
Lalu tiba-tiba aku merasakan ada gelombang kenikmatan lagi yang menyerang. Duh, masa <br />
<br />
udah mau keluar.<br />
Aku tahan terus sambil terus mengkocok ******ku di memeknya. Kulihat Lina memang semakin <br />
<br />
keras erangannya<br />
dan goyangan pantatnya semakin panas, tapi kayaknya dia belom orgasme deh. Duh, sedang <br />
<br />
saya sudah semakin<br />
dekat. Maklum, baru pertama kali ML jadi belum bisa menahan. Akhirnya aku bener ga <br />
<br />
tahan. Sambil berteriak kecil<br />
memanggil namanya, “Lin, aku keluar Lin. Oooooooooohhhh”…Crot crot crot. ******ku <br />
<br />
menyemprotkan air mani<br />
didalam memeknya. Untung aku sudah pake kondom jadi ga takut masalah dikemudian hari. <br />
<br />
Aku merasakan<br />
beberapa kali semprotan keluar dari ******ku. Uh, sungguh sangat nikmat.<br />
<br />
Setelah tenang, saya lalu rebah kecapaian dengan menindihnya. Dia memeluk saya dengan <br />
<br />
erat, aku balas<br />
memeluknya dengan erat.<br />
<br />
“Enak ya, sayang? Sudah keluar ya?”, tanyanya manja.<br />
Aku mengangguk lemas. Aku merasakan ******ku semakin berkurang ketegangannya, lalu aku <br />
<br />
cabut dari memeknya.<br />
“Kamu ga orgasme, Lin?”, tanyaku lirih, sedikit merasa bersalah.<br />
<br />
Dia tersenyum manja.<br />
“Iya belum. Tapi gapapa kok. Tadi enak sekali nge-sex-nya.”.<br />
Kami lalu tertawa kecil dan kembali berpelukan.<br />
“Maaf ya, Lin. Aku keburu keluar. Belum berpengalaman sih…”<br />
“Gapapa kok.”, jawabnya sambil mencium lembut bibirku.<br />
Aku tersenyum. Fiuh, pacarku ini betul-betul baik hati. Tidak hanya cantik di luar, <br />
<br />
tetapi cantik hatinya.<br />
<br />
Kami lalu membereskan “kekacauan” yang terjadi. Kulihat Lina sedang membersihkan <br />
<br />
memeknya. Ada bekas darah<br />
mengalir yang sudah kering didaerah pahanya. Cuman tidak terlalu banyak. Hanya sedikit. <br />
<br />
Aku duduk disebelahnya<br />
sambil memandangi pacarku ini. Dia sempat tertegun sebentar, diam seribu bahasa. Mungkin <br />
<br />
memikirkan<br />
kondisinya sudah tidak perawan dan sudah aku setubuhi ini.<br />
<br />
“Lin, selamat valentine ya. Aku cinta kamu.”, ujarku tulus.<br />
Lina tersenyum, lalu berkata “Aku juga cinta kamu, jim”, sambil mencium pipiku.<br />
“Jim, Aku mandi dulu ya.”, katanya sambil masuk ke WC didalam kamarnya.<br />
“OK”.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian, dia selesai mandi dan kami kembali mengobrol di ruang keluarga. <br />
<br />
Dia terus menggoda<br />
aku karena baginya aku terlalu cepat keluar saat ML kami yang pertama tadi. Aku cuman <br />
<br />
bisa tersenyum dan<br />
berjanji dikemudian hari, aku akan memberikan orgasme yang luar biasa kepadanya.Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-38473980263342291522011-03-01T03:46:00.000+07:002011-03-01T03:46:50.046+07:0021 tipe bodi cewek (Bagian 3)15. Pudgy<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8aaQuYZjHwieA5NtoXAnjDTpaEqtZWlmcMVVYHBVuCjfro6FjQNKlBjcrxT_nLGCh_Q4dymAXMgNVbozVEGpQUtsH3JuMO-xlM07lv_J_f6G0e44t_ko99FSpoYKsOQmgfvFBWg8mWg/s1600/15.pudgy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8aaQuYZjHwieA5NtoXAnjDTpaEqtZWlmcMVVYHBVuCjfro6FjQNKlBjcrxT_nLGCh_Q4dymAXMgNVbozVEGpQUtsH3JuMO-xlM07lv_J_f6G0e44t_ko99FSpoYKsOQmgfvFBWg8mWg/s320/15.pudgy.jpg" width="174" /></a></div>16. Chubby<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH-V6C__flaj7-AgzpKzEJPudh-bWJoCP99MZ8Ry06fYKzZkvs5eXToGsef0lIbvxVcPKtG622ekIO5eEvNiWQf-HkxmkgBkFLLhyhqTepwPcCH0f9T4nxTaMF-jYA-V8_eFA1KCTriw/s1600/16.chubby.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH-V6C__flaj7-AgzpKzEJPudh-bWJoCP99MZ8Ry06fYKzZkvs5eXToGsef0lIbvxVcPKtG622ekIO5eEvNiWQf-HkxmkgBkFLLhyhqTepwPcCH0f9T4nxTaMF-jYA-V8_eFA1KCTriw/s320/16.chubby.jpg" width="176" /></a></div>17. Thick Chubby<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNgiCqm36oqoyomjfpaamVshDIdfk1haH9bBa31esHKO_n33B_S7EsEgfvjqB16aaHcDiaVnaOWybxs_t80UmuoqaC0LaNuLQb9sas8cEJE0AUdj_dHLXy_dtbAsrHfuBCGnB7fU2dCw/s1600/17.thick+chubby.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNgiCqm36oqoyomjfpaamVshDIdfk1haH9bBa31esHKO_n33B_S7EsEgfvjqB16aaHcDiaVnaOWybxs_t80UmuoqaC0LaNuLQb9sas8cEJE0AUdj_dHLXy_dtbAsrHfuBCGnB7fU2dCw/s320/17.thick+chubby.jpg" width="178" /></a></div>18. Plump<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKTLO8ns59wA5GbzOuYZCe10cO31OQR6vwtkHy5jz1gBAVhha3Qd0QmfJGPq930fJYHQV8ePird4OpyyMb_aqZmpq6HqP4sdH4EIWP7rN8d2vsiBDZf1s8GEi_o20Sr_EsJcfgbv9DeQ/s1600/18.plump.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKTLO8ns59wA5GbzOuYZCe10cO31OQR6vwtkHy5jz1gBAVhha3Qd0QmfJGPq930fJYHQV8ePird4OpyyMb_aqZmpq6HqP4sdH4EIWP7rN8d2vsiBDZf1s8GEi_o20Sr_EsJcfgbv9DeQ/s320/18.plump.jpg" width="178" /></a></div>19. Plump w/assets<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBq8CidJs9Oom4Fz09MsGCaDL-1UjszUYQr657YfL4mLZqNBprU4k4oC9SmG019NubgOV_OsQ0VcSj-g-HnjCxn-1pUwTktdnmE-saTKjcJ2ELjfUoHiX2W18MqeG12-Lc49CoRAGMIw/s1600/19.plump+w-assets.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBq8CidJs9Oom4Fz09MsGCaDL-1UjszUYQr657YfL4mLZqNBprU4k4oC9SmG019NubgOV_OsQ0VcSj-g-HnjCxn-1pUwTktdnmE-saTKjcJ2ELjfUoHiX2W18MqeG12-Lc49CoRAGMIw/s320/19.plump+w-assets.jpg" width="180" /></a></div>20. Voluptuous Plump<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidMgrBAt-cnmaWxpks6ov_Af_BXd_fFIqFnUrS4a9ycZ20-InJ3Tncp9MSZRmu16FPj6TTjcUOssxFCxE409S0wuK1NQgVn0m_sQ4N2VhQ07WVDi8GFpd7qFH3w7Hx3o4pLDoy5ERTUg/s1600/20.voluptuous+plump.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidMgrBAt-cnmaWxpks6ov_Af_BXd_fFIqFnUrS4a9ycZ20-InJ3Tncp9MSZRmu16FPj6TTjcUOssxFCxE409S0wuK1NQgVn0m_sQ4N2VhQ07WVDi8GFpd7qFH3w7Hx3o4pLDoy5ERTUg/s320/20.voluptuous+plump.jpg" width="178" /></a></div><div style="text-align: left;">21. BBW</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtXQq2yYbNea0fuUa4BnHoSIDzGZ4Aqa0e0b8TW0BggOGjdhV7uivhjz6ACQ-wZUQk_PQ_7lOch7IkHVfuI01CP8Mzafz9625RrJIlg8Ro0Wjk4J3OWs5vjyGCvPtcAgETlHndRobzTw/s1600/21.bbw.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtXQq2yYbNea0fuUa4BnHoSIDzGZ4Aqa0e0b8TW0BggOGjdhV7uivhjz6ACQ-wZUQk_PQ_7lOch7IkHVfuI01CP8Mzafz9625RrJIlg8Ro0Wjk4J3OWs5vjyGCvPtcAgETlHndRobzTw/s320/21.bbw.jpg" width="177" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-15167885995093802.post-49993644759117940912011-03-01T03:41:00.000+07:002011-03-01T03:41:17.303+07:0021 tipe bodi cewek (Bagian 2)8. Thick<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1SgIXAfecW2Yc_TNmeSNyO6dgojP3NcYgnAt7RIGYxUakbTPri1QM2K8eq4aVIzCjn-chQ996VE6D_8VS33CyaVFOYAmUKLZvOR6AewFqmIeHKEPMZTCyXych3LRpN1-yWOrhy3FDkQ/s1600/8.thick.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1SgIXAfecW2Yc_TNmeSNyO6dgojP3NcYgnAt7RIGYxUakbTPri1QM2K8eq4aVIzCjn-chQ996VE6D_8VS33CyaVFOYAmUKLZvOR6AewFqmIeHKEPMZTCyXych3LRpN1-yWOrhy3FDkQ/s320/8.thick.jpg" width="176" /></a></div>9. Super Thick<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV48Ji7EBd1T-VB77ZrgsAPj6zbJ0ZlSxzuabp-Q20iDyUi0LK-52eOVHffVEuxBibUak8rIDBv-6NNpfYQHfoXMiOY7t31CpUjYtJUyPRtpk4ivqur7W052NBn_pEKR4JruXubOlbbA/s1600/9.super+thick.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV48Ji7EBd1T-VB77ZrgsAPj6zbJ0ZlSxzuabp-Q20iDyUi0LK-52eOVHffVEuxBibUak8rIDBv-6NNpfYQHfoXMiOY7t31CpUjYtJUyPRtpk4ivqur7W052NBn_pEKR4JruXubOlbbA/s320/9.super+thick.jpg" width="178" /></a></div>10. Thick w/assets<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlo3jxdFJbIXzDUKhK_ejCXQf49bYO5YPQwPIDF1ep8jbiM0XCwzdwQluhfXcIvrTMN-74uxmi3xXRrpKjxlzK1qH9XJeDwRn9RaUEetisCY0yLxevkKa88vcsNrpeOCbN94jgJv_gcw/s1600/10.thick+w-assets.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlo3jxdFJbIXzDUKhK_ejCXQf49bYO5YPQwPIDF1ep8jbiM0XCwzdwQluhfXcIvrTMN-74uxmi3xXRrpKjxlzK1qH9XJeDwRn9RaUEetisCY0yLxevkKa88vcsNrpeOCbN94jgJv_gcw/s320/10.thick+w-assets.jpg" width="177" /></a></div>11. Voluptuous<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2vYQIqzb3PxYpgcyUXYYlzDF3o6VAubXho6bfJ6isEDhM3UUBNZBSh_yBymGGlg90Or1zD624FwwsZ2PQjt3rX_VkjExamyVNFNYNCykOGvvsr43WfWqv5aHHd87TARY3CbPbVizIGA/s1600/11.voluptuous.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2vYQIqzb3PxYpgcyUXYYlzDF3o6VAubXho6bfJ6isEDhM3UUBNZBSh_yBymGGlg90Or1zD624FwwsZ2PQjt3rX_VkjExamyVNFNYNCykOGvvsr43WfWqv5aHHd87TARY3CbPbVizIGA/s320/11.voluptuous.jpg" width="176" /></a></div>12. Voluptuous Chubby<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8dX6Lten8Q9jDOAq1sN6VxjhTOhdgGmZqx05KpdHRp8G95Zwna-iaLSsM4CpN140_Drw5gOf3sj0UzRpWRXDN4aiha9qm_dtt6gdVXsAtnxnSdqCNT_7H3obdks5qXNv3MVJK_1rnVA/s1600/12.voluptuous+chubby.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8dX6Lten8Q9jDOAq1sN6VxjhTOhdgGmZqx05KpdHRp8G95Zwna-iaLSsM4CpN140_Drw5gOf3sj0UzRpWRXDN4aiha9qm_dtt6gdVXsAtnxnSdqCNT_7H3obdks5qXNv3MVJK_1rnVA/s320/12.voluptuous+chubby.jpg" width="178" /></a></div> 13. Voluptuous Thick<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizppuwS_MX-tLzOZpfYm_MiXE2Z3__xJ6caLx1aK28sSJ8PqMzahojOSphYEruwt7pBeuRz8CryWCBUBTMjBrx7bOsIw10JT_9nYr7hSf7nxmPLS6_vIJyaSGRD2M3yGbiBMne3K78Qg/s1600/13.voluptuous+thick.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizppuwS_MX-tLzOZpfYm_MiXE2Z3__xJ6caLx1aK28sSJ8PqMzahojOSphYEruwt7pBeuRz8CryWCBUBTMjBrx7bOsIw10JT_9nYr7hSf7nxmPLS6_vIJyaSGRD2M3yGbiBMne3K78Qg/s320/13.voluptuous+thick.jpg" width="178" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Fha9TNhg0fzc3cQSPjX_jefdeToYdsPaa5G4aruEGKwaTXQwmPihsn7p8p90ax0AEE-NZzspm_Oz_dwg_dJqaMZRP3_KX5uJzhm3JgaRazTqsNLhHjddQb51O_Jg2mHB4nDhSfuJwg/s1600/14.average.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><div style="text-align: left;">14. Average</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Fha9TNhg0fzc3cQSPjX_jefdeToYdsPaa5G4aruEGKwaTXQwmPihsn7p8p90ax0AEE-NZzspm_Oz_dwg_dJqaMZRP3_KX5uJzhm3JgaRazTqsNLhHjddQb51O_Jg2mHB4nDhSfuJwg/s1600/14.average.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Fha9TNhg0fzc3cQSPjX_jefdeToYdsPaa5G4aruEGKwaTXQwmPihsn7p8p90ax0AEE-NZzspm_Oz_dwg_dJqaMZRP3_KX5uJzhm3JgaRazTqsNLhHjddQb51O_Jg2mHB4nDhSfuJwg/s320/14.average.jpg" width="178" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Aku sudah Dewasahttp://www.blogger.com/profile/04133822472174978966noreply@blogger.com